9 Mencoba Meskipun Tidak Berguna

Setelah langit berwarna jingga kemerahan, burung-burung berterbangan kembali ke sarang mereka dan para pegawai pulang ke rumah setelah seharian bekerja.

Sema dan Kasuvi menutup toko mereka, setelah tutup dan pintu depan terkunci dari luar. Sema dan Kasuvi pergi ke wilayah Timur Archdale untuk menemukan jawaban dari ucapan Vallhein yang membuat Sema penasaran.

Sema membeli pedang terlebih dahulu di toko pandai besi terdekat, ia membeli pedang kembar ukuran pendek yang berjumlah enam. Kasuvi menemani Sema kemana pun dia pergi, tetap bersamanya merupakan bentuk kebahagiaan lain menurutnya.

Setelah membeli pedang kembar ukuran pendek, ia menempatkannya pada wadah pisau yang ada pada pinggang sebelah kanan dan kiri lalu jumlah masing-masing tiga.

Ia juga membeli sebuah jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, penyamaran sangatlah diperlukan jika ingin mengintai musuh yang belum diketahui.

   "Soutarou ... kau tidak memiliki energi sihir, apakah kau masih mau pergi ke tempat itu?"

Tanya Kasuvi seraya berjalan di samping kanan Sema, Sema menganggukkan kepala ketika Kasuvi selesai mengucapkan pertanyaannya.

   "Aku tidak peduli meskipun aku tidak memiliki sihir, tetapi ... menolong orang lain lebih penting apalagi bersangkutan dengan nyawa."

Jawab Sema, jawaban darinya membuat Kasuvi nostalgia pada saat pertemuan pertamanya. Ia tersenyum kecil ketika mengingat-ingat apa yang dimilikinya dan apa yang tidak bisa dimilikinya.

Jika bersama Sema, Kasuvi yakin ... ia dapat menemukan jawaban yang ia cari selama ini meskipun akan memakan waktu yang lama lagi.

   "Sudah kuduga ... Soutarou itu baik, aku suka."

Kasuvi mengatakannya seraya menoleh disertai senyuman manisnya, Sema cukup malu karena Kasuvi mengatakan suka dan ia hanya bisa pura-pura melihat ke arah lain dengan jari tangan kanan yang menggaruk pipi.

   "Serius ... aku tidak bisa mengerti tentang Kasuvi sedikit pun ... "

* * * * * *

Setelah perjalanan yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit, Sema dan Kasuvi akhirnya sampai di wilayah Timur Archdale. Suasana dan kondisi saat ini sudah gelap karena akan memasuki waktu malam.

Wilayah Timur Archdale cukup ramai, tetapi di tempat ini tidak ada keanehan apapun yang pernah dikatakan Vallhein kepadanya.

   "Apa maksudnya ini ... menemukan sesuatu yang menarik di perdagangan budak, apa maksudnya?"

Pikir Sema dengan jari tangan kanan di dagu dan tangan kirinya berada di pinggang, Kasuvi tetap tersenyum kecil ketika Sema menoleh ke arahnya jika saja Kasuvi berbuat yang aneh-aneh.

   "Sepertinya aku harus melakukannya."

Pikir Kasuvi, sebetulnya yang terjadi saat ini adalah Kasuvi merasakan banyak sekali energi mana dalam suatu tempat yang ada di dekat hutan timur Archdale.

Sema tidak dapat menyadarinya karena ia hanya memiliki energi sihir yang sangat sedikit. Namun, insting Jomblonya yang telah lama ia latih dapat mengendus kebohongan Kasuvi sedari tadi yang diam saja.

   "Apa yang kau sembunyikan Kasuvi?"

Tanya Sema seraya berhadapan dengannya dengan tatapan yang menyipit, Kasuvi yang terkejut hanya bisa memalingkan wajahnya disertai senyuman yang dipaksakan dan itu terlihat aneh.

   "Ti-tidak ada ... tidak ada yang kusembunyikan, ehehe ... "

Jawab Kasuvi seraya melihat ke arah lain dan tidak menatap Sema yang sedang bertanya padanya. Karena kesal, Sema mencubit-cubit pipi Kasuvi kanan kiri dengan kedua tangannya yang gregetan akan tingkah Kasuvi.

   "Sa-sakit, sakit ... Soutarou, sakit. Dibilang sakit woi!"

Kasuvi ngegas ketika Sema tidak berhenti mencubit-cubit pipinya, Sema terbengong sebentar dengan kedua tangannya melepas pipi Kasuvi untuk mencerna kejadian yang baru saja terjadi saat ini juga karena suatu kebetulan yaitu ... Kasuvi ngegas untuk pertama kalinya.

   "Si-sialan ... sifat liarku muncul karena pada dasarnya Dragonewt Iblis merah suka ngegas, aku harus hati-hati lagi."

Panik Kasuvi seraya memalingkan wajahnya ke arah lain dengan tangan kanan yang menutupi mulutnya. Sema masih menunjukkan wajah yang bego karena tidak berhasil mencerna kejadian yang tadi.

   "Su-sudahlah Soutarou, bukankah kita harus pergi dari sini."

Sahut Kasuvi dengan tergesa-gesa, kesadaran Sema kembali lagi setelah berada dalam mode berpikir dalam ala Jomblo.

Dan begonya lagi, Sema lupa akan kejadian tadi lalu Kasuvi menghela napas dengan lega karena Sema melupakan peristiwa penting seumur hidup yaitu Kasuvi ngegas.

   "Ngomong-ngomong Kasuvi, apakah kau tahu lokasinya?"

Tanya Sema, Kasuvi menanggapinya dengan anggukan kepala lalu menunjuk ke sebuah tempat yang merupakan tempat yang ada di dalam hutan.

Tetapi sebelum memasuki hutan yang ada di wilayah Timur ini, Kasuvi berjalan di depan Sema lalu mengerahkan tangan kanannya ke depan. Beberapa detik kemudian, sebuah lapisan yang tadinya tembus pandang kini jadi terlihat jelas.

   "Apa maksudnya ini? Apakah sebuah sihir?"

Tanya Sema, Kasuvi menekankan mana yang ada dalam tubuhnya lalu dikeluarkan dengan serentak pada telapak tangan kanannya. Lapisan sihir yang mengelilingi hutan wilayah Timur Archdale pun lenyap.

   "Lapisan yang tadi merupakan sihir ilusi, yah ... sihir ini terbilang membahayakan jika tujuan dari si perapal sihir ini bertujuan untuk membahayakan."

Jawab Kasuvi, karena merasa tidak enak kepada Kasuvi, Sema menggantikan posisinya yang tadinya memandu kini Sema yang ada di depan Kasuvi.

Kasuvi memegang sebagian jubah Sema lalu berjalan di samping kirinya, karena memasuki hutan akan sangat merepotkan jika tidak ada penerangan.

Kasuvi menggunakan sihir api miliknya yang berupa memunculkan api di telapak tangan kiri sedangkan tangan kanan untuk memegang sebagian jubah Sema.

   "Apakah di hutan ini bakal ada kuntilanak dan pocong, aku harap ... dapat menampol mereka walau pun sekali seumur hidup."

Pikir Sema seraya berjalan pelan agar dapat menyelaraskan langkah kakinya dengan langkah Kasuvi yang agak lambat.

Setelah beberapa menit berlalu menyusuri hutan yang gelap ini, Sema dan Kasuvi menemukan sebuah bangunan yang terbuat dari kayu dan terdapat cahaya penerang dari dalam bangunan tersebut.

   "Sepertinya itu tempatnya."

Sahut Sema dengan agak pelan, Kasuvi memadamkan sihir api yang ia gunakan sebagai penerangan agar tidak menarik perhatian.

   "Baiklah, kita bakar saja lalu pulang."

   "Mau aku tampol ya? Beneran kutampol kau."

Kasuvi langsung cemberut karena Sema tidak setuju dengan usulan darinya, mau tidak mau ... Sema dan Kasuvi menunggu sebentar di luar untuk melihat keadaannya terlebih dahulu.

Sepuluh menit telah berlalu, tidak ada tanda-tanda yang terjadi malahan Sema dan Kasuvi kesal karena banyak sekali nyamuk yang hinggap di tubuh mereka berdua.

   "Baiklah, karena ini membuatku kesal ... kita sikat mereka, ayo Kasuvi."

Ucap Sema seraya beranjak dari tempat duduk dengan sandaran berupa batang pohon, Kasuvi segera menyusulnya disertai wajahnya yang manis karena ia ingin segera pulang dan tidur.

Sedangkan Sema, ia ingin segera menyelesaikan masalah ini lalu bersiap-siap untuk besok bekerja di bar miliknya sendiri.

*Brakk

   "Punten, beli rokok!"

Seru Sema seraya mendobrak pintu bangunan ini, hanya saja ... di dalamnya kosong dan tidak ada siapapun meskipun ruangan depan ini terlihat baru saja dipakai oleh manusia.

   "Sialan, aku kebelet di saat-saat penting seperti ini."

Pikir Sema seraya mengatur napasnya, Kasuvi terlihat mendeteksi mana milik orang lain yang baru saja pergi dari sini. Sehingga, ia dapat melacak mana orang lain yang baru saja pergi dari tempat ini.

   "Soutarou ... entah kenapa ... orang-orang yang baru saja pergi dari tempat ini pergi ke bagian belakang bangunan ini."

   "Begitu ya, Kasuvi ... jika kau menemukan musuh, sikat saja."

Sahut Sema dengan wajah yang serius, namun sebetulnya ia sudah kebelet dan ingin mengeluarkannya dengan segera. Kasuvi menanggapi ucapan Sema dengan wajah yang bahagia, karena baru pertama kali ini ia mendapatkan perintah dari Sema dengan tegas.

Sema dan Kasuvi segera pergi ke bagian belakang bangunan ini, melihat jejak sihir yang ditinggalkan. Kasuvi menemukan sebuah alat sihir yang membuat siapapun dapat melakukan lompatan ke tempat lain layaknya teleportasi.

Tetapi, dalam melakukan teleportasi memakai alat sihir ini harus ada perangkat lain yang menjadi tujuan dari lompatan. Kasuvi mengaktifkan alat sihir ini yang berbentuk kepingan piring.

Kepingan itu berubah bentuk lalu membentuk struktur lingkaran bagaikan sebuah cermin yang memantulkan bayangan itu sendiri. Sema mencoba memasukkan jari jemarinya ke dalam lapisan ini, jari-jarinya dapat masuk dan tidak terjadi apa pun.

Sema mempersilahkan Kasuvi terlebih dahulu untuk masuk, lalu berikutnya dirinya sendiri namun sebelum itu ... ia setor dulu di semak-semak agar menjadi lebih lega lagi.

Setelah siap, perlahan-lahan Sema memasuki alat sihir yang telah dimasuki oleh Kasuvi tadi. Sebuah tempat asing dengan pencahayaan yang dilakukan dengan alat sihir penerangan, terang yang dihasilkan seperti biasanya dan pandangan pun cukup jelas.

Tempat ini seperti bagian bawah tanah yang biasa dilakukan untuk memenjarakan atau menawan orang. Karena di sepanjang mata memandang, hanya ada sel-sel penjara yang dipisah menjadi beberapa sel.

   "Apakah ini tempatnya ... "

Gumam Sema, mereka berdua segera menelusuri tempat ini dengan memperhatikan langkah kaki mereka berdua agar tidak mengeluarkan suara.

Sebuah belokan di depan mereka terdapat cahaya yang cukup terang di bandingkan di tempat mereka berdua yang sedikit gelap. Sema menoleh sebentar ke belakang dengan wajah serius, Kasuvi menganggukkan kepala pertanda mengerti.

Perlahan-lahan mereka berdua menempel pada dinding belokan itu, mengintip apa yang sedang terjadi meskipun hanya sesaat.

Terdapat beberapa Demi-Human yang lehernya dipasangi dengan kalung yang terdapat rantai pada kalungnya agar mereka tidak lari. Lalu, kedua tangannya diborgol dengan balok kayu.

Hanya saja, terdapat delapan orang yang menjagai para budak-budak Demi-Human itu. Dan salah satu penjaganya adalah Komandan dari pasukan musuh yang menyerang kerajaan Archdale sebelumnya.

   "Begitu ya ... mereka semua lolos dari kejaran pasukan Archdale, apakah kami harus bergerak ... "

Pikir Sema seraya melihat situasi yang ada di depan matanya, ia menghela napas sebentar lalu memandangi wajah Kasuvi yang sedang tersenyum kecil ke arahnya.

   "Ada apa Kasuvi?"

Kasuvi menanggapi pertanyaan dari Sema dengan menggelengkan kepala disertai kedua matanya yang tertutup. Ia kembali membuka matanya lalu menatap kedua mata Sema.

   "Aku percaya pada Soutarou, apa yang kau lakukan merupakan perwujudan dari kebaikan itu sendiri. Karena itu Soutarou, percayalah pada dirimu sendiri."

Kata-katanya yang diucapkan dengan halus dan pelan disertai senyuman manisnya yang membuat Sema tersadar. Sema tersenyum kecil dengan sedikit malu, tetapi ... ia berterima kasih kepada Kasuvi karena sudah menenangkannya.

   "Baiklah ... kita sikat mereka dan segera pulang ke rumah."

To Be Continue .....

avataravatar
Next chapter