49 Kurang Hoki

Malam hari ...

Sema tetap terjaga di gelapnya malam. Ia tetap waspada di atas pohon dengan sibuk memakan jamur liar yang ia masak dengan teknik asapan. Untuk tidur di daerah seperti Perbatasan ini, kelangsungan hidupnya hanya sekitar 20%.

Bisa saja terjadi serangan mendadak, monster buas yang kelaparan, dan tidak sengaja masuk ke peperangan antar dua monster yang berbeda jenis. Untuk saat ini, dia mengistirahatkan tubuhnya di atas pohon dengan perut yang sudah kenyang.

"Hari pertama, mengalahkan tiga Orc. Susah sekali, sialan."

* * * * *

Pagi hari yang damai dengan kicauan burung yang memenuhi hutan. Suara semak-semak yang bergerak, langkah kaki, dan hembusan angin membuat dirinya terbangun.

Ketika Sema akan meregangkan setiap anggota tubuhnya, ia menyadari bahwa dia tidur di atas batang pohon dan hampir saja jatuh. Kedua tangannya langsung menggengam erat batang pohon, dengan segera ia turun ke permukaan tanah.

"Baiklah ... cari makan dulu."

Sema menekan aura keberadaannya seraya mengatur napas berulang kali. Memaksimalkan kemampuan indra pendengaran dan perasa beserta insting Jomblonya. Tidak ada tanda-tanda pergerakan di sekitarnya, ia berjalan dengan santai tanpa menyentuh senjatanya.

"Untuk sarapan, lebih baik makan ikan karena bisa membuat pintar. Meskipun aku tetap bodoh makan ikan."

Pikir Sema seraya mengingat-ingat ucapan Menteri Kelautan S*si P*djiastuti ketika di dunianya dulu. Ketika ia berniat untuk pergi ke danau, di mana dia bertemu Hazama dan seorang pengguna Arch Gear terkutuk yang melukai Kasuvi.

Melihat sekumpulan party yang tengah merapikan bekas kemah mereka. Ada yang bertugas memasak, merawat perlengkapan, dan mengatur strategi.

"Apakah mereka para petualang dari Kerajaan Erinu?"

Sema bersembunyi sebentar di balik semak-semak dan pepohonan. Beberapa menit kemudian, dirinya memberanikan diri untuk muncul dan menghampiri party tersebut.

Langkah kakinya terdengar oleh seorang laki-laki dengan tubuhnya yang dipenuhi perlengkapan ringan dan ditutupi dengan jubah hitam. Dia juga memiliki senjata yang jenisnya sama dengan Sema, berupa dagger dengan kilauan yang berwarna hitam.

Langkah kaki Sema terhenti, saling bertatapan dengan orang tersebut. Kemungkinan besar, laki-laki yang memiliki senjata berupa dagger tersebut mempunyai Job Thief.

Memiliki rambut pendek dan berwarna hitam, tubuhnya sesuai proporsi dan selaras dengan keahlian yang dimiliki.

"Ada apa? Apakah kau petualang yang terpisah dengan kelompokmu?"

Tanya laki-laki tersebut yang seumuran dengan Sema. Ia berdiri seraya menepuk-nepuk kedua tangannya, mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman. Sema dengan rasa curiga, perlahan-lahan meraih tangan kanan tersebut lalu bersalaman.

Laki-laki yang ada di hadapan Sema, meraih sesuatu dari perlengkapan pada pinggangnya dengan tangan kiri. Pada saat itu, tangan kirinya mengambil sebuah jarum yang dilapisi cairan pelumpuh. Hampir saja, ia tertusuk dengan kondisi yang sedang bersalaman dengannya.

Dengan segera, Sema menarik tangannya dan menarik dagger yang ada di pinggangnya. Mengayunkannya ke depan, dua dagger saling bersentuhan dan menimbulkan suara besi yang saling bergesekan.

Dua rekannya yang merupakan seorang laki-laki dan perempuan yang tengah melakukan pembicaraan tentang strategi. Perhatiannya teralihkan oleh suara berisik yang dihasilkan dari besi dan berulang kali.

Yang sedang memasak, merupakan seorang perempuan dengan Job Healer. Dirinya mengambil tongkat sihir yang ada di sampingnya. Mereka bertiga berkumpul dengan senjata yang selaras pada keahlian masing-masing.

Sema mundur sementara setelah mendapatkan momentum yang pas untuk menghindar. Kini, satu party telah lengkap yang beranggotakan empat orang.

"Hei, bukankah orang itu termasuk ke dalam kategori buronan?"

Tanya Healer yang segera menghampiri laki-laki yang bertarung dengan Sema tadi. Memeriksa keadaannya jika ada yang luka, dia merapal sebuah sihir jenis buff kepada ketiga orang lainnya.

"Ya, harga kepalanya lumayan. Kita ambil hadiahnya yang berjumlah seratus koin emas itu."

Ucap laki-laki yang memiliki Job Thief tersebut. Laki-laki yang ada di belakang dengan perlengkapan ringan, menghunuskan pedangnya untuk membantu. Seorang lagi, seorang perempuan yang terlihat memiliki keahlian berupa penyihir merapal sihir yang memiliki elemen api.

Dia memiliki penampilan dengan jubah ungu yang menutupi tubuhnya. Memakai kacamata, namun wajahnya tidak terlihat karena memakai topi bundar khas dari ahli sihir.

Di atas permukaan yang saat ini terdapat Sema berdiri, muncul segel sihir berwarna merah menyala. Sema langsung mundur segera, segel sihir merah tersebut menyemburkan api ke atas.

"Sialan, kurang hoki."

Ia segera memposisikan tubuhnya dengan posisi siap bertarung. Mengambil satu dagger lagi, kini dirinya menggenggam dua dagger. Ketika pandangannya menghadap ke depan, laki-laki yang memegang dagger itu menghilang.

Sema menyadari kemampuan yang biasanya dipunyai oleh orang yang memiliki Job Thief. Kemampuan dalam menghilangkan keberadaan dan keahlian dalam menggunakan peralatan kecil. Ia menyadari, Thief tersebut sudah ada di belakangnya saat ini dengan tangan kanan menggenggam dagger.

"Back Stab."

Langsung saja, dia menusuk punggung Sema dari belakang dengan senyuman kecil yang menyertainya.

*Trang

Dia terkejut hebat, Sema dapat menahan serangannya dengan membelakangkan tangan kanannya yang memegang dagger. Sisi kanan dari dagger, dapat menahan tusukan dari serangan Thief tersebut.

"Reflek gila macam apa itu?"

Pikir Thief tersebut seraya mundur setelah tusukannya ditahan oleh Sema. Sebetulnya Sema sudah menyadari, serangan orang itu sama dengan pukulan Rean yang selalu mengincar tubuh bagian belakang.

Karena ketiga teman somplak selalu mengajak Sema latih tanding. Kebiasaan dan pola gerakan, sudah ia prediksi dengan reflek cepat yang dia miliki untuk kegiatan sehari-hari.

Perempuan yang memiliki keahlian berupa Mage, segera merapal sihir api dengan memunculkan lima bola api yang meluncur cepat ke arah Sema. Sema melempar lima dagger ke depan, menarik benang mana yang telah menempel pada gagang dagger.

Sehingga, kelima bola api itu meledak ketika saling bertubrukan dengan kelima dagger yang telah dilempar olehnya. Ketika Sema berniat untuk lari seraya menarik kelima daggernya. Suara lolongan serigala terdengar jelas, dengan letaknya yang ada di sekitar danau ini.

Party yang ada di hadapan Sema, mulai panik jika saja ada monster yang berbahaya. Mereka beranggapan bahwa itu suara lolongan Orthros, anjing berukuran besar yang memiliki dua kepala.

Namun, datanglah seekor serigala dari semak-semak yang jauh pada samping kanan kiri Sema. Serigala dengan ukuran normal, rambutnya yang memiliki warna cokelat dan corak pada tubuh.

Tidak salah lagi, sosok itu adalah Raijuu yang tengah menatap tajam ke arah Sema. Dilanjutkannya dengan melirik ke arah keempat anggota party tersebut. Perlahan-lahan, Raijuu menghampiri Sema dengan sihir listrik yang menyelimuti tubuhnya.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Tanya Raijuu, Sema menanggapinya dengan mengangkat dua pundak dan kedua tangannya seperti pertanda 'entahlah'. Anggota party yang mendengar serigala itu dapat berbicara, hanya bisa terdiam dengan cukup panik.

"Aku tidak akan membiarkan mereka membunuhmu. Karena aku ... "

Raijuu mengangkat wajahnya dan mereka berdua saling bertatapan mata.

"Yang akan membunuhmu dan memakanmu, ingat itu."

Ucapan dari Raijuu bisa saja membuat orang lain merinding. Namun untuk Sema, dia hanya menanggapinya dengan senyuman kecil kemudian mereka berdua saling menepak telapak tangan kanan.

"Waktunya gantian, biar aku yang urus mereka. Sema."

"Baiklah, gantian lagi jika kau sudah bosan."

Ya, mereka berdua berniat untuk saling membagi waktu pertarungan melawan anggota party itu, layaknya sebuah ronde dalam gulat. Sema berjalan mundur cukup jauh kemudian duduk. Menonton pertarungan Raijuu melawan empat anggota party dengan keahlian yang berbeda.

Swordman itu menjadi Semi-Tanker, Thief itu bertugas untuk menyerang titik vital Raijuu. Healer itu memberikan buff kepada ketiga anggota party. Lalu perempuan yang memiliki Job Mage, merapal sihir api dengan memunculkan delapan buah bola api berukuran bola sepak.

"Divine Element: Lightning Wolf."

Raijuu merubah listrik yang menyelimuti tubuhnya, menjadi pelindung berupa listrik yang mengubah bentuknya menjadi lapisan pelindung yang membentuk tubuhnya. Dengan sekejap, sosok serigala yang dilihat oleh empat orang party itu menghilang.

Gerakannya sangat cepat, sampai-sampai Sema terbingungkan dengan keberadaan Raijuu yang terlihat seperti percikkan listrik. Serangannya dimulai dari Healer, ia menubrukkan dirinya dan menyengat Healer tersebut.

Tanpa Healer, ketiga orang lainnya akan panik karena orang yang bertugas dalam memberi buff dan sihir penyembuhan telah tumbang. Thief itu tetap tenang untuk menghadapi situasi seperti ini, ia berpikir untuk menyerang Sema.

Hanya saja, langkah kecil saja sudah membuatnya takut akan pergerakan Raijuu yang amat cepat. Untuk mempercepatnya, Raijuu melompat ke atas mereka berempat dan menembakkan sihir bola listrik dari mulutnya.

Dengan sekejap, mereka berempat tersengat dan tumbang begitu saja tanpa ada perlawanan sedikit pun. Sema hanya bisa menelan ludahnya. Seharusnya Raijuu bisa mengalahkan Zombie Dragon dengan kekuatan yang dimilikinya.

Sema segera beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Raijuu yang sedang menghilangkan lapisan pelindung berupa listrik yang menyelimuti tubuhnya.

"Jika kau memiliki kekuatan itu, kenapa kau tidak mengalahkan Zombie Dragon itu dengan sekejap!?"

Marah Sema dengan menunjuk-nunjuk bahwa Raijuu bersalah. Raijuu menanggapinya dengan helaan napas, ia berniat untuk menjelaskannya namun tidak jadi karena terlalu malas dan menanggapinya dengan wajah masa bodoh.

"Sialan! Aku bertanya padamu!"

"Sudahlah, ngomong-ngomong ... kau sudah bisa menggunakan sihir? Di dalam tubuhmu terdapat mana."

"Yah ... begitulah."

Raijuu menghentikan topik pembicaraan, ia berniat untuk segera kembali ke tempat Zile berada. Ketika ia berniat pergi, Sema menghentikan langkah kakinya.

"Tolong sampaikan pesan ini kepada Kasuvi dan Levius, 'tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku akan kembali.' tolong sampaikan."

Perlahan-lahan Raijuu menoleh ke belakang, senyuman kecilnya menunjukkan perasaan hatinya sekarang ini.

"Ya, jangan mati. Karena yang akan memakanmu adalah aku."

Setelah itu, Raijuu pergi meninggalkan tempat ini dengan berlari-lari kecil memasuki hutan. Sema berbalik badan, melihat persediaan makanan yang dimiliki oleh party yang telah tumbang oleh Raijuu.

"Untuk sekarang, perut harus kenyang."

* * * * *

Di malam hari ...

Hari kedua ini. Sema dapat mengalahkan dua Orthros dan dua Orc. Pada saat melawan Orthros yaitu anjing besar berkepala dua.

Sema mendapatkan kesulitan, setiap kepala memilki atribut sihir yang berbeda. Api dan udara, itulah atribut sihir yang biasa dimiliki Orthros.

Ada juga yang sub-species. Orthros yang berjenis ini bisa dikatakan mutasi, mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh Orthros biasa. Kemampuan yang dimiliki sub-species ini bisa dikatakan unik, karena mereka hasil setengahnya dari evolusi.

"Orthros yang dapat menggunakan sihir listrik. Mirip dengan kemampuan yang dimiliki Raijuu."

Pikirnya seraya bersandar pada pohon yang sama seperti sebelumnya. Ia mengambil beberapa jubah dari petualang yang dikalahkan oleh Raijuu sebelumnya.

Jubah hitam Thief yang diambil digunakannya menjadi sebuah selimut. Karena ia sudah memiliki jubah hitam yang bawahannya robek, karena terkesan keren pikirnya.

"Besok adalah hari ketiga, kuharap ... aku dapat mempelajari suatu hal yang baru."

To Be Continue .....

avataravatar
Next chapter