34 Penaklukan Dungeon III

Sema, Waka, dan Arion segera menjauhi tempat ini. Entah apa yang dikhawatirkan oleh Arion untuk segera pergi dari tempat ini.

"Heruja!? Ada apa!?"

Tanya Sema seraya berlari meskipun ia sudah lelah dan ingin diam. Tetapi, kakinya tidak bisa berhenti meskipun sudah bergeming sedari tadi.

"Pergi saja dari sini. Joker dapat mengatasinya seorang diri."

"Apa maksudmu?"

*Blarr

Ledakan besar terjadi dan mengguncang tanah dengan hebat. Langkah mereka bertiga terhenti dan mencoba untuk mencerna apa yang terjadi barusan.

"Apa itu tadi?"

Tanya Waka kepada Sema dan Arion. Apa yang terjadi sekarang ini adalah suatu hal yang melebihi akal manusia biasa. Arion menghela napas cukup panjang dan mencoba untuk menjelaskan keadaan serta situasi saat ini.

"Ledakan tadi, mungkin disebabkan oleh Joker. Dia memiliki kekuatan yang hebat, mewarisi kekuatan naga yang menjadi bentuk zirah untuk bertarung. Ia menggunakan sebuah Arch Gear yang bernama Gaia Memory. Dia juga pernah bercerita bahwa ia datang dari negeri yang jauh. Nama dari negeri itu adalah wkwkwkwk land atau Ind*nesia."

Perkataan disertai penjelasan yang cukup detail. Sema memutar otaknya lalu mencerna dengan pengetahuan yang baru ia dapat. Dengan kesimpulan yang sudah ada di dalam kepalanya, disertai segala kemungkinan yang ada.

"Dengan kata lain ... Haya berasal dari dunia yang sama denganku?"

* * * * * *

Reon yang pergi ke tempat naga merah itu berada, dengan sibuk menggendong Yuri. Mendapati seseorang dengan tubuhnya yang dilapisi dengan zirah naga hitam. Setiap pukulan yang ia lancarkan, membuat kulit keras kalajengking merah itu hancur.

Kekuatannya berbeda jauh dengan yang tadi, seperti halnya langit dan bumi yang selalu bertatapan. Reon dan Yuri bersembunyi di balik pohon oak seraya melihat situasi apa yang terjadi saat ini.

"Makhluk apa itu? Dia menghancurkan kalajengking berkulit keras itu dan ... naga itu tumbang?"

Reon tidak percaya dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini. Meskipun Haya disembur, diledakkan, dan disengat. Ia tetap berdiri dengan tujuan hanya satu, yaitu membalaskan dendam jengkol yang malang karena tidak masuk ke perut Haya.

"Maximize Drive: Rogue Extreme!"

Seru Haya seraya memunculkan segel sihir berwarna hitam di hadapannya. Sayap naga muncul dari punggungnya, terbang dengan cepat ke udara lalu segel sihir itu terbagi menjadi empat bagian.

Masing-masing dari segel sihir itu, menandai ketiga kalajengking merah dan naga merah yang mulai pulih. Haya melesat dengan cepat, menembus segel sihir hitam itu dan menendang sampai menembus tubuh kalajengking merah.

"Critical Rogue Kick!"

Haya kembali melanjutkannya dengan menendang ketiga sisanya sampai tembus. Apa yang dilihat oleh Reon dan Yuri adalah sesosok makhluk yang hampir mirip monster.

Dapat mengalahkan empat makhluk besar apalagi salah satunya adalah naga. Jika memang seperti itu, maka monster yang sudah mengalahkan keempat makhluk itu kekuatannya melebihi naga merah.

"Jika seperti ini, aku dan Yuri tidak akan bisa pergi dari sini hidup-hidup. Aku harus memikirkan rencana lain, agar kami berdua dapat selamat."

Pikir Reon seraya melihat Haya yang tengah berdiri di atas mayat naga merah. Ia pun duduk dalam posisi bersila, memikirkan beberapa kondisi dan situasi yang ia alami saat ini.

"Jengkol yang aku petik sudah habis terbakar. Aku harus mencari menu makan malam yang lain."

Pikirnya seraya menatap langit dengan tubuh yang masih terlapisi zirah naga hitam. Reon dan Yuri terdiam mati kutu, tidak menggerakkan kaki mereka karena hawa kelam yang dipancarkan oleh Haya.

"Sialan, ada apa dengan monster itu!?"

Pikir Reon dengan tangan kanan yang sudah siap menghunuskan pedang yang ada di pinggangnya. Beberapa detik kemudian, ia merasakan kehadiran beberapa orang yang datang ke tempat mereka.

Seraya bersembunyi dari balik pohon dan mengamati situasi. Reon melihat Waka, Sema, dan Arion tengah berjalan menuju monster itu dari depan. Apa yang ia lihat saat ini adalah mimpi buruk terkelam.

Bisa saja mereka bertiga terbunuh oleh monster yang telah mengalahkan keempat makhluk dungeon ini. Meskipun ia ingin menghalangi mereka bertiga, kakinya tidak mau bergerak sedikit pun.

