50 Momen Levius

Hari ketiga yang penuh dengan makna. Sema berlatih dengan keadaan nyata dan turun dalam pertarungan. Untuk berlatih, biasanya diperlukan latihan terlebih dahulu.

Untuk Sema, dirinya tidak menggunakan metode seperti itu. Dia langsung saja terjun pada kenyataan, tidak ada rekayasa dan memakai hukum rimba. Siapa yang kuat akan bertahan, yang lemah akan dimangsa.

Dengan seperti itu, kondisi tubuhnya akan terbiasa pada setiap pertarungan yang akan menantinya. Tidak seperti latihan pedang, sihir, atau pun yang lainnya bersama dengan seorang guru.

Berlatih sendiri, itulah hasil yang kau dapatkan. Banggalah dengan semua itu, karena usaha tidak akan mengkhianatimu.

Di siang hari yang cukup panas ini ...

Kini, keadaannya terdesak oleh Orthros yang memojokkannya ke dalam hutan. Biasanya Sema mencari dulu lahan yang luas, namun ia tidak menyangka akan bertemu dengan Orthros di dalam hutan.

Orthros yang berkepala sebelah kiri, menembakkan bola api tepat ke arah Sema. Dia mendapatkan pencerahan ketika mencari ide untuk peningkatan kemampuannya.

Dia segera memunculkan zirah yang sama seperti Gemini. Api biru langsung menyelimuti zirah yang ada di tangan kirinya. Memfokuskan semua api biru itu ke ujung telapak tangannya, kini ia arahkan ke depan menuju Orthros.

Api biru itu, membentuk bola sihir yang sumbernya berasal dari api biru yang dikumpulkan pada telapak tangan. Dengan segera, Sema menembakkannya dengan laju yang sama seperti bola api yang ditembakkan oleh Orthros.

Dua bola api yang berbeda warna itu saling bertubrukan. Hanya saja bola api merah meledak, sedangkan bola api biru itu menembusnya dan mengenai kepala kiri Orthros.

*Blam

Meskipun efek ledakannya tidak besar, situasi tersebut bisa dijadikan peluang untuk menyerangnya. Ketika kepala kiri Orthros disibukkan dengan api biru yang membakarnya. Terdapat Sema yang sudah ada di hadapannya, menggunakan Overflow 12% dan baru kali ini ia mencoba untuk menggunakannya.

Langsung saja, Sema menghantam kepala kiri Orthros dengan pukulan tangan kiri yang sudah terlapisi zirah knuckle. Setelahnya, ia segera mengambil salah satu dagger dengan tangan kanan.

Menusuk leher sebelah kanan, ia mengangkat kedua tangannya ke atas. Saling menggenggam dan menghantam kepala sebelah kanan dengan amat kuat.

Dengan sekejap, Orthros itu dapat dikalahkannya dengan teknik yang sederhana. Hanya saja membutuhkan banyak stamina, seluruh tubuhnya mengalami nyeri otot setelah menggunakan Overflow 12%.

   "Batasan memakai Overflow hanya sampai 12%. Jika lebih, kemungkinan tubuh ini tidak bisa menopangnya."

Pikir Sema seraya mencabut dagger miliknya yang menancap di leher kepala sebelah kanan Orthros. Ia mengelap darah yang menempel pada dagger pada rambut Orthros yang tebal.

   "Satu Orthros ... "

* * * * *

   "Sucikan hati dan pikiran dari segala kebaikan— eh keburukan."

Kini, Levius tengah duduk bersila di bawah air terjun. Jarak dari air terjun ini dari tempat tinggal Zile cukup jauh, namun bagi Levius tidak masalah.

Dia memutuskan untuk berlatih karena dia juga memiliki alasan berpergian bersama dengan Sema. Ada dua alasan dia berpergian dengan Sema.

Satu, dia ikut bersama dengan Sema karena dia berada di bawah pengawasannya. Dua, dia ingin bertemu dengan kedua orang tuanya di suatu tempat di dunia ini.

Setiap ras Dragonewt Iblis Merah dan Biru, jika ada anak yang lahir adalah perempuan. Mereka akan memiliki wujud layaknya manusia. Namun perbandingan kekuatannya berbeda jauh, jika dibandingkan dengan manusia biasa.

Layaknya Kasuvi, dia yang terlahir dari Ayah yang seekor naga merah dan Ibunya manusia. Lahirlah dirinya dengan kekuatan naga dalam dirinya, dia juga bisa menggunakan anggota tubuh naga menjadi zirah.

Sedangkan Levius, Ayahnya yang berasal dari naga air dengan pedalaman yang cukup dalam. Dan Ibunya seorang manusia, lahirlah dirinya yang memiliki kekuatan dari pewarisan Ayahnya.

Dua ras itu sangatlah langka, karena mengorbankan sang Ibu. Untuk melahirkan mereka ke dunia ini, dibutuhkan sebuah pengorbanan yaitu dengan nyawa.

Namun, ada juga manusia yang bisa bertahan hidup meskipun dirinya sudah melahirkan anak dari salah satu dua ras tersebut.

Dan masalah terbesarnya adalah Levius dan Kasuvi tidak tahu kedua orang tua mereka bagaimana. Bentuknya, wajahnya, kekuatan, dan segala hal yang mencakup segalanya.

Setiap orang yang ikut berpergian dengan Sema memiliki alasan tersendiri. Entah apa yang akan mereka lewati, namun Sema memiliki satu tujuan.

Sedangkan Sema sendiri ingin pergi ke suatu tempat. Lebih tepatnya, dia ingin bertemu dengan seseorang. Tidak lain adalah kedua orang tua Kasuvi, greget sekali niat orang ini.

Levius yang sudah dapat beradaptasi dari segala macam lingkungan yang baru. Baik laut, padang pasir, daratan dan tempat yang seperti gunung sekali pun.

Perlahan-lahan Levius meningkatkan pengendalian sihirnya seraya menutup kedua mata. Ia mengubah air yang ada di sekitarnya membentuk naga air yang menyelimutinya. Perlahan-lahan, dia mulai dapat membentuk naga air jenis naga daerah Timur yang tubuhnya panjang layaknya Shen L*ng.

Ketika matanya terbuka perlahan-lahan, terdapat sesosok manusia yang tengah menatap dirinya. Sosok itu tengah membasuh wajahnya, kedua mata mereka saling bertatapan.

   "Levius?"

   "Sema?"

Levius melihat penampilan Sema yang sudah kucel. Rambut yang agak kotor, bekas cipratan darah, perlengkapannya kotor, terkecuali wajah dan tangannya karena baru ia basuh dengan air.

Rambut Sema yang semakin memanjang, membuat dirinya kesakitan ketika ada beberapa rambut yang menusuk matanya. Ia berpikir untuk mencukurnya, namun akan susah dilakukan sendiri jika tanpa adanya cermin.

Levius beranjak dari tempat duduknya berupa bongkahan batu dengan lapisan atasnya yang datar. Ia melompat dan mendarat ke samping kanan Sema yang tengah berjongkok.

   "Jadi? Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Tanya Levius seraya menatap Sema yang tengah berjongkok di bawah. Sema hanya terpaku pada sosok Levius yang mengenakan pakaian biru terbuka dengan tali yang melingkar ke leher.

Layaknya pakaian yang biasa dikenakan oleh orang-orang Cina. Namun, bagian samping kanan dan samping kirinya yang dimulai dari pinggang terbelah.

Sehingga, jika Levius berlari maka sebagian helaian kain yang menutupi bagian depan dan belakang akan tersingkap. Dan seperti yang terlihat, celana dalamnya akan terlihat.

Ketika Sema berpikiran seperti itu, ia menelan ludahnya dan pemikiran somplak mulai mempengaruhi.

   "Tak kusangka kau bisa seimut ini."

Ucapan dari Sema, membuat situasi di sekitar mereka hening sebentar. Levius menanggapinya dengan wajah yang datar, namun dalam hati dia ingin berteriak karena baru kali ini ia dipanggil imut.

   "Levius ... pakaianmu yang basah menonjolkan dua gun-"

*Brakk

Sema ditendang dan ia terhempas jauh, menabrak pohon dan dirinya tidak bisa berkutik sedikit pun. Levius yang bodoh karena termakan ucapannya, sampai-sampai dia lupa dengan kondisinya saat ini.

Levius kembali ke bawah air terjun, duduk bersila di atas bongkahan batu yang atasnya datar. Mencoba menenangkan dirinya kembali, ia berlatih untuk meningkatkan mental dan pengendalian mana alam beserta mana dalam tubuhnya.

Ketika ia akan menutup kedua matanya. Sema sudah berdiri dengan tegak, tangan kirinya terlapisi zirah knuckle hitam dengan ujung telapak tangannya yang menghasilkan bola api biru.

Dengan segera, Levius memanipulasi air di sekitarnya dan membuatnya menjadi bola air. Mereka berdua menembakkannya, dua bola sihir berbeda atribut itu saling bertubrukan dan meledak.

Uap putih memenuhi tempat ini. Levius tersenyum kecil kemudian memunculkan jangkar besi di belakangnya dari manifestasi mana.

Dirinya segera berdiri, mereka berniat untuk latih tanding di tempat ini.

Sema meningkatkan fisiknya dengan Overflow 10%. Levius meningkatkan kemampuan fisiknya dengan Vitalitas atau life force. Seketika langsung, mereka berdua melompat dan melayang di atas genangan air terjun.

Sema mengerahkan pukulan tangan kirinya. Sedangkan Levius, ia menyerang Sema dengan mengayunkan jangkarnya dengan amat kuat. Pukulan dan hantaman saling beradu, namun Sema kalah kuat dan ia terhempas dengan zirah knuckle pada tangan kirinya yang retak.

*Brakk

Sema menabrak lagi pohon yang sama dan kondisi yang sama pula. Levius berjalan perlahan-lahan menghampiri Sema. Senjatanya yang berupa jangkar, dia bawa di pundaknya dengan tangan kanan yang memegangi.

   "Ada apa? Apakah kau sudah menyerah?"

Tanya Levius, Sema mengangkat wajahnya dengan menahan rasa sakit pada punggungnya. Ia tersenyum kecil menanggapi pertanyaan dari Levius.

   "Levius, kau kuat sekali. Aku senang kau ada bersamaku."

Ucapan dari Sema dapat dimengerti oleh Levius meskipun dia cukup bodoh. Senyuman yang ia tampakkan, membuat Levius tidak bisa melupakan sosok dirinya.

   "Ngomong-ngomong Sema, setelah kau bertahan hidup selama seminggu. Tujuan kita selanjutnya ke mana?"

   "Apa yang kau katakan? Tentu saja, mencari 'itu'."

   "Huh?"

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter