37 Lari!

Setelah misi dari menyelesaikan dungeon itu. Sema meminta Fafnir untuk menyembuhkan luka Shen Liu dan dirinya sendiri. Sehingga, sepuluh orang yang dikirimkan ke dungeon ini kembali dengan selamat tanpa ada luka sedikit pun.

Sebagai hadiah karena menyelesaikan dungeon, sepulang dari misi yang telah diselesaikan oleh Sema dan Waka. Mereka berdua diberi izin untuk bersitirahat selama seminggu penuh.

Sehingga pada malam itu, Sema kembali ke rumahnya yang terdapat Kasuvi tengah menunggu kehadirannya yang cukup menjauh dari dirinya.

Hari berlalu dengan penutupnya berupa malam yang terdapat cahaya bintang yang gemerlapan. Entah apa yang ingin mereka sampaikan, apakah itu sebuah harapan dan mimpi semua orang.

* * * * * *

   "Ngg ... napas siapa yang mengganggu ini ... "

Sema mencoba untuk membuka kedua matanya perlahan-lahan. Mendapati seorang perempuan tengah tertidur dengan wajah yang menghadap ke arahnya.

   "A-apa yang sebenarnya terjadi!?"

Panik Sema setelah melihat situasi yang tidak mungkin ini. Bagaimana bisa, seorang perempuan manis tiba-tiba saja tidur di sampingmu? Itu akan membuat pria mana pun akan terbingungkan dengan situasi sekarang ini.

   "Kasuvi ... "

Sema mencoba beranjak dari kasurnya tanpa mengeluarkan suara yang berisik agar tidur Kasuvi tidak terganggu. Setelah itu, ia mengendap-endap keluar dari kamarnya dan segera pergi ke toilet yang dikhususkan untuk yang tinggal di bar ini.

Ketika sampai, Sema meraih sikat gigi yang baru saja dibeli kemarin oleh Levius. Menempelkan campuran obat herbal yang bentuknya seperti pasta gigi ke sikat gigi.

Ia berkumur-kumur terlebih dahulu kemudian berniat untuk pergi ke depan bar dengan tangan kiri yang menggenggam gelas kayu berisi air. Ketika ia keluar dari ruangan ini, Levius datang dengan rasa kantuk yang masih menyerang, apalagi kedua matanya yang masih tertutup.

   "Pagi ... "

   "Fuagi."

Jawab Sema seraya menggosok giginya menggunakan sikat gigi. Levius yang sudah melewati Sema segera mengambil sikat gigi lalu membawa air dalam gelas kayu seperti apa yang dilakukan oleh Sema.

Mereka berdua pergi ke depan bar lalu menyapa setiap orang yang melewati jalan ini seraya menyikat gigi. Meskipun mereka berdua terlihat tidak sopan karena masa bodoh dengan lingkungan sekitar, orang-orang yang sudah tinggal di sekitar sini tidak heran akan tingkahnya.

Setelah dirasa cukup bersih. Sema kembali berkumur-kumur kemudian membuangnya ke depan ketika tidak ada orang. Levius menunjukkan ekspresi yang kecut karena kecipratan sisa air yang disemburkan oleh Sema.

   "Bagaimana keadaan bar?"

   "Yah ... begitulah."

Jawab Levius dengan agak malas untuk menjelaskannya. Levius merapal sihir elemen air yang membuat air milik tetangga sebelah dapat ia kendalikan.

Sema dan Levius menggunakan air itu untuk membasuh wajah mereka yang masih ngantuk. Ketika ia selesai, terdapat beberapa penduduk Archdale yang menyapa Sema dengan senyuman kecil.

Teringat dengan Kasuvi dan yang lainnya, Sema berniat untuk membuat mereka bahagia meskipun sedikit. Apa yang ia berikan saat ini kepada mereka, kemungkinan hanya bagian kecil dari kebahagiaan yang layak.

Langkah kaki kecil yang pelan, membuat Sema berbalik badan lalu menatap sosok serigala kecil putih. Namun itu membuat Sema kesal, apa yang membuat Sema kesal adalah ekspresi mengejek yang ditunjukkan oleh serigala kecil itu.

Dengan seperti itu, Sema menendangnya cukup keras dan serigala kecil itu terhempas sampai-sampai menabrak dinding bar. Serangan seperti itu tidak terlalu berefek kepada serigala kecil yang merupakan penjelmaan dari Raijuu.

   "Selamat pagi, Soutarou."

Kasuvi menyapa Sema seraya menghampiri mereka berdua dari belakang. Sema menyapa balik Kasuvi disertai senyuman kecilnya. Sera dan Ruina yang baru saja pulang dari pasar, terlihat menuju ke sini dan melambai-lambaikan tangan kanannya.

   "Kami pulang, ngomong-ngomong ... untuk apa bahan-bahan ini?"

Tanya Sera dengan tangan kanan yang memegang kantong kertas berisi beberapa bahan yang tadi. Sema hanya menjawabnya dengan anggukan kepala dan berkata untuk bahan masakan.

   "Kalian, untuk dua hari ke depan, kita tutup."

Ucapan dari Sema membuat Sera dan Ruina cukup heran. Tidak biasanya seperti ini, malahan Sema menyuruh Sera, Ruina, dan Kasuvi untuk bersiap-siap pergi ke kota jika sudah menjelang siang.

* * * * * *

   "Ngomong-ngomong ... untuk apa kita pergi ke kota?"

Tanya Levius dengan memakai perlengkapan ringan seperti ketika pergi ke kerajaan Erinu. Sera dan Ruina masih memakai seragam pelayan dan itu memang keinginan mereka sendiri.

Kasuvi memakai pakaian yang biasa, pakaian dengan warna yang didominasi oleh warna merah dan putih. Jubah putih yang terbelah dan saat ini, ia memiliki mood yang bagus.

   "Terus bekerja dengan monoton hanya akan bosan. Sesekali liburan, aku juga memiliki perasaan berperikemanusiaan."

Sahut Sema lalu melihat ke bawah kaki Kasuvi yang terdapat serigala kecil itu memiliki niat untuk mengintip. Dengan cepat, Sema langsung menendangnya dengan keras sampai terhempas dan menabrak tumpukan buah yang telah ditata.

   "Dari mana rasa berperikemanusiaanmu?"

Ucap Levius, Sera, dan Ruina di dalam hatinya seraya melihat Sema dengan ekspresi kecut. Ketika menyadarinya, pemilik toko buah itu terlihat kaget ketika ada serigala kecil yang masuk ke barang dagangannya.

Sema segera pergi ke toko buah itu. Tahu-tahu, pemilik toko buah itu adalah kenalan Sema yang sebelumnya memiliki profesi sebagai pasukan bayaran dan ia juga sebagai ketuanya.

   "Mblo, serigala ini milikmu?"

Tanya dirinya seraya mengangkat serigala kecil itu kepada Sema yang tengah berdiri di hadapannya. Akan tetapi, Sema malah menolaknya dengan gerakan kedua tangannya yang memiliki isyarat menolak.

   "Ambil saja, serigala itu numpang di tempatku."

Ucap Sema dengan sadis dan tidak memiliki sifat manusiawi, meskipun dia berniat untuk bercanda akam tetapi wajahnya terlihat serius. Serigala kecil itu terlihat ingin menangis, kemudian melolong dengan suara yang agak sedih.

   "Hehehe ... dengan ini, Sema tidak akan menolakku. Apalagi ada banyak orang yang sedang melihatnya, mau tidak mau dia harus menerimaku."

Pikir Raijuu dengan niat terselubungnya. Perlahan-lahan Sema mulai menyerah dengan helaan napas, berjalan menghampiri pemilik toko buah itu lalu Sema mengerahkan tangan kanannya untuk meraih serigala kecil itu.

Pada saat ini, harapan Raijuu adalah dapat bersama Sema. Hanya ada dua alasan yang harus ia tekankan untuk sekarang ini. Satu, dia harus bersama dengan pembawa intinya mau bagaimana pun juga.

Jika Sema mati, maka Raijuu pun akan terkena imbasnya. Dua, bentuk serigala kecil ini hanya kumpulan kekuatan Raijuu dari intinya. Untuk sekarang, wujud Raijuu yang dilihat oleh Kasuvi, Levius, dan pemilik toko adalah serigala kecil.

Namun, apa yang dilihat oleh Sera dan Ruina adalah sesuatu yang wujudnya itu layaknya kumpulan asap berwarna putih. Karena itu, sedari tadi mereka penasaran dan menanyakannya kepada Kasuvi.

Pada saat mendapatkan jawaban dari Kasuvi, mereka berdua baru saja mengerti bahwa asap putih yang mereka lihat sedari tadi adalah serigala kecil berwarna putih yang selalu disebutkan oleh Sema.

   "Ngomong-ngomong ... sejak kapan kau punya harem?"

Tanya pemilik toko buah itu, Sema menanggapinya dengan helaan napas lalu mengusap-usap kepala Raijuu perlahan-lahan.

   "Mereka bukanlah haremku, mereka juga bukanlah hartaku mau pun alat. Harem hanyalah dorongan nafsu seksual, adanya cinta dalam harem hanyalah bullshit."

   "Berhati-hatilah, Levius adalah ras Dragonewt Iblis biru yang keberadaannya sangat langka. Kemampuan tempurnya sangat hebat, kau dapat mengurusnya dengan baik."

Ucapan dari pemilik toko buah membuat Sema teringat. Ia tidak terlalu mengenal akan Kasuvi, Levius, Sera, dan Ruina.

   "Ngomong-ngomong ... kau tahu di mana desa ketika Levius tinggal?"

* * * * * *

Sema mengajak mereka berkeliling kota untuk menikmati suasana akhir pekan ini. Sudah cukup lama mereka menikmati kuliner yang jarang mereka temui, hanya saja untuk Sera dan Ruina diberi beberapa tetes darah segar agar dapat dinikmati.

Ketika mereka berempat istirahat di bawah rendangnya pohon taman, sambil menikmati es krim yang dibeli oleh Levius. Sema, mengenal seorang pria yang tengah berjalan di hadapan mereka dan cukup jauh.

Orang yang dilihat oleh Sema adalah Hazama dan Houns Rayford. Dengan inisiatif, Sema menyuruh Kasuvi dan yang lainnya untuk menunggu di tempat ini sedangkan dirinya berniat untuk pergi menyapa dua orang itu.

   "Lihat Houns, ada seorang Jomblo tengah menuju ke mari."

Sahut Hazama seraya menunjuk ke samping kiri yang di mana terdapat Sema sedang berlari ke arah mereka berdua. Houns menoleh ke samping kiri karena perkataan dari Hazama, namun ...

Perhatiannya tertuju pada Levius yang tengah berbicara dengan Kasuvi, Sera dan Ruina. Apa yang ia rasakan adalah tanda bahaya dari dua orang perempuan sedang duduk di atas kursi kayu yang memanjang di taman ini.

Ia melihat ekor cukup panjang yang dimiliki oleh Levius. Ia sangat mengenal betul akan ekor yang dimiliki oleh Levius. Apalagi ketika ia melirik ke arah Kasuvi, ia menyadari bahwa dua orang itu bukanlah keberadaan makhluk yang biasa.

   "Dia ... "

Houns mengabaikan Sema dan Hazama, ia melangkahkan kakinya menuju Levius seraya menggumam. Tangan kanannya memunculkan segel sihir berwarna biru, muncul Arch Gear miliknya yang berbentuk tombak.

Sema menoleh ke samping, terdapat Houns yang tengah berlari cepat ke arah Levius dan yang lainnya. Sema segera berlari mengejarnya, karena Houns bersiap-siap untuk mengayunkan tombaknya.

   "Impact Spear!"

Houns melempar tombaknya sekuat tenaga dengan kecepatan yang hebat. Tombak yang ia luncurkan memancarkan air, air itu membentuk tombak illusi yang menyerupai bentuk aslinya sehingga terdapat dua tombak yang melesat ke arah Kasuvi dan Levius.

Levius yang menyadari serangan dari Houns, segera memunculkan senjata miliknya yang berupa jangkar dengan ukuran cukup besar. Menghantam balik dua tombak itu dengan mengayunkannya sekuat tenaga.

   "Dragonewt Iblis biru ... akan kubantai mereka."

To Be Continue

avataravatar
Next chapter