6 Menyerang Balik

Sema dan Kasuvi pergi ke bagian kota Archdale, lalu dilanjutkan ke depan gerbang kerajaan Archdale. Dari dalam, Sema melihat pasukan kerajaan Archdale sedang menahan pasukan kerajaan sebelah.

Sema menanyakan musuh kerajaan Archdale ke penduduk setempat yang sedang melihat dari dalam gerbang. Dijelaskan bahwa, musuh dari kerajaan Archdale merupakan kerajaan Erinu yang merupakan kerajaan bagian Lasfour.

   "Apakah ini sering terjadi?"

   "Yah ... seperti itulah, mereka hanya mengirimkan pasukan dalam dua kelompok untuk menyerang kerajaan Archdale."

Jawab salah seorang penduduk, Sema menganggukkan kepala pertanda mengerti dengan hal itu. Tetapi, bukankah sangat aneh jika menyerang sebuah kerajaan terus menerus dengan pasukan yang kecil.

   "Begitu ya ... "

Sema menyadari strategi musuh yang digunakan, dulu ia membaca filsafat teknik perang yang digunakan oleh tiga kerajaan besar cina. Lalu, ia berasumsi bahwa strategi yang digunakan musuh merupakan lubang tikus.

*Blarr

Ledakan terjadi lagi, namun ledakan kali ini terjadi di dalam kerajaan Archdale. Para penduduk terkejut hebat karena belum ada satu pun musuh yang masuk ke wilayah kerajaan.

   "Kasuvi, ayo pergi. Mereka menggunakan lubang yang digali untuk masuk kerajaan yang dibenteng."

Ucap Sema, ia segera pergi berlari menuju sumber suara seraya memegang pedang miliknya di tangan kiri. Tetapi, Kasuvi tidak mengikutinya dan membuat Sema berhenti sejenak seraya menoleh ke belakang.

   "Ada apa Kasuvi?"

Tanya Sema, Kasuvi terlihat menundukkan sedikit kepalanya dan wajahnya tidak terlihat karena poninya menghalangi.

   "Soutarou ... bukankah mereka tidak ada hubungannya dengan kita, biarkan saja mereka yang mengatasinya."

   "Apa ... yang kau ... katakan?"

Tanya Sema dengan sedikit kesal, ia segera berjalan cepat menghampiri Kasuvi dengan sedikit marah karena Kasuvi mengatakan suatu hal yang membuat perasaannya tersakiti.

Kasuvi panik karena Sema terlihat marah dengan jalan kaki yang kecepatannya cukup cepat, Sema menjatuhkan pedangnya lalu segera meraih kedua pundak Kasuvi dan mereka berdua saling berpandangan mata.

   "Meskipun mereka tidak ada hubungannya denganku, tetapi ... mereka membutuhkan bantuan mau sekecil apapun itu. Aku akan membantu mereka meskipun aku tidak mengenalnya, aku ... bukanlah seorang pengecut seperti itu ... meskipun tidak memiliki kekuatan sihir ... "

Ucap Sema dengan sedikit kesal karena ia tahu bahwa dengan kekuatannya yang sekarang ini, ia tidak akan membantu banyak. Kasuvi yang baru mendengarnya langsung terkejut, karena biasanya Kasuvi tidak memperdulikan orang-orang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.

Setelah bertemu Sema. Ia mengerti ... Sema memiliki apa yang tidak dimiliki oleh Kasuvi sendiri. Kasuvi memiliki kekuatan sedangkan Sema tidak, hanya perbandingan kecil itu ... Kasuvi menganggap remeh dan Sema membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan meskipun dirinya tidak memiliki kekuatan.

   "Aku pergi dulu."

Ucap Sema seraya melepaskan kedua tangannya dari pundak Kasuvi yang tidak mengenai titik nafsu. Ia segera mengambil pedangnya lalu berbalik badan kemudian pergi.

Kasuvi terdiam dengan menundukkan kepala, Sema meninggalkannya lalu segera pergi ke tempat terjadinya serangan di dalam wilayah kerajaan.

Sesampainya, Sema membantu orang-orang yang sedang mengevakuasi bersama keluarganya karena dari pihak musuh cukup banyak. Mereka menggunakan berbagai macam elemen sihir dan karena itulah, Sema dibuat repot.

Para pasukan kerajaan yang tersisa di dalam kerajaan segera melawan balik, tetapi untuk bertarung dan melindungi orang lain sangatlah sulit. Sema segera menyerahkan para penduduk yang sedang evakuasi sedangkan dirinya sendiri turun ke medan perang dengan tangan kanan yang sudah memegang pedang.

Menghalau segala serangan pedang dan tombak yang mengarah padanya lalu serangan sihir yang berupa bola api dan yang lainnya. Sema terus berlarian dan menghindar menghalau para musuh agar ia dijadikan umpan sehingga yang lainnya dapat pergi dengan selamat.

Ada kalanya ia harus berhenti berlari lalu melawan balik agar perhatian musuh terus mengincarnya. Tetapi, musuh menggunakan teknik sihir bela diri peningkat fisik dan Sema ... terpental oleh salah satu tendangan pasukan musuh.

Ia menabrak tumpukan suplai yang terbuat dari kayu hingga hancur, bersandar pada kayu yang belum hancur dan ia hanya menerima sedikit luka karena tubuhnya sudah sering terlatih.

Ketika ia melihat ke depan, sudah terdapat salah satu pasukan musuh yang berdiri di hadapannya dengan pedang di tangan kanan siap diayunkan dengan vertikal.

   "Sialan ... "

Musuh yang ada di hadapannya mengayunkan pedangnya secara vertikal, Sema mengerahkan pedangnya ke depan menggunakan kedua tangannya untuk menahan serangan dari musuh.

   "Aku akan tetap hidup ... aku ... akan tetap hidup!"

Seru Sema, sebuah serangan bola api mengenai punggung musuh yang menyerangnya. Dengan kesempatan tersebut, Sema segera mendorong pedangnya sehingga musuh yang menyerangnya terjatuh.

Sema mengarahkan ujung mata pedangnya tepat ke depan wajah musuh, Sema bernapas dengan cukup berat dan tersengal-sengal karena lelah berlari. Sema berniat menebas musuh yang ada di hadapannya, tetapi ia ingat.

   "Aku bukanlah seorang pembunuh ... aku ... "

Sema menendang jauh pedang milik musuh, lalu segera pergi dari tempat ini yang merupakan sebuah gang. Ketika ia sudah keluar dari gang, terdapat Kasuvi yang sudah menunggunya seraya bersandar pada dinding rumah di gang ini.

   "Kasuvi ... apakah kau yang melakukannya tadi?"

Tanya Sema seraya menghadapnya, Kasuvi tidak menjawab pertanyaannya namun ia memendamkan wajahnya ke dada Sema.

   "Maaf ... maafkan aku Soutarou ... aku akan jadi baik, karena itu ... "

Kasuvi menjauhkan wajahnya dari dada Sema, mereka berdua pun saling bertatapan.

   "Jangan tinggalkan aku ... "

Lanjut Kasuvi dengan wajahnya yang menyesal, Sema cukup terkejut dengan hal tersebut. Ia menanggapinya dengan senyuman kecil lalu mengelus-elus kepala Kasuvi dengan lembut.

   "Ya ... aku memaafkanmu, tetapi untuk saat ini ... bisakah kau membantuku?"

Tanya Sema dengan mengajukan permintaan kepada Kasuvi, Kasuvi menganggukkan kepala seraya tersenyum kecil. Sema memberikan arahan kepada Kasuvi agar ia tetap bersamanya untuk melindungi dirinya ketika ia sedang membantu orang lain untuk pergi ke tempat aman.

Dengan segera, Sema dan Kasuvi pergi ke tempat di mana penduduk Archdale sedang ditawan oleh pasukan musuh. Sesampainya, situasi Sema dan Kasuvi terpojok karena para tawanan disekap dan ditodong dengan pedang maupun tombak.

   "Sialan ... mereka terlalu banyak."

Pikir Sema, ia memikirkan berbagai rencana dan strategi di dalam pikirannya. Kasuvi yang bersembunyi bersama dirinya, beranjak dari tempat persembunyian lalu keluar untuk menghadapi pasukan musuh.

Kasuvi bodo amat dengan semua itu, mau ada manusia mau ada Iblis mau ada malaikat mau ada Sacred Beast dan dia bodo amat dengan semua hal itu. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanyalah ketika ia berbuat baik maka Sema akan bangga padanya dan mendapatkan imbalan berupa elusan di kepala.

Kasuvi membayangkannya dengan wajah yang bahagia seraya berjalan pelan ke arah musuh berada. Sema terkejut hebat dengan panik karena pasukan musuh merapal sihir api dengan jumlah pasukan 17.

   "A-apa yang sedang dipikirkannya!?"

Panik Sema seraya melihat Kasuvi dari belakang, Kasuvi menoleh ke belakang dengan senyuman kecil pertanda suatu hal yang akan dilakukannya. Sema berpikir keras dalam memecahkan kode dari senyuman kecil yang Kasuvi tunjukkan padanya.

Ketika ia memikirkannya, Kasuvi sudah diserang oleh puluhan sihir api berupa bola api berukuran bola besar ke arahnya. Kasuvi tersenyum licik, ia mengerahkan tangan kanannya ke depan lalu merapal sebuah sihir yang di ujung telapak tangannya muncul segel sihir berwarna merah menyala.

   "Sihir Naga: Rising Vortex Dragon."

Sebuah naga api dari segel sihir yang dirapal oleh Kasuvi melindunginya dengan naga tersebut yang bergerak melingkar menyerap tembakan api musuh.

Para pasukan musuh yang menyerangnya hanya terpaku dengan kehebatan naga api yang berukuran cukup besar itu. Dengan segera, Kasuvi memerintahkan naga api itu untuk menyerang semua pasukan musuh dan mengabaikan para tawanan.

Naga api tersebut menyerang musuh dengan menyambar satu persatu lalu menggigitnya dan menabrakkannya ke dinding. Saat ini Sema sadar arti dari senyuman Kasuvi setelah melihat keadaan dan kondisi yang ada di depan matanya.

Apa yang dipikirkan Sema adalah Kasuvi membantai semua pasukan musuh, sedangkan apa yang dipikirkan Kasuvi adalah agar terlihat keren di mata Sema.

   "Me-menakutkan ... Kasuvi mengerikan ... "

   "Fufufu ... dengan ini, Soutarou akan bangga padaku."

Tetapi, sebuah pedang memotong sihir naga api milik Kasuvi dan lenyap begitu saja. Komando pasukan musuh datang dengan pedang cukup besar dengan bentuk tubuh tinggi dan berotot.

Memakai perlengkapan ringan pada tubuhnya, senyuma lebar terpampang di wajahnya karena ia menemukan musuh yang menarik.

   "Ko-komandan!?"

Salah seorang pasukan yang dapat kabur dari naga api Kasuvi segera melaporkan keadaannya kepada Komandannya. Setelah berbisik-bisik, Komandan musuh tersenyum kecil seraya berhadapan dengan Kasuvi yang menunjukkan ekspresi datar.

   "Apakah kau yang menyerang semua pasukanku?"

   "Ya ... seperti yang kau lihat, gendut."

Komandan pasukan musuh langsung menyerang Kasuvi dengan pedangnya secara horizontal ditambah sihir peningkat fisik. Sema yang melihat keadaannya langsung berlari dengan cepat karena Kasuvi tidak bersenjata maupun perlengkapan pelindung.

*Trang

Sema dapat menahan serangan Komandan musuh memakai pedangnya yang ia genggam dengan tangan kanan dan tangan kiri untuk memperkuat posisi pedang. Namun, pedang milik Sema patah dan menjadi dua bagian lalu dirinya sendiri terpental jauh ke samping kanan.

Pasukan musuh yang ada di sekitarnya langsung menahan pergerakan Sema yang ingin berdiri lagi. Sedangkan Kasuvi, ia ditodong dengan pedang berukuran besar yang siap menebas dirinya kapan pun.

   "Hentikan!? Kasuvi! Pergi dari sini! Tinggalkan aku!"

Teriak Sema dengan mengerahkan seluruh tenaganya, dia memberontak untuk dapat bebas tetapi pasukan musuh menahan pergerakannya. Amarah Sema sudah tak terbendung, matanya menatap tajam kepada Komandan musuh yang akan menebas Kasuvi.

   "Hentikan!"

Teriakan dari Sema membuat pasukan musuh dan Komandan menarik perhatiannya, Sema mengeluarkan sebuah aura yang meluap-luap dari dalam tubuhnya.

Pergerakan yang tadinya sudah terkunci, Sema dapat mengangkat orang-orang yang menindihnya lalu dapat lolos dari kuncian pasukan musuh.

Kasuvi menoleh ke arahnya, kekuatan dan aura yang dikeluarkan Sema merupakan aura naga. Dengan segera, Sema berlari ke arah Komandan musuh dan kemampuan fisiknya bertambah dari pada manusia biasa.

Sema melompat dan melayang cepat karena ia melompat disaat larinya sangat cepat. Mengerahkan pukulan tangan kanan ke arah Komandan musuh, tetapi ia menahan pukulan Sema dengan pedangnya yang berukuran besar.

*Brakk

Pukulannya membuat pedang yang ia pukul retak, tetapi tangan bagian punggung terluka karena Sema mengeluarkan banyak tenaga dalam pukulannya.

Kasuvi yang memperhatikan aksi Sema hanya dapat melihat dengan terpaku disertai rasa kagum akan seorang pria yang menyelamatkannya.

Sema segera mundur setelah meluncurkan pukulannya, ia membelakangi Kasuvi dengan tangan kiri yang memegang tangan kanan karena ia kesakitan setelah memukul pedang dengan tangan kosong.

Aura yang dikeluarkan oleh Sema mulai pudar, Komandan musuh terkejut dengan rasa terpukau setelah melihat seorang manusia dapat membuat retak pedang miliknya.

   "Kasuvi, kenapa kau tidak pergi dari sini!?"

Ucap Sema seraya menoleh sedikit ke belakang, Kasuvi hanya menunjukkan ekspresi yang malu karena ia dilindungi oleh Sema.

   "Ka-karena ... Soutarou pasti akan datang menolongku."

Jawab Kasuvi dengan malu-malu, Kasuvi kesal dengan jawabannya lalu berbalik badan seraya memegang kedua lengan Kasuvi.

   "Aku khawatir padamu karena bisa saja kau membantai semua musuh."

   "Ekh?"

Sema mulai memikirkan ucapannya, tetapi apa yang ia pikirkan memang seperti itu. Jika Kasuvi tidak pergi, maka musuh yang ada di hadapannya dapat disikat oleh Kasuvi kapan pun ia mau.

Tetapi apa yang dipikirkan Kasuvi saat ini, ia terbengong karena perkataan Sema yang mengatai dirinya kejam.

Kasuvi langsung memegang kerah baju milik Sema lalu menggoyang-goyangkannya dengan rasa kesal karena ia pikir Sema akan menyelamatkannya.

   "Ekh!? Kenapa aku yang salah?"

Pikir Sema seraya dirinya diguncang oleh Kasuvi yang kesal padanya, Komandan musuh hanya menunjukkan ekspresi yang kecut setelah ia mengganti pedangnya dengan pedang yang baru.

Ketika Sema dan Kasuvi berniat untuk melawan pasukan musuh, pasukan kerajaan sudah tiba untuk membantu Sema yang sedang menahan pasukan musuh. Para tawanan pun sudah pergi dan dievakuasi ketika para pasukan kerajaan datang ke tempat ini dan para penduduk yang diselamatkan oleh Sema memberitahu para pasukan tentang keadaannya.

Sehingga, saat ini pasukan musuh telah dikelilingi oleh pasukan kerajaan berzirah lengkap dengan senjata berupa tombak dan pedang.

Sema segera pergi bersama Kasuvi dan meninggalkan medan perang, Kasuvi mengendong dengan gaya tuan putri, rasa sakit dari tubuh Sema setelah melakukan akselerasi mulai terasa.

   "Fufufu ... Soutarou keren."

   "Apa yang kau tertawakan?"

   "Tidak ... tidak ada."

   "Huh ... aku tidak mengerti sama sekali tentangmu dan ... turunkan aku! Malu woi!"

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter