21 Peningkatan

  Pagi menjelang siang ...

   "Mmm ... meningkatkan kemampuan sihir ya?"

   "Ya, memang seperti itu."

   "Tapi itu akan sulit jika kau tidak memiliki energi sihir dan mana dalam tubuhmu."

   "Ya, seperti itulah."

   "Ngomong-ngomong kapan dimulainya perekrutan kesatria sihir?"

   "Tiga hari lagi."

Saat ini, Sema berada di tangga kayu depan kuil seraya melihat Tamamo sedang bermain-main bersama dengan siluman rubah yang dihasilkan dari sihir milik Kyuubi.

   "Jika seperti itu, kemungkinan kau membutuhkan bantuan berupa Arch Gear."

   "Nah, itu yang ingin aku ketahui, sebetulnya Arch Gear itu apa?"

   "Arch Gear adalah sebuah benda yang di dalamnya terdapat sebuah kekuatan besar. Biasanya kekuatan tersebut didapat dari Sacred Beast mau pun makhluk sihir lainnya."

   "Apakah aku bisa memakainya meskipun tidak memiliki sihir?"

   "Tentu saja, lagipula pengguna Arch Gear akan diberkahi kekuatan yang terpendam dari Arch Gear itu sendiri."

Sahut Kyuubi, pada saat ini juga ia teringat dengan sebuah buku kosong yang ia terima dari Vallhein sebelum berpisah.

   "Oh!? Ngomong-ngomong ... "

Sema teringat suatu benda yang berkaitan dengan Arch Gear, dia melepas katrol yang berisi kumparan benang laba-laba dan memperlihatkannya kepada Kyuubi.

   "Seorang Demi-Arachne memberikanku sebagian kekuatan dari Arch Gear yang dihasilkannya dan bentuk inilah yang terjadi."

Ucap Sema, Kyuubi memegang katrol tersebut dan ia memang merasakan kekuatan sihir yang ada di dalam benang laba-laba tersebut.

   "Mmm ... sepertinya jenis Arch Gear ini tertanam pada tubuhnya."

   "Ya, Demi-Arachne itu memang mengatakannya seperti itu."

Sahut Sema seraya Kyuubi mengembalikan katrol yang ia genggam. Sema beranjak dari tempat duduknya yang merupakan tangga depan kuil lalu Tamamo terlihat menghampiri mereka berdua.

   "Kak Soutarou mau pergi?"

Tanya Tamamo dengan wajah yang imut, tentu saja hal tersebut bisa membuat gula darah naik karena Tamamo salah satu Loli yang imut.

   "Begitulah, kapan-kapan aku akan mengajak Kasuvi."

Sahut Sema seraya mengelus-elus kepala Tamamo, Tamamo menantikannya ketika Sema mengatakannya.

   "Aku pergi dulu, sampai nanti."

Sahut Sema seraya menyingkirkan tangan kanannya dari kepala Tamamo. Ia pergi seraya melambai-lambaikan tangan kanannya, Kyuubi dan Tamamo menatap kepergian si Jomblo ini seraya melambai balik.

* * * * * *

Di siang hari ....

Irama dalam melangkahkan kakinya menuju rumah pohon milik Nekomata terasa sunyi namun memiliki arti yang mendalam. Ia berpikir di tengah-tengah perjalanannya seraya memeriksa setiap area yang dilaluinya untuk melihat tanda.

Tanda yang dimaksud olehnya adalah sebuah tanda yang hanya diketahui olehnya sebelum ia pergi dari rumah Nekomata sebelumnya. Tanda tersebut berupa goresan berbentuk arah yang dihasilkan dari dagge yang ditorehkan pada kulit kayu.

Melewati berbagai pohon oak dan pohon lainnya, meratapi makhluk hidup yang tinggal di sini. Melihat lagi tanda goresan dan ia ingat dengan empat goresan yang membentuk persegi.

   "Di depan ya ... "

Gumam Sema, ia melanjutkan kembali perjalanannya dan menemui sebuah pohon berukuran besar dengan sebuah tangga yang menempel pada batang pohon.

   "Nekomata! Kau ada di dalam!?"

Panggil Sema dengan suara yang agak mengeras, dari pintu pohon rumah yang kini ia tatap terdapat dua ekor berwarna ungu yang terlihat. Perlahan-lahan Nekomata yang sedang bermalas-malasan mulai menjawab panggilan Sema dengan merebahkan tubuhnya di pintu masuk rumah pohonnya.

   "Apakah dia ngefly lagi karena catnip?"

* * * * * *

   "Ehehe ... maafkan aku karena membuatmu repot."

Sahut Nekomata seraya menghidangkan air bening pada gelas kayu kepada Sema yang sedang duduk. Nekomata pun duduk di hadapannya dengan sopan lalu menanyakan alasan Sema datang ke tempatnya.

   "Yah ... aku ingin menanyakan beberapa hal, sebelum itu ... apakah kau dapat pekerjaan?"

   "Tentu saja, aku mendapatkan tugas pembasmian Goblin."

   "Goblin ya, tidak kusangka."

Sema meraih gelas kayu yang ada di hadapannya lalu perlahan-lahan ia dekatkan ke mulutnya lalu meminumnya sedikit demi sedikit.

   "Ngomong-ngomong tentang Goblin, aku hampir saja diperkosa oleh mereka."

*Pfffrrtt

Sema kembali menyemburkan air bening yang diminum olehnya, Nekomata panik karena tingkah Sema dan ia segera pergi untuk mengambil sapu tangan dan kain lap.

Ia kembali dengan dua barang yang ia bawa, memberikan sapu tangan kepada Sema sedangkan kain lap ia pakai untuk mengeringkan air yang tersebar di sekitarnya.

   "Maaf Nekomata, aku malah merepotkanmu."

Sahut Sema setelah mengelap mulut dengan sapu tangan pemberian Nekomata, ia pun menyerahkannya kembali kepada Nekomata.

   "Tidak apa, aku malah kaget karena tingkahmu."

Sahut Nekomata disertai senyuman manisnya yang membuat si Jomblo ini tidak bisa berkutik. Ia berdehem lalu menanyakan kenapa Nekomata hampir diperkosa oleh para Goblin.

   "Dengar ya, Goblin adalah makhluk yang kejam dan mengerikan. Mereka lebih tertarik kepada wanita, biasanya mereka akan menangkap seorang perempuan dan dibawa ke sarang mereka sebagai mainan."

Nekomata mengatakannya dengan wajah yang suram dan atmosfir di ruangan ini menjadi kelam. Sema yang sudah menyadari bahwa akan menjadi seperti ini mulai mencari alasan lain untuk mengganti topik.

   "Kita bahas topik lain, ngomong-ngomong Nekomata. Apakah seorang manusia tanpa sihir bisa menjadi pemakai sihir?"

   "Yah ... secara teknis memang tidak bisa, tapi bayangkan saja jika orang lain seperti pasukan biasa yang tidak mempunyai sihir tapi mereka mempunyai sebuah skill untuk meningkatkan seni bela diri mereka."

   "Skill ya, lagi pula skill yang aku dapatkan hanya bisa kutekan sampai 5% dan itu juga aku pakai baru-baru ini."

   "Oh ... setiap manusia pastinya memiliki energi sihir, tapi yang tidak punya biasanya mengalami kecacatan atau pun hal yang lainnya. Sema, apakah kau mempunyai kemampuan khusus?"

   "Kemampuan khusus? Sepertinya aku punya satu, itu juga karena aku lama menjomblo. Insting dan indera milikku terasah dengan baik, aku juga heran kenapa aku malah mengasah kemampuan seperti itu."

   "Boleh aku memujimu karena kemampuan insting Jomblomu itu?"

   "Bisakah kau hentikan dengan Jomblo itu? Meskipun aku sendiri sering mengatakannya."

Sahut Sema dengan sedikit kesal, Nekomata berpikir sebentar dan ia mengusulkan saran lain berupa saran yang sama seperti Kyuubi yaitu tentang Arch Gear.

   "Sudah kuduga, jika seperti ini aku akan gagal."

Ucap Sema seraya beranjak dari tempat duduknya, Nekomata cukup heran karena Sema pergi begitu saja menuju pintu yang terbuka.

   "Kau mau ke mana?"

Tanya Nekomata seraya melihat ke bawah karena Sema sudah melangkahkan kakinya menuju hutan yang lebih dalam dari tempat ini.

   "Berlatih, meskipun dalam tiga hari aku hanya mendapatkan sedikit pengalaman."

Jawab Sema, ia pun pergi dan berjalan lurus tanpa arah. Nekomata yang melihatnya pergi mulai khawatir padanya jika saja kejadian pada malam hari di mana Sema diserang oleh sekumpulan Goblin.

Ia memutuskan untuk ikut bersama Sema dengan niat melatihnya karena ia ahli dalam rapalan sihir dan lainnya apalagi fisik yang kuat dapat dijadikan latih tanding dengan Sema.

* * * * * *

Sema berlatih meningkatkan fisiknya dengan berlarian ke sana ke mari dengan mengejar Nekomata. Dilanjutkan dengan angkat beban memakai ranting pohon yang ditambah bebannya menggunakan sihir oleh Nekomata.

Nekomata terus melatih fisik Sema, untungnya si Jomblo ini sudah terbiasa dengan latihan fisik sehingga tidak terlalu membebani tubuhnya ketika melakukan latihan berat.

Hari pertama dipenuhi dengan latihan fisik bersama dengan Nekomata sebagai pelatihnya. Mereka berlatih sampai larut, setelah memasuki waktu malam dan itu akan sangat berbahaya.

Sema pamit untuk pulang dan menunda latihan karena monster dan Goblin akan berkeliaran di malam harinya. Sebelum itu, Nekomata memberikan Sema sebuah penerangan berupa obor dengan api biru.

* * * * * *

Di hari kedua di siang harinya ....

Nekomata melatih mental dan indera Sema dengan menutup penglihatannya dengan kain hitam. Ia dituntut hanya dengan indera perasa dan insting dan tidak boleh mengandalkan penglihatannya.

Nekomata berkeliaran di sekitar Sema dan ia juga tengah berada di hutan di dekat rumah Nekomata. Setiap langkah kaki yang tekanannya pelan mau pun kuat dapat ia rasakan dengan insting Jomblonya.

Sema menahan napas lalu fokus dalam setiap rumput dan ranting yang dipijak oleh Nekomata. Menghela napas untuk memprediksi gerakan berikutnya, setelah sunyi dan tidak ada gerakan apapun.

Suara langkah kaki yang menyusuri rumput terdengar jelas di samping kanannya. Sema segera menggunakan Overflow 5% lalu melompat ke samping kanan dengan mengerahkan kedua tangannya.

*Brakkk

Yang terjadi adalah ia menabrak pohon oak dan ia terkapar karena kesakitan, berguling-guling dengan kedua tangannya yang memegang kepala.

   "Sialan, sakit njeng!"

Pikir Sema seraya mengusap-usap dahinya yang sakit, ia pun segera berdiri lalu menggunakan pendengarannya untuk mengatur frekuensi suara dan membedakan beberapa suara yang mengganggu.

   "Sema, kau harus dapat membedakan suara langkah kaki, pernapasan, aura, lalu ki atau chi. Meskipun aku bukan seorang Cultivator tapi merasakan ki adalah kemampuan yang luar biasa."

   "Ki atau chi? Ngomong-ngomong kau belajar dari mana atau kau melatihnya sendiri?"

   "Aku melihat seorang Cultivator yang bernama Xueli, dia dapat merasakan segala pergerakan yang ada di sekitarnya. Bahkan, aku hampir terbunuh olehnya karena lemparan pedang miliknya hampir mengenaiku dan ia sepertinya tahu bahwa aku dijadikan quest penangkapan ketika dulu."

   "Merasakan pergerakan ya, dengan kata lain dia merasakan ki orang lain lalu memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya?"

   "Yah seperti itulah, aku akan menggunakan metode lain untuk melatihmu."

Ucap Nekomata seraya keluar dari tempat persembunyiannya, kini mereka berdua saling berhadap-hadapan. Nekomata mengeluarkan aura energi sihir dan seluruh tubuhnya dilingkupi dengan aura seperti api biru.

Sema menelan ludahnya, ia merasakan aura dan kekuatan yang hebat di hadapannya dengan bentuk api biru berukuran besar dipikirannya. Nekomata melompat ke samping lalu aura dan kekuatan yang dirasakan oleh Sema berpindah dengan cepat.

Nekomata menghilangkan aura miliknya namun tanpa menghilangkan keberadaannya karena Sema belum terlalu terlatih. Sema kembali merasakan hawa, pernapasan, aura, langkah kaki lalu ki milik Nekomata meskipun ia tidak terlalu mengerti.

Sema masih belum paham dengan ki sehingga ia mengenyampingkan dahulu tentang ki lalu memfokuskan pada hawa, pernapasan, aura, dan langkah kaki Nekomata.

Nekomata langsung berlari mengitari Sema agar ia kesulitan dalam merasakan semua hal bersamaan. Sema menghela napas dan ia memprediksi pergerakan Nekomata yang diulang-ulang berupa berlarian mengitarinya.

Ketika Nekomata akan berlari melewati Sema di hadapannya, Sema langsung menggunakan Overflow 5% lalu melompat ke depan seraya mengerahkan kedua tangannya ke depan. Nekomata terkejut karena Sema dapat menebak pergerakannya, ia mundur dengan melompat ke belakang namun terlambat.

Akan tetapi, tangan kiri Sema memegang perut Nekomata lalu tangan kanannya memegang gunung Nekomata yang ukurannya sekitar D cup dan ukurannya pas dengan ukuran tangan Sema.

Nekomata malu disertai wajahnya yang memerah lalu Sema meremasnya sebentar untuk mengetahui benda kenyal apa yang ada di telapak tangan kanannya. Ketika ia mengetahui benda kenyal yang ada di telapak tangan kanannya, Sema menelan ludah karena ia menyadari dapat dibunuh sekarang juga oleh Nekomata.

Sema segera mundur lalu melepas kain hitam yang diikat untuk menutupi penglihatannya. Ia melihat Nekomata sedang duduk dengan kedua tangannya yang memeluk dirinya sendiri.

   "Ta-tanggung jawab, baru kali ini ada seseorang yang memegang milikku."

Nekomata mengatakannya dengan wajah malu disertai pipinya yang merona, Sema hanya melakukan dogeza untuk meminta maaf lalu latihan hari ini dihentikan karena kesalahan Sema.

* * * * * *

Hari ketiga di siang hari di dalam hutan dekat rumah Nekomata ....

Sema dan Nekomata latih tanding dengan pertarungan jarak dekat, setiap serangan Sema dapat dihalau oleh Nekomata. Sesekali Sema menggunakan kemampuannya berupa Overflow 5% untuk menambah kekuatan dalam serangannya.

Meskipun kekuatan dan kecepatannya dapat melebihi yang biasanya, serangannya masih dapat dihindari oleh Nekomata. Dia meningkatkan kemampuan fisiknya dengan sihir lalu memukul Sema sampai terpental dan ia menabrak batang pohon dengan punggungnya yang kesakitan.

Ia terkapar di atas tanah dan Nekomata menghilangkan sihir peningkatan fisiknya. Ketika ia berniat untuk menyudahi latihan hari ini karena esok hari merupakan hari perekrutan, Sema tetap bangkit dan tekadnya masih terlihat di tatapan matanya.

   "Mohon bantuannya."

Sahut Sema dengan langkah kakinya yang sedikit kesulitan dalam menyeimbangkan tubuhnya. Nekomata tersenyum kecil dan niatnya langsung pupus karena ucapan Sema.

   "Baiklah, kita lanjutkan."

Sema menyerang seraya memprediksi serangan berikutnya dari Nekomata. Meskipun dapat dihindari tapi kecepatan yang ditambah dan peningkat fisiknya membuat dirinya terlempar lalu menabrak batang pohon berulang kali.

Waktu telah berlalu kemudian memasuki sore hari, Nekomata menyudahi latihan sekarang ini lalu menyuruh Sema untuk pulang. Sema memanggil Nekomata yang hampir saja ia pergi meninggalkan Sema sendirian.

   "Ada apa?"

Tanya Nekomata seraya berbalik badan, ia melihat Sema sudah membungkukkan badan lalu berterima kasih padanya karena mau melatih dirinya. Nekomata menanggapinya dengan helaan napas disertai senyuman kecil.

Ia menghampiri Sema lalu menyuruhnya untuk berhenti membungkukkan badan, Sema terkejut karena Nekomata mengusap-usap rambutnya yang sudah berantakan. Dilanjutkan dengan membersihkan beberapa tanah yang menempel di wajahnya lalu menyingkirkan tanah yang menempel pada pundaknya.

   "Berjuanglah untuk besok hari, aku akan menunggumu di sini."

Nekomata mengatakannya disertai senyuman manisnya, Sema ingin sekali menangis karena terharu. Ia dilatih oleh seorang Sacred Beast meskipun dirinya sendiri tidak memiliki kekuatan sihir.

   "Terima ... kasih."

Jawab Sema seraya sedikit menundukkan kepalanya agar wajah memalukan tidak terlihat oleh Nekomata. Nekomata mengucapkan salam perpisahan lalu meninggalkan Sema sendirian.

   "Esok hari ya, apakah aku bisa lolos ... "

To Bd Continue ....

avataravatar
Next chapter