"Sialan, mereka bertiga akan mati."

Pikir Reon dengan kedua matanya yang tertutup dan ia menganggp dirinya tidak berguna. Yuri terlihat ketakutan dengan memegangi seragam milik Reon di sampingnya.

"Joker, kau sudah selesai?"

Tanya Arion seraya menghampiri Haya yang tengah melamunkan menu makan malam nanti. Reon membuka matanya lebar-lebar seakan-akan tidak percaya. Monster yang ia lihat saat ini, perlahan-lahan tubuhnya pecah seperti pecahan kaca.

Dari tubuh monster yang pecah itu, sesosok pria dengan seragam butler tengah tersenyum kecil ke arah Sema dan yang lainnya. Ia melompat ke atas permukaan tanah lalu menghampiri mereka bertiga.

Serpihan-serpihan zirah yang pecah berkumpul menjadi satu di hadapannya. Membentuk kembali Gaia Memory Joker dan Gaia Memory Dragon. Haya menyimpannya kembali ke dalam saku celana sebelah kanan dan sebelah kiri.

"Sialan, jengkol yang sudah aku niatkan untuk disemur malah hangus. Ngomong-ngomong ... mereka berempat cukup kuat."

Sahut Haya seraya menunjuk ke belakang dengan jempolnya melalui pundak. Sema dan Waka hanya bisa menunjukkan ekspresi yang kecut akan tingkah badas dari Haya.

Reon yang mengamati mereka berempat tidak percaya akan apa yang ia lihat dengan kedua matanya sendiri. Ia mendapatkan kesimpulan bahwa Dark Rebellion lebih kuat dari apa yang ia bayangkan.

Sema pamit sebentar untuk setor kecil yang sudah ia tahan sedari tadi. Ia pergi cukup jauh untuk setor kecil atau nama lainnya adalah buang air kecil. Ketika selesai, ia menoleh ke samping kanan dan mendapati harta karun yang mungkin disukai oleh Haya.

"I ... ini kan ... "

Si Jomblo ini memetik beberapa sayuran yang dapat dikatakan enak jika dimasak dengan tepat. Ia memetik sayuran tersebut setidaknya tiga buah dengan ukuran dua kali lipat dari kepalan tangan orang dewasa.

Karena untuk memasaknya agak susah, Sema mengambil dua lembar daun pisang yang telah dipisahkan dari pelepahnya.

Ia segera kembali ke tempat Waka dan yang lainnya. Meneriakkan nama Haya untuk melihat ke arahnya, perlahan-lahan Haya menghela napas karena Sema membawakan bahan makanan pengganti dari jengkol.

"Ini untukmu, aku mendapatkannya ketika hendak kembali."

Sahut Sema seraya memberikan sayuran yang berupa jantung dari pisang. Jantung pisang ini jika dimasak dengan tepat, maka rasa enak yang terpendam dapat dinikmati.

Haya menerimanya dengan kedua tangan yang bergidik dan wajahnya terlihat bahagia. Sema memalingkan wajahnya karena tidak tahan ingin tertawa melihat wajah Haya yang begitu melas.

Ketika percakapan mereka berdua berlangsung. Sema menyadari kehadiran dua orang yang tidak jauh dari dirinya. Insting Jomblonya yang sudah terasah dengan baik, dapat mendeteksi keberadaan, hawa, suara, irama langkah kaki dari seorang wanita.

Reon dan Yuri datang dari arah samping kanan mereka berempat. Ia memuji Haya karena telah mengalahkan keempat makhluk dungeon yang memiliki kekuatan lebih hebat.

"Kau hebat, dapat mengalahkan keempat makhluk itu yang memiliki tingkatan A+ dan S dengan seorang diri."

Sahut Reon dengan senyuman yang agak menyindir. Haya menanggapinya dengan senyuman kecil dan ia berterima kasih akan pujian dari Reon.

"Baiklah, apa yang harus kita lakukan setelah ini ... "

Ucap Arion seraya melihat tanah yang berlubang besar, bekas kedatangan ketiga kalajengking merah. Arion menghunuskan pedangnya, mengumpulkan energi sihir pada Arch Gear sampai bercahaya sangat terang.

Dengan wajah bodohnya disertai menatap mereka berlima. Ia melepas Arch Gear miliknya dari genggaman tangan kanan. Arch Gear itu meluncur sangat cepat dan menancap ketika menemukan penghalang.

"Sepertinya ada di dalam sana, apa yang harus kita lakukan?"

Tanya Arion seraya menatap mereka berlima satu persatu dimulai dari Waka sampai ke Yuri. Mereka berlima saling bertatapan dan sepakat untuk turun ke bawah tanah, melompat ke bawah bekas lubang galian dari kedatangan kalajengking merah.

* * * * * *

"Lian Xue, apakah memang ke sini jalurnya?"

Tanya Shen Liu yang berjalan di hadapan Lian Xue. Saat ini, mereka berdua berada di jalur bawah tanah ditemani dengan sebuah penerangan dari obor yang dibuat oleh Shen Liu.

"Tenang saja, aku mendeteksi ki yang kuat ada di bawah sini. Percayalah padaku."

Perkataan dari Lian Xue membuat Shen Liu menghela napas sebentar. Apa yang dikatakan olehnya maka itulah kebenarannya, kemampuan yang dibawa sejak lahir memang tidak ada duanya.

*Brakkk

Tembok jalur bawah tanah yang akan dilalui oleh Shen Liu dan Lian Xue tiba-tiba saja retak dan hancur. Batu-batu itu terlempar dan berserakan menghalangi jalur yang akan dilalui oleh mereka berdua.

"Phew ... kau tidak apa-apa, Beatrix?"

"Beatrix rapopo, masih kuat."

Dari tembok yang hancur itu, datanglah dua perempuan dari faksi kesatria sihir Silver Lotus. Mereka berempat saling bertatapan karena suatu kebetulan dapat bertemu di jalur bawah tanah.

"Light Zuuin?"

"Silver Lotus?"

Apa yang mereka berempat pikirkan adalah berlomba-lomba untuk mendapatkan harta karun yang ada di dungeon ini. Jasmine dan Beatrix langsung merapal sihir dengan cepat.

Jasmine merapal sihir udara yang membuat debu-debu di sekitarnya menghalangi pandangan Shen Liu dan Lian Xue. Beatrix merapal sihir elemen tanah, membuat tembok pembatas lagi sehingga perjalanan Light Zuuin akan terlambat.

Setelah selesai, Jasmine dan Beatrix segera berlari ke tempat di mana energi sihir terkumpul pada suatu titik temu. Shen Liu memusatkan ki pada tangan kanannya, menembakkan ki tersebut ke tembok yang menjadi penghalang sampai berkeping-keping.

Antara Light Zuuin dan Silver Lotus menjadi acara dikejar dan mengejar. Terdapat cahaya terang di ujung lorong ini, Beatrix dan Jasmine percaya bahwa cahaya yang ada di ujung lorong ini adalah tujuan terakhir mereka.

"Akhirnya, kami lebih dulu mendapatkannya!"

Ketika Jasmine sampai di ujung lorong ini dengan napas yang tersengal-sengal. Ia mendapati Sema, Waka, Arion, Haya, Yuri, dan Reon tengah menyantap jantung pisang yang dipepes.

"Selamat datang kalian berdua, akh!? Maksudku kalian berempat."

Sahut Sema ketika menyadari ada dua orang lagi setelah Jasmine dan Beatrix sampai duluan. Jasmine terbingungkan dengan keadaan saat ini, mustahil bagi mereka untuk mengalahkan naga merah itu dengan cepat.

Apalagi, mereka lebih dulu sampai di sini dari pada Light Zuuin dan Silver Lotus yang berniat selangkah lebih maju. Beatrix yang sudah lelah, menerima tawaran Sema yang berupa pepes jantung pisang yang bungkusnya dari daun pisang itu sendiri.

"Be-beatrix!? Apa yang kau lakukan!?"

Tanya Jasmine seraya menunjuknya dengan jari telunjuk tangan kanan. Jasmine terlihat kesal karena ia merasa dikhianati oleh Beatrix yang patuh oleh Sema.

"Istirahatkan tubuhmu Jasmine, orang ini menawari kita makanan. Bukankah lebih baik kita menerima kebaikan orang lain?"

Pertanyaan dari Beatrix membuat Jasmine terdiam mati kutu dan kalah berdebat. Ia pun menghampirinya dan Sema menawarinya dengan pepes jantung pisang.

Jasmine menerimanya begitu saja, perlahan-lahan ia membuka bungkus daun pisang yang cukup hangat. Jasmine melihat anggota kesatria sihir lainnya makan menggunakan tangan, apalagi Sema dan Haya ala Ind*nesia.

"Apakah mereka tidak punya tata krama sama sekali? Makan menggunakan tangan, bukankah itu sedikit ... "

Ketika Jasmine menoleh ke samping kanannya yang merupakan Beatrix. Ia melihat wajah senang Beatrix ketika menyantap pepes jantung pisang tersebut.

Perlahan-lahan, Jasmine mencuil pepes jantung pisang itu menggunakan jari tangan kanan. Memasukkannya ke dalam mulut, rasa sepet, asin, dan gurih menjadi satu.

"I-ini enak!?"

Beatrix tersenyum kecil ketika Jasmine menikmati makanan yang baru kali ini mereka berdua makan. Shen Liu dan Lian Xue pun ditawari pepes jantung pisang oleh Sema. Namun ....

"Ngomong-ngomong ... siapa yang mengalahkan keenam stone golemku?"

Tanya Beatrix kepada Sema dan yang lainnya. Waka menatap Arion, dan Sema satu persatu dan setuju untuk mengakuinya.

"Dia pelakunya."

Sahut mereka bertiga seraya menunjuk Haya yang tengah memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Ketika ia ditunjuk oleh ketiga orang itu, ia menanggapinya dengan wajah yang bingung.

"Sebentar lagi, waktu malam tiba. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

To Be Continue .....

avataravatar
Next chapter