11 Cuanki (Cari Uang Jalan Kaki)

Satu minggu telah berlalu ...

Pekerjaan di bar saat ini cukup lancar meskipun Levius selalu melakukan kecerobohan dan sering kali Kasuvi menceramahinya.

Tiada hari tanpa ada pertengkaran mereka berdua, dan ada kabar baik bagi kita semua. Jomblo ini menyadari bahwa Kasuvi benar-benar menyukainya, tetapi si Jomblo ini tetap pura-pura tidak tahu meskipun Levius selalu menyinggungnya.

Bar ini memiliki dua tempat, yang satu merupakan untuk minum-minum para tamu dan satu lagi untuk kafe kecil yang bisa dimasuki oleh berbagai kalangan.

Sema, Levius dan Kasuvi menangani bar ini meskipun Levius dan Kasuvi selalu bertengkar tetapi tujuan Sema agar membuat mereka akur.

Sedangkan kafe kecil yang ada di sebelah tempat ini ditangani oleh Ruina dan Sera yang keduanya merupakan mayat hidup.

Seminggu telah berlalu namun pemasukkan masih kurang, Sema berpikir untuk mencari uang dengan cara lain agar kebutuhan di tempat ini dapat terpenuhi.

Setelah memikirkannya beberapa kali seraya duduk di atas kursi resepsionis yang menunggu pesanan. Ia mendapatkan pencerahan dengan pergi ke Guild.

Sema kembali terlebih dahulu untuk mengganti pakaiannya dengan kaus hitam lengan pendek dengan dilapisi jubah hitam. Memakai celana hitam panjang dan memakai sepatu kulit, ia juga memasang wadah keenam pisau yang ia pakai di pinggangnya.

Setelah bercermin cukup lama di kamarnya, ia segera pergi ke lantai bawah lalu memberitahu Kasuvi dan Levius yang sedang bekerja menangani para pelanggan.

   "Aku pergi dulu, sisanya aku serahkan kepada kalian berdua."

Ucap Sema seraya menekan gagang pintu ke bawah sehingga pintu terbuka dengan suara lonceng yang berdentang.

   "Tunggu Soutarou, kau mau ke mana?"

Tanya Kasuvi setelah merapihkan cangkir bekas kopi yang diminum oleh seorang pelanggan tetap. Levius yang sedang mengambil kain lap di dalam laci dekat lemari cangkir pun menanyakan hal yang sama seperti Kasuvi.

Sema menoleh sebentar ke belakang dengan disertai senyuman kecilnya.

   "Nyari kerja sampingan, kalau begitu sampai nanti."

Sahutnya, setelah itu ia pergi kemudian menutup pintu bar dari luar dengan suara lonceng yang berdentang. Dengan satu tujuan ia pergi ke Guild, hanya mencari kerja sampingan yang bisa ia lakukan sebagai petualang.

   "Nyari kerja ya ... entah kenapa ... teringat dengan ketiga temanku yang somplak itu."

* * * * * *

Siang hari dengan hawa yang cukup panas karena sudah mulai memasuki musim panas.

Beberapa puluh menit kemudian berjalan kaki menuju Guild, di dalamnya terdapat para petualang yang beristirahat untuk menghilangkan lelah dan penat.

Tanpa basa-basi, ia menghampiri Lyria Rena yang sedang berjaga di resepsionis Guild. Sema menyapanya seraya menghampirinya dengan memanggil namanya dan melambaikan tangan kanan.

Lyria menyadarinya, akan tetapi reaksinya bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan oleh Sema. Lyria menanggapi sapaannya dengan memalingkan wajahnya ke sebelah kiri seperti tidak ingin menatap wajah Sema.

Hati Sema yang Jomblo tersakiti, ia bingung kenapa reaksi dari Lyria begitu kejamnya. Sema segera menghampirinya lalu duduk di kursi kosong di hadapan Lyria.

   "Ayolah Lyria, apakah kau marah padaku?"

Tanya Sema dengan kalem, Lyria menanggapi pertanyaannya dengan menghela napas lalu menoleh dan menatap kedua matanya.

   "Maaf Soutarou, aku membencimu."

Sema langsung syok karena ungkapan hati dari Lyria membuat hati Jomblonya tersakiti untuk kedua kalinya. Sema menanyakan alasan Lyria kenapa ia membencinya dengan lesuh.

   "Karena ... kau Jomblo ... mungkin?"

*Jlebb *Jleb *Jleb

Entah kenapa, seperti ada tiga anak panah yang melesat dan mengenai dada Sema yang hatinya tersakiti karena ia Jomblo. Lyria melihat keadaan Sema yang sepertinya ... arwahnya mulai terbang melalui mulutnya yang terbuka.

   "Maaf Soutarou ... aku bo'ong."

   "Ekh?"

Arwahnya kembali ke dalam tubuhnya, ia menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali untuk mencari ketenangan di hatinya.

   "Tampol Lyria ... tampol ... tampol ... tampol! Sip, aing bisa!"

Tekadnya sudah kuat, ia kembali menoleh ke arah Lyria yang ada di hadapannya lalu menatap wajahnya yang menunjukkan wajah yang imut dan polos.

Seketika langsung niat Sema langsung hilang, ia menunjukkan wajah yang bahagia di hadapan Lyria dan itu membuat Lyria jijik kepada Sema dengan tatapan yang sadis.

   "Astaga!? Salah hamba apa!?"

Rasanya Sema ingin menangis sejadi-jadinya, akan tetapi ia sudah beberapa kali tersakiti dan kejadian ini bukanlah pertama kalinya meskipun hatinya sudah kebal tapi mentalnya sudah rapuh.

   "Ngomong-ngomong ... apakah ada keperluan?"

Tanya Lyria kepada Sema, akhirnya pembicaraan ini mulai normal tanpa ada basa-basi lagi pikir Sema.

   "Sebetulnya kami sedang kekurangan dana, apakah ada quest dengan bayaran yang mahal?"

Tanya Sema, Lyria berpikir sejenak dan ia menoleh ke papan pengumuman di mana terdapat banyak quest yang disuguhkan sebagai permintaan.

Lyria menyuruh salah satu petualang yang sedang berdiri bersandar di samping papan pengumuman. Pria kekar dengan kulit coklat itu tersenyum lebar ke arah Lyria, mengambil kertas quest yang dimaksud Lyria lalu membawanya ke tempat Sema dan Lyria berada.

Setelah memberikannya kepada Lyria, ia menawari Sema sebuah quest yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang.

   "Quest ini bertujuan untuk menangkap seorang Demi-Human kucing yang sedang berkeliaran di Archdale. Setelah kau menangkapnya, bawalah dia ke Guild dan kau akan dihadiahkan dengan sepuluh koin emas."

Sahut Lyria yang menawari Sema, si Jomblo ini berpikir bahwa misi menangkap seorang Demi-Human cukup mudah. Lalu, Lyria memberikan selembar kertas yang terdapat sketsa wajah si Demi-Human yang menjadi quest.

Demi-Human kucing yang biasa disebut dengan Werecat, memiliki ciri-ciri berupa warna rambut berwarna ungu dan ujung rambutnya memerah dengan rambutnya panjang dan sebuah tato merah yang ada di pipi sebelah kanan dan memiliki sepasang telinga kucing.

Wajahnya imut meskipun hanya sketsa, dan kau tahu ... melonnya cukup lumayan. Dengan senang hati, Sema menerima quest yang direkomendasikan oleh Lyria.

   "Ngomong-ngomong ... targetku saat ini biasanya muncul di mana?"

   "Di sekitar kota Archdale, dia cukup meresahkan karena bisa menggunakan sihir perpindahan dan sepertinya sihir alami yang ia gunakan adalah kegelapan."

   "Begitu ya ... kalau begitu sampai jumpa."

Sahut Sema seraya berbalik badan lalu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar Guild seraya melambaikan tangan kanannya.

Lyria menatap punggungnya, ia menghela napas dengan lega dan ia lupa akan suatu hal.

   "Hati-hati Jomblo!"

Serunya, para petualang yang mendengar perkataan dari Lyria kedua matanya langsung tertuju Sema yang ada di tengah-tengah Guild. Para petualang menertawakannya, Sema ingin menampolnya satu-satu tetapi itu tidak akan berguna dan yang paling ingin ia tampol adalah Lyria yang mempermainkannya.

   "Salah hamba apa coba?"

* * * * *  *

Di siang hari ini ...

Sema berkeliling di sekitar kota Archdale tetapi ia berlarian di atas atap bangunan rumah karena Demi-Human ini pastinya menggunakan jalur atas sebagai tempatnya.

Ada kalanya Sema tersangkut di atap rumah, ada kalanya ia nyasar dan masuk ke rumah orang, ada kalanya ia dicakar kucing ketika lompat ke rumah sebelah.

Setelah berlarian cukup lama dan tangannya berdarah karena dicakar oleh kucing yang numpang nyakar. Sema istirahat sebentar di atas atap rumah penduduk dan bersandar pada dinding cerobong asap.

   "Sialan ... ke mana perginya dia ... "

Pikir Sema, ia menghela napas cukup panjang dan melihat ke sekitar daerah yang dapat ia jangkau dengan penglihatannya. Ketika ia melihat ke sebuah tempat yang merupakan atap rumah dengan lantainya yang menggunakan susunan batu.

Terdapat seorang perempuan dengan ciri-ciri yang sama dengan Demi-Human yang Sema cari sedari tadi. Karena masih memiliki harapan, Sema segera pergi ke tempat tersebut dengan mengendap-endap.

Ketika ia sudah ada di belakangnya, Sema langsung melompat melewati bangunan yang ia lompati dan akhirnya ia sampai di tempatnya. Demi-Human itu berbalik badan lalu melihat sosok laki-laki yang penampilannya cukup keren.

   "Siapa kau?"

Tanya Demi-Human tersebut, Sema berpikir sejenak untuk mencari nama yang keren. Setelah memikirkannya selama beberapa detik, akhirnya Sema mendapatkan nama panggilan yang pas untuknya.

   "Hanya Jomblo yang numpang lewat, apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Tanya Sema, Demi-Human itu malah merebah di atas lantai atap dan membuay peluang untuk Sema agar dapat menangkapnya.

   "Aku tidak tahu siapa kau, tetapi ... apakah kau seorang pemburu hadiah?"

Tanya Demi-Human tersebut sambil menguap dengan jari telunjuk tangan kanan yang mengarah padanya.

Sema berpikir sejenak lalu ia menggelengkan kepala pertanda salah.

Demi-Human ini memiliki dua ekor dan pakaiannya cukup terbuka apalagi melonnya yang cukup besar. Memakai rok pendek dan pakaian atas yang cukup terbuka.

   "Begitu ya ... namaku adalah Nekomata."

Ucapnya, ia beranjak dari tempat tidurnya lalu berdiri sambil menguap cukup lama. Mengucek kedua matanya dan ia menunjukkan senyuman kecil kepada Sema.

   "Kalau begitu sampai jumpa, aku tidak punya urusan denganmu."

Sahut Nekomata, ia melompat dari atap bangunan ini ke atap rumah yang lain. Sema telat mengerahkan tangan kanannya yang ingin meraih Nekomata sebelum melompat.

   "Sialan ... dia pergi lagi."

Pikir Sema seraya melihat Nekomata berlarian di atas atap rumah penduduk, Sema segera mengejarnya dengan melakukan hal yang sama seperti Nekomata.

Kecepatan lari mereka cukup seimbang, Nekomata menoleh ke belakang sebentar dan melihat Sema sedang mengejarnya. Ia tersenyum kecil dengan menunjukkan taring kecilnya pada Sema.

Dikejar dan mengejar sampai di dekat gerbang Archdale, Nekomata berhenti sebentar untuk minum di sebuah guci yang terdapat air mata alami. Sema yang sudah lelah mengejar Nekomata istirahat di tempat yang sama untuk meminum air mata alami.

   "Sialan ... fisik Demi-Human melebihi manusia biasa, andaikan kekuatan hebat pada saat itu muncul kembali ... "

Pikir Sema, tetapi ia tidak memperdulikannya dan kembali mengejar Nekomata yang sudah berada di luar gerbang Archdale. Sema segera mengejarnya dan meminta izin keluar pada pasukan Archdale yang menjagai gerbang.

Hamparan padang rumput yang luas dan terpaan angin yang cukup kuat. Sema memandangi Nekomata yang sedang menghadap ke arahnya dan rok pendeknya diterpa oleh angin yang lewat.

Dengan insting Jomblonya yang hebat, Sema langsung merekam kejadian di mana rok pendek Nekomata tersingkap dan celana dalamnya berwarna ungu. Setelah cukup, ia langsung menyimpan momen tadi dalam ingatannya yang terdalam.

Nekomata kembali berlari menuju hutan dengan segera Sema mengejarnya ke dalam hutan. Sosok Nekomata masih dapat ia kejar meskipun sudah masuk ke hutan, setelah cukup lama dikejar dan mengejar.

Sema menemukan tangga yang menuju ke atas, anak tangga ini berjumlah banyak dan Sema penasaran untuk pergi ke atas. Karena rasa penasarannya, Sema pergi ke atas dengan menaiki tangga ini yang terbuat dari batu.

Berjalan pelan sambil mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, menghirup udara segar di dalam hutan agar rasa lelah yang ia dapatkan segera menghilang.

Setelah beberapa menit ia menaiki tangga ini, terdapat sebuah gerbang merah dan ada bangunan yang berupa kuil dan bangunan yang dijadikan tempat tinggal.

   "Tempat apa ini ... "

Pikir Sema, kuil ini cukup sepi namun ia merasakan keberadaan seseorang di tempat yang sunyi ini.

Sema berkeliling sebentar, ia memeriksa bangunan yang dijadikan tempat tinggal namun hasilnya nihil. Ia kembali melanjutkan penelusurannya di dekat kuil, terdapat seorang perempuan sedang membersihkan tempat permohonan ketika digunakan untuk berdua.

Biasanya, tempat permohonan itu dibuat dari bahan kayu dan tata cara berdoanya sangat sederhana. Memasukkan uang koin ke dalam tempat permohonan, menggoyang-goyangkan tali yang di atasnya terdapat lonceng lalu menepuk tangan tiga kali dan meminta permohonan.

Perempuan itu memiliki rambut berwarna perak dan yang paling membuat Sema tertarik pada sosoknya adalah ... perempuan ini memiliki sepasang telinga rubah dan dia memiliki ekor yang cukup banyak.

Sema tidak terlalu yakin dalam menghitung ekor yang dimiliki perempuan dewasa itu. Karena kehadiran Sema dapat dirasakan olehnya, perempuan penjaga kuil itu berhenti sejenak dalam membersihkan kuil lalu menghampiri Sema dengan santai.

Sosoknya begitu anggun ketika ia menunjukkan wajahnya yang cantik di hadapan Sema.

   "Apakah ada yang bisa daku bantu?"

Tanya dirinya, Sema mencari-cari alasan dan ia pura-pura nyasar ke kuil ini yang seharusnya tujuan utamanya adalah mencari Nekomata.

   "Seperti yang kau lihat, kuil ini cukup sepi. Namun ketika musim panas tiba, kuil ini akan ramai."

   "Begitu ya ... ngomong-ngomong namaku Sema, Sema Soutarou."

Sahut Sema yang memperkenalkan dirinya seraya membungkukkan badan, perempuan yang ada di hadapannya tertawa kecil dan menunjukkan senyuman manisnya.

Terdapat roh rubah kecil yang mengikuti Kyuubi.

   "Namaku Kyuubi, salah satu Sacred Beast."

Sahutnya, Sema menganggukkan kepala pertanda mengerti tetapi ia merasa teringat dengan nama Kyuubi ini. Setelah mengingat-ingat cukup lama, akhirnya Sema ingat dengan kejadian di mana saat Roguira dan Kasuvi bertemu mereka berdua bertengkar.

Dan pada saat itu juga, Kasuvi mengatakan bahwa ia habis mengunjungi rumah Ausregina dan Kyuubi. Karena cukup penasaran, ia pun menanyakan Kasuvi kepada Kyuubi.

   "Oh ... Kasuvi ya, beberapa minggu yang lalu ia berkunjung ke sini. Hahaha ... pada saat itu, Suamiku sedang ada namun sekarang ia sedang pergi ke tempat Junya."

Ucap Kyuubi dengan menunjukkan senyuman kecilnya, ia bagaikan perempuan dewasa yang berpengalaman dengan menunjukkan pesona perempuan Jepang pada masa lampau.

   "Begitu ya ...  kalau begitu aku akan pergi dulu, akan kusampaikan salammu pada Kasuvi "

Ucap Sema lalu berbalik badan untuk pergi meninggalkan kuil ini kemudian melangkahkan kakinya menuju gerbang merah.

   "Ya ... hati-hati di jalan! Di lain hari datanglah bersama Kasuvi!"

Seru Kyuubi, Sema menanggapinya dengan lambaian tangan kanan lalu segera pergi menuruni tangga kuil.

   "Aku harus segera mencari Nekomata sebelum matahari terbenam ... "

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter