13 Cuanki III

Di pagi hari yang cerah, di mana burung-burung kecil bertengger di ranting pohon dan berkicau dengan merdu. Kasuvi, ia terbangun dari tidurnya lalu segera mengganti posisinya dari tidur menjadi duduk di kasur.

Mengucek kedua matanya perlahan-lahan, menguap seraya kedua tangan yang diregangkan ke atas. Setelah itu, Ia memikirkan Sema yang kemarin malam belum juga kembali setelah pergi meninggalkan senyuman kecilnya.

   "Apakah Soutarou sudah pulang ... "

Pikir Kasuvi, ia beranjak dari atas tempat tidurnya lalu merapihkannya perlahan-lahan seraya bersenandung. Membuka gorden kamarnya lalu melangkahkan kakinya menuju depan lemari untuk bercermin.

   "Uhh ... rambutku sedikit berantakan ... "

Pikir Kasuvi seraya memandangi tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, ia merapikan rambutnya yang agak kusut dan diluruskan menggunakan sisir yang tersedia di hadapannya.

Setelah semua persiapan selesai, ia segera pergi ke luar kamarnya dan berjalan menuju kamar Sema yang ada di sebelah kirinya. Di depan kamar Sema saat ini, ia menghirup napas dalam-dalam lalu mengetuk pintu kamar Sema tiga kali.

Tidak ada jawaban dan suasana sunyi menyelimuti sekitarnya, Kasuvi berinisiatif untuk masuk ke kamar Sema. Perlahan-lahan ia menggenggam pegangan pintu lalu ia tekan ke bawah.

   "Soutarou ... kau di dalam?"

Tanya Kasuvi seraya membuka pintu kamar Sema, ia melihat kamar yang rapi dan tidak ada satu pun hal-hal yang mengganjal. Ia melangkahkan kakinya ke depan di mana kasur Sema berada, memandanginya cukup lama karena biasanya Sema masih tertidur dengan pulas dan Kasuvi selalu melihat wajah tidur Sema.

Akan tetapi, kini berbeda karena Sema belum kunjung kembali dari kemarin malam. Perasaan dan intuisi bercampur aduk, ia bingung apakah Sema mengalami masalah atau pun hal-hal lainnya yang membuat Sema tidak bisa pulang.

Perlahan-lahan Kasuvi menaiki kasur Sema, mengendus bau yang tertinggal di bantal yang biasanya dipakai tidur oleh Sema. Seraya memikirkan si Jomblo itu, Kasuvi mengkhawatirkannya dan baru kali ini ia merasakan perasaan khawatir seperti ini semasa hidupnya.

   "Soutarou ... cepatlah pulang, aku akan menunggumu."

Kasuvi memeluk bantal yang digunakan Sema untuk tidur, semakin merindukan Jomblo itu semakin erat ia memeluk bantal itu. (iri gua cuy -_- )

*Krieet

Pintu yang tadinya sedikit tertutup kini menjadi terbuka karena seseorang membuka pintu kamar Sema. Levius, ia melihat Kasuvi sedang tidur-tiduran di atas kasur Sema seraya memeluk bantal.

   "Apa yang sedang kau lakukan, Kasuvi? Bar mau dibuka, karena Sema tidak ada kita harus lebih giat lagi."

Sahut Levius yang sudah menggunakan seragam pelayan, kuncir duanya menjadi ciri khas di bar ini. Kasuvi berguling ke samping lalu melihat Levius sedang berdiri memperhatikannya dengan wajah datarnya.

   "Apa yang sedang kau lakukan bego? Kerja sana."

Sahut Levius yang menunjukkan ekspresi kecutnya karena Kasuvi tercyduck, Kasuvi mengganti posisinya dari tidur-tiduran menjadi duduk di atas kasur lalu melempar bantal yang ia peluk tepat ke wajah Levius.

Akan tetapi, Levius dapat menahan bantal yang meluncur ke arahnya dengan tangan kanan lalu melempar balik bantal tersebut sehingga mengenai wajah Kasuvi dengan tepat.

Levius menghela napas karena Kasuvi tidak ada harapan, ia melepaskan bantal yang menempel di wajahnya lalu kembali memeluknya meskipun hidungnya sedikit merah.

   "Aku pergi dulu, setelah kau siap datang saja ke bawah."

Sahut Levius seraya berbalik badan, ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke luar ruangan Sema. Akan tetapi, Kasuvi memanggil namanya dan ia berhenti tepat di tengah-tengah pintu masuk ruangan ini.

   "Levius ... kenapa kau menerima Soutarou sebagai tuanmu? Bukankah kau seorang Dragonewt Iblis biru yang mempunyai harga diri yang tinggi?"

Pertanyaan dari Kasuvi membuat Levius terdiam sebentar, dengan segera ia berjalan cukup cepat ke arah Kasuvi. Menyingkirkan bantal yang dipeluk olehnya lalu merenggut kerah Kasuvi yang terdapat kristal hijau.

Ia menariknya sampai ke dekat wajahnya, Kasuvi menunjukkan ekspresi sedikit terkejut disertai kebingungan dengan tingkah Levius kepadanya. Sedangkan Levius, ia menunjukkan ekspresi yang serius.

   "Kau ingin tahu alasannya? Baiklah, alasanku mengakui manusia itu karena sampai sekarang aku hidup hanya dia ... hanya Sema yang menerimaku apa adanya ... "

Ucapnya dengan wajah yang sedih, Kasuvi tidak menyadari perasaan dari Levius. Seharusnya ia tahu, namun ia tidak memperhatikan sekitarnya meskipun ia telah belajar dari Sema walaupun hanya sedikit.

   "Maaf Levius ... maaf ... "

Pinta Kasuvi dengan sedikit menundukkan kepala dan memalingkan wajahnya ke samping kanan. Karena Levius tidak tahan melihat Kasuvi yang tidak berdaya di hadapannya, ia segera melepaskan kedua tangannya lalu segera pergi dari ruangan Sema tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Levius pergi setelah menutup pintu kamar Sema dengan rapat, Kasuvi menundukkan kepalanya seraya memikirkan dirinya yang tidak berdaya.

   "Apa yang sedang kulakukan ... aku menyukainya, bukankah hal yang wajar jika aku ingin bersamanya. Tetapi ... perasaan apa ini ... perasaan sakit di dadaku ini ketika memikirkannya."

Pikir Kasuvi seraya memegangi dadanya yang terasa sakit dengan tangan kanannya, setelah memikirkannya berulang kali ia mendapatkan ketetapan hatinya.

Kasuvi beranjak dari atas kasur Sema, menggunakan sebuah sihir yang membuat pakaian bagian punggungnya muncul jubah putih yang terbagi dua. Sebetulnya pakaian lengkap berjubah putih terbelah dua ini merupakan pakaian yang biasa dikenakan oleh Kasuvi.

Ia melangkahkan kakinya menuju lantai bawah, terdapat Levius, Sera dan Ruina yang sedang membereskan ruangan depan ini sebelum ada tamu yang masuk.

Kasuvi melewati mereka bertiga dan pergi menuju pintu keluar bar, menekan gagang pintu untuk membuka pintunya.

   "Aku akan pergi mencari Soutarou, sampai nanti."

Sahut Kasuvi, ia segera pergi ke luar bar ini lalu menutup kembali pintunya. Berjalan menuju pintu gerbang Archdale karena Sema pastinya ada di luar kerajaan Archdale, jika tidak maka pastinya dia akan pulang kemarin malam.

Di dalam bar saat ini, Levius sedang membersihkan meja pelanggan yang khusus untuk minum-minum dan biasanya ... Sema duduk di kursi resepsionis itu dengan menunjukkan senyuman kecilnya, namun sosok yang biasanya ada itu kini hilang.

   "Levius ... apakah kau serius membiarkannya pergi? Bukankah saat ini kondisinya tidak stabil?"

Tanya Sera kepada Levius, ia pun menanggapinya dengan gelengan kepala lalu berhenti sejenak dari pekerjaannya kemudian menatap kedua mata Sera.

   "Dia tahu apa yang sedang dia lakukan, kita biarkan saja dia. Aku yakin ... Kasuvi akan menemukan Sema, itu pasti ... "

* * * * * *

Di kuil ....

Kyuubi bersantai bersama dengan anaknya yang bernama Tamamo, mereka berdua bersantai di bangunan yang bertujuan untuk ditinggali. Memakan semangka di cuaca panas seperti ini sangatlah segar ketika memakan semangka.

   "Ibu ... ngomong-ngomong di mana Ayah?"

Tanya Tamamo dengan polosnya, saat ini ia masih berusia 3 tahun namun Ibunya selalu mengatakan kiasan kata-kata yang tidak dimengerti olehnya namun dari balik semua kata-kata indah yang dikatakan Kyuubi sebetulnya hanya candaan mesum dan yang lainnya.

   "Ayahmu sedang pergi ke tempat Kitsune berada, sepertinya ada masalah di sana. Kau tahu ... dia pernah mengatakan bahwa ada sebuah pusaka kuno yang tertimbun di reruntuhan, jika tidak salah namanya ... Lost ... Lost ... oh! Lost Feekz."

Sahut Kyuubi yang melihat anaknya sedang makan semangka di samping kanannya. Wajah polos dari anaknya selalu mengingatkan akan Ayah dari anaknya itu.

Saat ini Tamamo hanya memiliki tiga ekor putih sedikit kecoklatan sedangkan Kyuubi memiliki sembilan ekor berwarna putih. Ketika Tamamo melihat ke depan, ia melihat seorang perempuan berpenampilan dengan pakaian berwarna merah dan putih dan di belakangnya memakai jubah putih yang terbelah.

   "Ibu ... ada Kasu-nee, lihat di sana."

Ucap Tamamo seraya menunjuk ke arah depan di mana terdapat Kasuvi sedang berjalan menghampiri mereka berdua. Kyuubi menyuruh Tamamo untuk mencuci tangannya di dekat kuil karena tadi Tamamo memegang semangka menggunakan kedua tangannya.

Setelah Tamamo pergi ke kuil, Kasuvi datang lalu menghela napas cukup panjang ke Kyuubi. Kyuubi cukup bingung dengan apa yang sedang terjadi, ia pun menanyakannya kepada Kasuvi yang terlihat lelah sedikit kebingungan itu.

   "Aku mencari seorang manusia laki-laki memiliki warna rambut hitam sedikit kecoklatan jika terkena cahaya matahari. Rambutnya medium dengan penampilan dan gaya rambut yang acak-acakan."

Jelas Kasuvi, Kyuubi memikirkannya sebentar dan ia ingat dengan Sema yang datang kemarin. Ciri-ciri yang dikatakan oleh Kasuvi sangat persis dengan yang dikatakannya.

   "Sebetulnya aku bertemu dengannya kemarin siang, akan tetapi dia pergi entah ke mana."

   "Begitu ya ... dia belum pulang dari kemarin, aku mengkhawatirkannya."

Sahut Kasuvi, Kyuubi sedikit terkejut dengan perkataan Kasuvi dan ia memikirkannya berulang kali. Kasuvi yang biasanya bodo amat dengan semua hal kini mengkhawatirkan seorang pria yang belum pulang dari kemarin.

Ketika menyadari Kasuvi yang mengalami pengalaman cinta, Kyuubi tersenyum licik dengan sedikit menjulurkan lidahnya yang digigit di hadapan Kasuvi dan itu cukup ngeri di kedua matanya yang melihatnya karena ia menunjukkan kode mesum.

   "Bisakah kau hentikan itu? Aku tampol kau."

Ucap Kasuvi dengan sedikit kesal, ia pun menghela napas. Kyuubi mengerti dengan hal itu, ia merapal sebuah sihir dengan rapalannya yang cukup panjang.

Di atas tanah yang ada di belakang Kasuvi dan ia berbalik badan untuk melihatnya, muncul empat segel sihir yang berwarna putih. Dari segel sihir itu muncul empat rubah berwarna putih dengan ekornya yang cukup panjang dari rubah yang biasanya.

   "Empat rubah itu akan membantumu mencarinya, hanya ini yang dapat aku lakukan untuk membantumu."

Sahut Kyuubi, Kasuvi berterima kasih kepadanya lalu membungkukkan badan.

   "Aku hargai bantuanmu. Kalau begitu aku pergi dulu, terima kasih Kyuubi."

Ucapnya, ia berbalik badan lalu segera pergi bersama empat rubah yang akan memandunya dalam mencari keberadaan Sema.

Beberapa detik kemudian, Tamamo datang dan ia cukup bingung karena Kasuvi sudah tidak ada.

   "Ibu ... Kasu-nee ke mana?"

Tanya Tamamo seraya berdiri di samping kirinya, dengan cepat ia merangkul Tamamo lalu memeluknya. Namun, Tamamo cukup kesal karena melonnya Kyuubi dan itu mengganggunya.

   "He-hentikan bu!"

   "Eh ... mana bisa begitu."

* * * * * *

Mereka berlima pergi ke dalam hutan mencari keberadaan Sema dengan para rubah yang melacak baunya. Karena energi sihir Sema yang rendah dan buruk, pencarian cukup susah dilakukan dan Kasuvi pun yang biasanya dapat merasakan keberadaan tetapi tidak mempan kepada Sema.

Setelah 12 menit kemudian, akhirnya para rubah dapat melacak Sema. Namun anehnya, mereka berlari ke luar wilayah hutan dan pergi di mana hamparan padang rumput ada.

Terdapat dua orang sedang berjalan bersama dan sangat dekat. Yang satu orang perempuan membantu si laki-laki yang terluka itu dengan menuntunnya.

Dari kejauhan ia melihat Sema cukup akrab dengan seorang perempuan Demi-Human dan dia adalah Nekomata. Ada kalanya Sema berbicara, tersenyum, tertawa dan begitu pula dengan Nekomata.

Kasuvi yang melihat kedekatan mereka berdua dari belakang, dadanya terasa sakit entah kenapa meskipun hanya melihat mereka berdua. Ia berjalan cukup cepat dengan sedikit menundukkan kepala, merapal sebuah sihir bola api pada telapak tangannya.

Mengerahkannya ke depan dengan mengincar Nekomata dari belakang, meluncurkan bola api tersebut ke arahnya.

   "Sihir Naga: Fire Blow."

Sihir tersebut meluncur dengan cukup cepat, Nekomata menyadari adanya energi sihir yang mengarah kepadanya sedangkan Sema tidak. Ketika ia mencoba menoleh ke belakang, terdapat sihir api yang berbentuk bola ke arahnya.

Dengan cepat, ia mendorong Sema ke samping kiri sedangkan dirinya sendiri menyingkir ke samping kanan.

*Blarr

Sihir bola api itu menabrak tanah dan mengakibatkan ledakan yang cukup hebat. Sema dan Nekomata segera menoleh ke belakang, terdapat Kasuvi yang sedang menundukkan kepala dan tatapannya terlihat mengerikan.

   "Astaga ... mati aku."

To Be Continue .....

avataravatar
Next chapter