35 Penaklukan Dungeon IV

Mereka bersepuluh sampai di sebuah tempat dengan pintu besar yang membuat perjalanan mereka terhambat. Sema dan yang lainnya mencari petunjuk untuk membuka pintu besar yang terbuat dari batu endapan ini.

Waka, Haya, dan Arion mencoba menjebol pintu ini dengan berbagai sihir. Akan tetapi, pintu ini tidak bergeming sedikit pun bahkan kekuatan mereka sia-sia dalam mendobraknya.

   "Bagaimana yang di sana? Ada petunjuk?"

Tanya Sema kepada Yuri dan Reon yang tengah mencari petunjuk di dekat pintu. Mereka berdua menanggapinya dengan lembaian tangan pertanda tidak ada apapun. Lian Xue hanya duduk di atas batu lumayan besar, dan Shen Liu berdiri di sampingnya.

   "Kau yakin tidak mau membantu mereka? Lian Xue."

   "Biarlah, lagi pula ... pintu ini bukanlah pintu biasa. Ada semacam segel yang membuat pintu ini tertutup rapat."

Jawab Lian Xue dengan kedua tangannya yang menopang dagu. Ia tahu bahwa apa yang dilakukan Sema dan yang lainnya sia-sia. Meskipun mereka berdua Cultivator, itu akan tidak berguna karena tingkatan mereka masih rendah.

Sema istirahat sebentar tidak jauh dari pintu besar. Ia berpikir secara kritis tentang bagaimana caranya mereka semua dapat masuk ke ruangan yang ditutup rapat oleh pintu besar itu.

   "Sihir tidak mempan, mendorong pun percuma. Sialan, apakah tidak ada cara lain lagi?"

Ketika Sema berpikir secara dalam-dalam dengan duduk di atas batu. Haya yang tengah mencari petunjuk di sisi pintu besar, menemukan tulisan kuno yang cukup ia kenal.

   "Ini bahasa sundanes, aku tidak terlalu mahir, kemungkinan mereka bisa membacanya."

Pikirnya seraya melihat tulisan kuno yang diukir pada batu sebelah kanan pintu besar itu. Ia berteriak meminta bantuan kepada yang lainnya, jika saja ada yang bisa membaca bahasa kuno sundanes.

Karena itu, Sema dan Beatrix yang cukup tertarik menghampiri Haya yang tengah menunggu kedatangan mereka berdua. Ketika mereka berdua sampai, Haya menunjukkan letak tulisan kuno tersebut kemudian Beatrix membacanya perlahan-lahan.

   "Pintu Takdir, hanya bisa dibuka oleh seorang manusia yang hidupnya sengsara karena tidak menemukan pasangan hidupnya. Apa maksudnya dengan semua ini? Apakah kalian berdua mengerti?"

Tanya Beatrix seraya menoleh ke belakang menatap wajah Sema dan Haya. Sema menanggapinya dengan ekspresi wajahnya yang kecut, sedangkan Haya menanggapinya dengan berpikir cukup lama.

Sema menjauhi mereka berdua yang tengah berdiskusi tentang tulisan kuno itu. Ia berdiri di depan pintu takdir ini, menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali.

   "Aing Maung!"

Seru Sema dengan suara yang lantang, suara yang ia hasilkan membuat yang lainnya teralihkan perhatiannya.

   "Sem, ada apa? Tiba-tiba berteriak?"

Tanya Haya Sera menghampirinya, Sema menoleh dengan wajahnya yang agak jengkel dan kesal. Ia menunjukkan senyuman yang dipaksakan dan terlihat cukup mengerikan.

*Greeek

Pintu takdir yang ada di hadapan mereka berdua, perlahan-lahan terbuka dengan suara gesek yang cukup mengganggu. Tempat ini yang layaknya ujung gua, mulai bergetar karena pintu takdir yang terbuka.

*Blam!

Pintu takdir terbuka lebar akan teriakan Sema yang lantang. Meskipun begitu, Sema merasa hatinya tersakiti karena arti dari tulisan kuno itu adalah dirinya sendiri yang lama menyendiri.

   "Pi-pintunya terbuka? Apakah pria ini ... Jomblo!?"

Pikir Beatrix dalam hatinya, jika memang kesimpulannya seperti itu. Maka semua teka-teki cocok dan kunci jawabannya adalah Sema sendiri. Pintu takdir ini bagaikan sebuah portal menuju dunia lain.

Sema mencoba memasukkan tangan kanannya. Apa yang ia rasakan adalah seperti menembus lapisan air yang cukup tipis memantulkan bayangan. Jika seperti itu, sisi yang ada di dalam pintu takdir adalah sebuah tempat yang mungkin menjadi tempat tujuan mereka.

   "Baiklah ... "

Perlahan-lahan Sema melangkahkan kakinya memasuki pintu takdir yang bagaikan lapisan air memantulkan bayangan. Matanya terbuka lebar ketika memasuki pintu takdir, mendapati dirinya di sebuah tempat yang megah dan dipenuhi oleh harta.

Terdapat seekor naga hitam yang menjagai ruang harta ini. Ia tertidur lelap di depan harta yang saat ini dijaga setelah sekian lamanya. Setelah Sema memasuki tempat ini, para kesatria sihir yang lainnya mulai memasuki pintu takdir.

Serigala berambut putih yang berdiam diri di pundaknya, meloncat ke bawah lalu berlarian mengelilingi harta yang dijaga oleh naga hitam itu.

   "Gila!? Serigala itu demen sama harta!?"

Pikir Sema seraya melihat serigala kecil itu berguling-guling di atas harta dungeon yang berlimpah. Karena suara berisik dari koin-koin emas yang berjatuhan, naga hitam itu terbangun dari tidurnya.

Ketika sadar, ia menyadari kehadiran beberapa orang yang ada di ruangan harta yang dijaga olehnya. Ia mulai merubah posisinya, dari posisi tidur menjadi posisi duduk seraya menguap.

Matanya yang berwarna kuning dengan sorot mata yang tajam. Penampilannya yang cukup sangar dengan tubuhnya yang ditutupi oleh kulit hitam kelam. Perwujudan dari Fafnir si naga hitam ini membuat pukau Sema, sedangkan yang lainnya cukup waspada terkecuali Haya yang sibuk ngupil.

   "Selamat datang para Pejuang Dungeon! Aku Fafnir sang Penjaga Harta."

Naga hitam itu dapat berbicara dan suaranya agak serak seperti seorang pria yang usinya jatuh pada kepala tiga. Yang lainnya mulai ketakutan akan kehadiran naga hitam ini, terkecuali untuk Sema dan Haya yang tengah ngupil meskipun Fafnir tengah memperkenalkan dirinya.

   "Naga hitam Fafnir ya ... "

Sema mengacungkan tangan kanannya dan ia berniat untuk bertanya. Fafnir yang menyadari si Jomblo ini, memperbolehkannya untuk mengajukan beberapa pertanyaan.

   "Ngomong-ngomong Fafnir ... kau siapa ya?"

Pertanyaan yang diajukan oleh Sema, membuat suasana di ruangan ini hening cukup lama. Pertanyaan bodohnya membuat Beatrix, Jasmine, Waka, Arion, Yuri, dan Reon menjadi gregetan akan tingkahnya.

   "Baiklah ... akan aku jawab pertanyaanmu. Aku adalah Fafnir, naga hitam penjaga harta. Dulunya aku seorang Pangeran di suatu negeri, akan tetapi ada suatu peristiwa yang membuatku menjadi naga."

   "Oh ... pastinya jodohmu dibunuh oleh seorang manusia dan kau balas dendam dengan menjual jiwamu dan mendapatkan kekuatan naga, benar bukan?"

   "Ka-kau tahu dari mana!?"

Fafnir terkejut karena Sema dapat mengetahuinya meskipun baru bertemu. Reaksi Haya dan Sema yang ngupil adalah pertanda ia tahu bahwa Fafnir merupakan mitologi yang ada di dunia mereka dulunya.

Sema perlahan-lahan melangkahkan kakinya menuju tempat Fafnir yang tengah memperhatikan gerak-geriknya. Ketika sampai di hadapannya, Fafnir mendekatkan kepalanya ke dekat Sema.

Tanpa disadari oleh Fafnir. Sema mengelus-elus kepalanya dengan pelan dan ia tahu perasaan yang dialami oleh Fafnir pada saat ini pula.

   "Aku Jomblo dan kau Jomblo, kita sama-sama Jomblo lebih baik jadi teman. Aku Sema Soutarou, yang di sampingku tadi adalah Haya, belakangnya adalah Waka. Belakangnya lagi Reon dan Yuri, di sampingnya Heruja dan di belakangnya lagi ada Jasmine dan Beatrix. Ngomong-ngomong dua orang yang tengah menatap ke sini dengan wajah bodoh adalah Lian Xue dan Shen Liu."

   "Woi Jomblo! Aku dapat mendengarmu tahu!"

Shen Liu kesal karena Sema mengejek Lian Xue dan dirinya. Akan tetapi, Lian Xue menanggapinya dengan senyuman kecil dan menyembunyikan tawanya dengan tangan kanan.

   "Hehehe ... Sema Soutarou, orang itu menarik sekali. Shen Liu, kita lihat dulu keadaannya untuk saat ini."

Sahut Lian Xue seraya menoleh ke samping kanannya yang kini terdapat Shen Liu tengah menatap wajahnya. Shen Liu menanggapinya dengan anggukan kepala disertai senyuman kecilnya.

   "Fafnir, apakah kami yang ada di sini telah menyelesaikan dungeon?"

Pertanyaan dari Sema membuat Fafnir menyipitkan mata reptilnya. Meskipun begitu, ia berniat untuk menjelaskan keadaan mereka semua untuk saat ini. Fafnir merubah posisinya dari posisi duduk menjadi berdiri.

   "Kalian para Pejuang Dungeon! Ini adalah tempat terakhir, akan tetapi ... hanya ada satu orang yang akan menjadi pemenangnya!"

Penjelasan dari Fafnir membuat para kesatria sihir yang lainnya langsung mengerti dengan ucapannya. Jika ada sepuluh orang yang menjadi penakluk dungeon, maka hanya ada satu pemenang.

   "Dengan kata lain, aku harus menyingkirkan sembilan orang lainnya?"

Pikir mereka semua dengan kesimpulan yang jelas. Dengan situasi yang sekarang ini, skenario terburuknya adalah sepuluh orang yang ada di sini akan saling bunuh.

Kedelapan kesatria sihir terkecuali Sema dan Haya mulai menganggap yang lainnya sebagai musuh. Sema berpikir sejenak untuk mencari jalan keluarnya dengan damai.

   "Dengarkan aku dulu! Bisakah kalian semua menyerah, sehingga pemenangnya hanya satu dan itu adalah aku. Dengan begitu, kita bisa keluar dari dungeon ini."

Penjelasan dari Sema dapat dicerna dengan baik. Beatrix dan Jasmine hanya bertujuan menyelesaikan dungeon ini. Reon dan Yuri pun mempunyai alasan yang sama.

Waka dan Sema juga memiliki alasan yang sama. Arion dan Haya pun sama alasannya. Akan tetapi, Shen Liu dan Lian Xue berbeda pendapat dengan Sema.

   "Apakah tawaran itu kurang?"

   "Ya, kami Light Zuuin akan membawa semua harta ini."

Ucapan dari Lian Xue membuat Sema berpikir dua kali untuk merencanakan rencana dadakannya. Ia menghela napas ketika melihat ekspresi serius dari Shen Liu dan Lian Xue.

   "Tidak ada cara lain ya, harta dungeon ini mungkin akan menjadi bencana. Jika seperti itu ... "

Sema mendapatkan pencerahan. Ia berjalan menjauhi Fafnir lalu berdiri dengan tegak dengan segenap tenaganya dan ia memiliki niat yang nekad.

   "Light Zuuin! Aku Sema, yang akan mengukir bahwa seorang Jomblo ini akan menyelesaikan dungeon!"

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter