14 Keraguan

Sema dan Nekomata dapat menghindari serangan Fire Blow dari Kasuvi yang memandangi mereka dengan tatapan sadis dan mengerikan.

   "Astaga ...  kematian menghampiriku lagi dalam keadaan Jomblo."

Pikir Sema dengan menunjukkan wajahnya yang kecut seraya melihat Kasuvi sedang marah. Nekomata yang posisinya cukup jauh dari Sema bergidik ketakutan karena ia merasakan hawa napsu pembunuh yang dikeluarkan dari Kasuvi.

Sema segera berdiri dengan segenap tenaga, menyuruh Nekomata untuk pergi agar ia terhindar dari kematian. Nekomata menganggukkan kepala, ia segera pergi atas suruhan dari Sema.

Akan tetapi, Kasuvi meluncurkan kembali sihir naga Fire Blow ke arah Nekomata sedang mencoba untuk berdiri. Sema langsung meraih salah satu pedang pendek yang ada di pinggangnya lalu meluncurkannya ke arah sihir api itu dengan mengendalikan laju pedang pendek menggunakan benang mana.

*Blarr

Sihir naga Fire Blow dan pedang pendek yang dilempar oleh Sema saling bertubrukan dan meledak. Sema langsung menarik kembali pedang pendek itu, akan tetapi ketika ia memegang gagang pedangnya hawa panas dari pedang menyebar ke tangan.

Dengan segera, Sema langsung menjatuhkannya ke atas tanah dan mencoba untuk berjalan ke arah Kasuvi meskipun tubuhnya yang mengalami luka terbuka kembali.

Kasuvi terus menerus menembakkan sihir bola api ke arahnya namun tidak sampai mengenainya dan meledak menabrak ke tanah yang telah dilalui Sema.

Perlahan-lahan Sema mulai menghampirinya, Wajah Kasuvi masih belum terlihat jelas karena ia menundukkan kepala. Pada saat ini juga, Sema menyadari bahwa terdapat air mata yang menetes.

Kasuvi mengangkat wajahnya yang berlinang dengan air mata, Sema terkejut karena baru kali ini Kasuvi menangis tanpa alasan yang tidak ia ketahui.

   "Kenapa ... kenapa ... Soutarou!"

Seru Kasuvi seraya menembakkan puluhan bola api ke arah Sema, dengan memakasakan dirinya yang penuh luka. Sema berlari melewati bahaya yang menuju ke arahnya, ledakan bola api membuat kepulan asap hitam dan debu mengelilingi Sema.

Dari kepulan asap hitam pekat itu, keluarlah Sema yang berlari sekuat tenaga mengejar Kasuvi yang bingung terdiam dengan tangisan tanpa alasan.

Setelah sampai, Sema memeluknya dengan erat lalu memendamkan wajah Kasuvi ke dadanya. Membiarkan ia menangis sejadi-jadinya, Sema membiarkan ia menangis di dadanya.

   "Soutarou ... aku menyukaimu, karena itu ... jangan tinggalkan aku."

Kasuvi menyatakan cintanya ke si Jomblo ini, Sema tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Ia semakin erat memeluk Kasuvi, ia mulai berpikir bagaimana caranya untuk keluar dari situasinya saat ini.

Sema menyukai Kasuvi akan tetapi ... ketika Sema ingin menyatakan cintanya. Entah kenapa, Jantungnya terasa diremas-remas oleh sebuah tangan tak terlihat yang dapat masuk ke tubuhnya.

   "Kasuvi ... aku ... "

Semakin Sema ingin mengatakannya, kematian akan semakin mendekatinya. Kutukan yang ia terima setelah membuka buku pemberian Vallhein mulai bekerja.

Kesadaran Sema bagaikan diombang-ambing oleh suatu tekanan, penglihatannya berkunang-kunang dengan kedua kakinya yang sudah tidak kuat menopang tubuhnya.

Perlahan-lahan pelukannya kepada Kasuvi melonggar, Kasuvi hanya terdiam mati kutu melihat Sema yang jatuh tak berdaya.

*Brugg

   "Sialan ... sampai kapan aku ... "

Pikir Sema yang merasakan pipinya sedang disentuh oleh tangan yang hangat. Kesadarannya sudah diambang batas, menutup kedua matanya dan tidak sadarkan diri.

* * * * * *

Di bar Sema ....

Di ruangan Sema sendiri, ia terbaring dengan selimut putih yang menutupi tubuhnya. Ia bermimpi dikejar-kejar oleh kecoa mode terbang, lalu teman-temannya telah punya pacar sedangkan dirinya sendiri terus menjomblo.

   "Curang woi!"

Seru Sema seraya terbangun dari mimpinya, ia melihat kedua telapak tangannya dengan rasa tidak percaya bahwa ia masih hidup. Menelan ludah dengan keringat dingin yang bercucur, ia masih tidak yakin dengan kenyataan bahwa ia masih hidup ketika jantungnya terasa seperti diremas-remas.

   "Apa yang sebenarnya terjadi ... "

*Krieet

Seseorang membuka pintu kamarnya, Kasuvi terlihat sibuk dengan kedua tangannya yang sedang memegang nampan kayu yang di atasnya terdapat makanan.

Ketika ia melihat ke depan yang tertuju pada kasur, ia melihat Sema sudah siuman sembari melihat dirinya disertai senyuman kecil ke arahnya.

*Brakk

Kasuvi menjatuhkan nampan kayu yang ia pegang dengan kedua tangannya tanpa disadari. Ia segera menghampiri Sema dengan berlari lalu memeluknya yang tidak tahu apa pun dengan wajah yang bego.

Jomblo ini sungguh beruntung yang membuat iri para Jomblo lainnya. Kasuvi tidak mengatakan sepatah katapun, ia hanya memeluk Sema yang memendamkan wajahnya ke dada Sema.

Sema ingin mengatakan suatu hal, tetapi ia ragu jika saja jantungnya kembali diremas-remas oleh suatu hal. Ia ragu untuk berbohong, ia ragu untuk melangkah dan meninggalkan yang sudah berlalu.

   "Kasuvi, aku ... "

Rasa sakit di jantungnya langsung terasa, Sema merasakan rasa sakit yang amat hebat. Ia langsung memikirkan hal lain yang sangat melenceng dari tujuan utamanya.

   "Kasuvi ... aku adalah Jomblo sejati, hingga saat itu tiba ... tunggulah aku, kau mengerti?"

Sahut Sema, ia sebenarnya ingin mengatakan tentang perasaannya untuk disampaikan kepada Kasuvi. Tetapi, kutukan yang ia dapat membuatnya dicegah oleh suatu sihir yang bersemayam di dalam tubuhnya.

Kasuvi mulai menjauhkan wajahnya dari dada Sema, mereka berdua saling bertatapan mata. Tiba-tiba saja Kasuvi menutup kedua matanya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Sema.

   "Tu-tunggu sebentar!? Aku belum siap mental dan fisik!?"

Panik Sema dengan menatap bibir Kasuvi yang layaknya permen, Sema menelan ludah karena ragu. Perlahan-lahan ia mendekatkan bibirnya ke bibir Kasuvi, memegang kedua pundaknya dengan kedua tangan.

   "Selamat tinggal ... status Jombloku."

*Brakk

   "Numpang tany .... "

Nekomata membuka pintu ruangan Sema dengan tiba-tiba dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Akan tetapi, Sema dan Kasuvi berciuman meskipun Sema menggunakan tangan kanannya sebagai penghalang antara dua bibir yang saling bersentuhan.

Nekomata yang melihat situasi yang romantis menjadi berantakan olehnya hanya bisa meminta maaf seraya membungkukkan badan. Kembali menutup pintu dengan cepat lalu berlari untuk pergi ke lantai bawah.

   "Maafkan aku! Aku tidak melihat kalian berciuman!"

Saking begonya, Nekomata yang tergesa-gesa dan malu malah mengucapkan kenyataannya.

Di ruangan Sema saat ini, Kasuvi menjauhkan wajahnya perlahan-lahan dengan pipi yang memerah. Sedangkan Sema, ia bingung mengatakan suatu hal dengan rasa malu yang menghantuinya.

   "Kenapa kau menghalanginya dengan tangan ... "

Kasuvi terlihat kecewa dengan pipi yang sedikit mengembung, Sema menghela napas dengan lega. Status Jomblonya tidak hilang dan dia masih menjadi Jomblo, ia pun meminta maaf kepada Kasuvi atas perlakuannya.

   "Aku sungguh menyesal, tetapi Kasuvi ... suatu saat nanti, aku ingin kau menunggu jawabanku."

Ucap Sema dengan wajah yang serius, Kasuvi menanggapinya dengan senyuman manis disertai pipi yang memerah dan kedua matanya mengeluarkan sedikit air mata.

   "Baik ... jika Soutarou berkata seperti itu ... "

* * * * * *

   "Ekh? Aku sudah tidak sadarkan selama satu hari? Dengan kata lain ... aku tidur seharian ya?"

Tanya Sema kepada Kasuvi yang sedang bekerja di bar, Nekomata sedang bersantai menghirup catnip yang membuatnya mabuk.

   "Iya, namun luka yang diterima olehmu sudah kami sembuhkan meskipun ada otot yang sedikit sakit ketika menggerakkan sendi."

Sema tidak membawa Nekomata ke Guild karena Nekomata sendirilah yang menjadi penyelamat Sema ketika ia lumpuh di hutan pada saat malam hari. Dengan seperti itu, Sema menjadi bimbang ketika ia ingin membawanya ke Guild atau tidak atas quest penangkapan Nekomata dengan imbalan berupa sepuluh keping koin emas.

*Kringg

Levius datang dengan membawa bahan makanan di pangkuan kedua tangannya yang ada pada kantong kertas. Melihat Sema dengan menatapnya datar lalu dilanjutkan dengan menatap Kasuvi, menunjukkan senyuman licik dan terlihat mengesalkan yang mempunyai arti dan makna.

   "Apakah kalian berdua sudah skidipapap?"

   "Aku tampol ya!"

Seru Sema dengan kesal akan perkataan Levius kepadanya, ia berjalan menghampiri Sema lalu menyimpan bahan makanan yang ada pada kantong kertas itu di atas meja yang ada di hadapan Sema.

   "Ngomong-ngomong Levius, bagaimana pemasukkan dan pengeluaran kita?"

Tanya Sema, Levius menanggapi pertanyaan Sema dengan helaan napas lalu menggelengkan kepala.

   "Masih kurang, jika seperti ini terus tanpa ada pemasukkan yang stabil makan kita akan bangkrut. Ngomong-ngomong Sema ... kenapa kau menetapkan semua menu dengan setengah harga?"

Pertanyaan Kasuvi tepat pada sasaran, semua menu yang ada di bar ini harganya setengah dari harga yang biasanya. Kenapa seperti itu? Sema bukan ingin mencari keuntungan semata, dia ingin membagi kebahagiaan kepada orang lain.

Sehingga orang-orang yang ada di sekitar daerah ini menjadi pelanggan tetap bar karena harga menu yang terbilang murah. Meskipun begitu ia tidak apa dengan semua ini, lagi pula bar ini ia dapatkan dari Raja Archdale.

   "Levius, aku menetapkan setengah harga karena ... pelanggan senang kita pun senang. Hanya dengan makna yang sederhana itu membuatku ... Jomblo terus."

Ucap Sema dengan wajahnya yang tenang dan kalem, meskipun begitu di dalam dirinya ia merasa sakit karena mengatakan Jomblo kepada dirinya sendiri.

Setelah itu, ia melepas celemek yang ia kenakan lalu menyerahkan posisinya saat ini kepada Levius. Melangkahkan kakinya menuju pintu masuk bar seraya memasang wadah enam pedang pendek yang menjadi senjatanya.

   "Soutarou, kau lupa ini."

Sahut Kasuvi seraya melempar jubah hitam kepada Sema, ia berbalik badan lalu menangkapnya dengan tangan kanan lalu segera memakainya ke tubuhnya.

   "Terima kasih Kasuvi, aku pergi dulu."

Sahut Sema seraya menekan gagang pintu dengan menoleh ke arahnya, Kasuvi menganggukkan kepala disertai senyuman kecilnya.

Sema berjalan di jalan setapak melalui gang kecil, ia melewati berbagai orang-orang yang ia cukup kenal dengan menyapa disertai senyuman kecil.

   "Baiklah ... saatnya Cuanki."

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter