48 Beast Magecraft

Di pagi hari ...

Zile sudah tahu, bahwa Sema akan memintanya untuk melatih dirinya. Maka sebelum itu, Zile meminta dibuatkan ramuan kepada Dryanid untuk Sema.

Sema telah bersiap-siap dengan jubah hitam yang baru, pemberian dari Zile setelah membabat petualang yang ingin masuk ke Perbatasan. Dagger pada wadah yang ada di pinggangnya, ia sudah sangat siap untuk menjadi kuat.

Saat ini, Zile memberikan Sema segelas ramuan herbal yang warna airnya berwarna bening. Karena Sema ingin dilatih oleh Zile, makanya dia segera menenggak habis ramuan yang diberikan olehnya.

"Njing pahit!?"

Kaget Sema setelah mengira bahwa ramuan yang airnya berwarna bening ini tidak ada rasanya. Mau tidak mau, ia meminum habisnya dengan cepat sampai-sampai ia menekan tenggorokannya dengan tangan kiri.

"Kau tidak apa?"

"I-iya ... rasa pahitnya nyangkut di tenggorokan."

Jawab Sema dengan tangan kiri yang menekan lehernya. Setelah perlahan-lahan rasa pahit itu hilang, Zile bersedia untuk melatih Sema. Hanya saja, dia menjelaskan dasar-dasarnya dulu.

"Saat ini, kau bisa menggunakan sihir, kan?"

"Ya, namun hanya tangan kiriku saja."

"Kalau begitu, akan kubuat seluruh tubuhmu bisa menggunakan sihir. Ngomong-ngomong ... ramuan yang tadi kau minum, terdapat esensi inti dari Zombie Dragon yang sudah kau kalahkan."

"Begitu ya ... apa!?"

Sema langsung saja membuang gelas kayu yang ia genggam dengan tangan kanan. Memukul dada Zile dengan tangan kanan, namun dirinya sendiri yang kesakitan.

"Sialan!? Keras amat!"

Sema tersungkur ke atas permukaan tanah, memegangi tangan kanannya yang kesakitan dengan tangan kirinya.

"Jangan remehkan seekor kadal. Baiklah, akan aku jelaskan dasar-dasarnya padamu."

Sahut Zile, karena suasana sudah mulai serius. Sema menanggapinya dengan anggukan kepala, segera beranjak dan menghadap Zile untuk mendengarkan penjelasannya.

"Jika Zile akan melatihku, pastinya dia akan menjelaskan yang paling dasarnya. Itu hanya akan membuang-buang waktu untuk mendengar ocehannya."

Pikir Sema seraya menatap Zile yang akan menjelaskan suatu hal kepadanya. Zile terlihat menutup kedua matanya, membukanya lagi perlahan-lahan.

"Intinya ... bertahan hidup saja."

"Serampangan amat!"

Bentak Sema karena apa yang dipikirkan olehnya berbanding jauh. Zile tertawa lepas setelah melihat reaksi Sema, ia menghela napas dan mulai serius untuk kali ini.

"Di dunia ini, ada tiga hal yang terpenting. Sihir, bila ada yang menguasai sihir. Maka dia bisa membuat api, menghembuskan angin, mengumpulkan air, dan menggerakkan tanah. Jika orang itu menjadi penyihir handal, maka ia bisa melakukan banyak hal."

"Yah ... itu hal yang umum. Maka, sihir adalah kekuatan yang paling nyaman."

"Benar, untuk yang kedua. Vitalitas, sebut saja chakra, plana, ki, atau chi. Menggunakan life force sebagai bahan bakar. Jika mudah diakses, orang itu bisa memperkuat kekuatan fisik dan mendapatkan stamina tanpa batas."

"Life force ... dengan kata lain, Overflow termasuk ke kategori vitalitas?"

"Entahlah, itu kemampuanmu sendiri bodoh."

Jawab Zile dengan wajah yang masa bodoh. Sema mulai kesal dengan Lizardman yang ada di hadapannya saat ini.

"Ketiga adalah Spirit. Ilmu ini tidak sembarang orang bisa menyentuhnya dengan mudah. Dengan izin dewa atau roh, kekuatan ini diakui sebagai kekuatan yang langka dan istimewa."

"Dengan seperti itu, penduduknya mayoritas orang-orang yang religius."

"Hebat juga, aku kira kau orang yang bodoh."

Tangap Zile dengan kedua tangan yang menyilang, namun yang paling mengesalkan adalah menampakkan wajah yang masa bodoh. Sema menghela napas, ia mulai memikirkan penjelasan dari Zile dengan seksama.

"Untuk saat ini, aku beri waktu satu minggu agar kau dapat mempelajarinya dengan cepat. Camkan kata-kataku, pahami untuk mengetahui siapa sebenarnya dirimu."

"Maksudmu?"

Sema terbengongkan oleh perkataan Zile. Perlahan-lahan Zile memperkuat fisiknya dengan life force, mengangkat tubuh Sema dengan mudahnya. Dengan cepat, ia melempar Sema ke udara dengan kekuatan yang amat hebat.

Sema tidak bisa berkutik sedikit pun, ia pasrah dan melayang di udara. Tekanan dari lemparan yang kuat, ingin rasanya dirinya muntah sehabis sarapan tadi.

Ketika hampir turun ke permukaan, ia memposisikan tangan di depan dan mulai memasuki hutan kembali. Kedua tangannya yang ke depan ditambah Overflow 5%, menabrak batang pohon dan terjatuh di atas permukaan rumput.

*Brukk

Menatap ke atas, memandangi rendangnya dedaunan. Rasa sakit tubuh bagian belakang dan kedua tangannya, ia rebahkan tubuhnya sementara waktu.

"Aku belum menanyakannya tentang kekuatan Zombie Dragon yang diserap oleh Raijuu dan yang lainnya. Jika mereka menyerapnya, kemungkinan ... Raijuu dapat berevolusi lagi? Jika teorinya seperti itu, manusia menyerap kekuatan monster yang mereka kalahkan. Namun masalahnya adalah ... takaran kekuatan yang diserap oleh manusia dan selain manusia berbeda."

Perlahan-lahan Sema merubah posisinya dari berbaring, menjadi posisi duduk. Segera berdiri dengan segenap raganya, ia meregangkan anggota tubuhnya yang cukup menyakitkan.

"Bertahan hidup satu minggu. Jika Zombie Dragon yang sebelumnya adalah naga biasa, kemungkinan besar ... kasusnya sama dengan Raijuu. Sialan, kenapa mereka seenak jidatnya melakukan hal ini dan itu?"

* * * * *

Kasuvi terbangun dari tidurnya, perlahan-lahan memejamkan kedua penglihatannya. Menatap langit-langit yamg tidak asing, beranjak dari atas kasurnya yang terbuat dari bulu-bulu lembut.

Meregangkan badannya, menyisir rambutnya yang cukup kusut menggunakan jari jemarinya yang halus. Perlahan-lahan, melangkahkan kakinya menuju pintu rumah yang ada di hadapannya.

Menghirup udara segar, memenangkan hatinya yang perlahan-lahan menyembuhkan perasaannya. Kemarin, kedua gunungnya dipegang oleh Sema karena ketidak sengajaan.

Kasuvi menamparnya sangat kuat, hingga Sema terhempas dan tersungkur ke permukaan gua. Untuk kali ini dan hari ini juga. Dirinya ingin meminta maaf kepada Sema, atas perlakuan kasarnya yang kemarin.

"Tetapi ... Soutarou juga salah, tiba-tiba saja memegang milikku. Meskipun tidak sebesar milik Levius."

Dan anehnya lagi, Kasuvi merasa depresi karena miliknya yang pas ukuran dengan tangan Sema. Namun, dirinya sangat yakin. Mau sebesar apapun, setiap ukuran dan bentuk memiliki ciri khasnya masing-masing.

Saat ini, ia menatap Zile yang tengah minum air pada gelas kayu dan duduk di atas batang pohon yang tumbang. Kasuvi menghampirinya, menanyakan keberadaan Levius, telur naga merah, dan Sema.

"Dragonewt Iblis Biru itu tengah melatih fisik dan mentalnya di air terjun. Sumber dari sungai yang mengalir di dekat sini. Untuk telur naga merah itu, aku simpan di atas tumpukan bulu-bulu lembut dari hasil buruanku."

"Soutarou?"

"Oh ... aku lempar dia ke langit, ia akan kembali dalam satu minggu."

Ucap Zile dengan wajah yang datar meskipun sudah sangar. Kasuvi tidak mempercayainya, namun ia membutuhkan kepastian perkataan Zile. Hanya saja, Kasuvi mengerti ucapan dari Zile sebenarnya sudah mencakup pada kenyataan.

Sikap Zile yang tengah menikmati air sungai dengan wajah yang bahagia. Sudah dapat disimpulkan, apa yang dikatakan Zile memang benar.

Perlahan-lahan Kasuvi kehilangan harapannya, pupus dalam sekejap. Niatnya untuk meminta maaf kepada Sema, harus ditunda dulu sampai satu minggu kemudian.

"Tetapi, apa yang kau lakukan sampai-sampai kau melemparnya ke langit?"

Pertanyaan dari Kasuvi, membuat Zile berhenti sejenak. Perlahan-lahan mengambil napas, lalu menghembuskannya kembali dengan pelan.

"Dia meminta untuk dilatih olehku. Aku menguji potensi yang ia punya, jika dia bisa bertahan hidup selama satu minggu. Aku yakin ... dia dapat meningkatkan kekuatannya ... mungkin."

"Ngomong yang pasti!"

* * * * *

Sema bersandar di pohon dengan ukuran batang yang besar. Bersandar dengan kedua matanya yang tertutup, fokus pada setiap suara yang ada di hutan ini. Ia mendengar suara langkah kaki, semak-semak yang berisik, dan napas yang terengah-engah.

"Meskipun tangan kiriku dapat menggunakan sihir. Aku tidak perlu bergantung terus pada sihir, yang aku butuhkan adalah Vitalitas."

Meskipun Sema dalam keadaan diam, dia menggunakan Overflow yang ditekan sampai 5% pada seluruh tubuhnya. Menggunakannya terus menerus, untuk melihat sampai mana dirinya tidak mampu lagi menggunakan Overflow.

Ketika ia membuka kedua matanya, kedua mata yang saling bertatapan. Terdapat seekor Orc dengan tubuh yang berukuran besar dan tinggi, membawa kapak dengan ukuran sebesar pentungan.

Orc itu menyeringai, mengangkat kapaknya dengan segera. Bersiap-siap mengayunkannya setelah Sema sadar, keberadaannya sudah diketahui olehnya.

"F*ck!"

Sema langsung saja berguling ke depan, ayunan secara horizontal. Dapat Sema hindari dengan cepat, mengambil dua dagger dan segera menyayat kaki Orc tersebut.

Sema sadar, serangannya terlalu dangkal dan hanya menyayat kulit luar dan tidak berdampak sama sekali. Orc itu segera berbalik badan, mengayunkan kapaknya lagi secara horizontal.

Sema terlambat untuk melompat ke belakang, ia menggenggam dagger pada tangan kanan dengan kuat di sekitar perut. Meskipun mata kapak dapat ditahan dengan sisi dagger, tetap saja dirinya terhempas dan berguling-guling di atas permukaan tanah.

Suara langkah kaki yang berat tengah menuju ke arahnya, ia segera bangkit dengan kedua tangannya yang menggenggam dua dagger. Orc yang sudah ada di hadapannya, sudah mengayunkan kapaknya secara vertikal.

Sema berniat untuk memanggil Gemini yaitu Nephne dan Amaha. Namun, ia tidak ingin mengkhianati kepercayaan Zile kepadanya.

Memutar tubuhnya dengan cepat, menghindari serangan kapak tersebut dengan mulus. Kapak yang ujungnya menancap ke dalam tanah, ia segera menyerang Orc itu pada bagian lengan dengan bertubi-tubi.

Darah segar menciprati wajahnya, ia meningkatkan lagi fisiknya dengan Overflow yang ditekan sampai 10%. Mencoba untuk menyerangnya sekali lagi. Namun, ia terhempas setelah pukulan telak dari tangan kiri yang diluncurkan oleh Orc tersebut.

Meskipun permulaan, Sema sudah kewalahan hanya dengan melawan Orc yang kekuatannya tidak lebih dari Zombie Dragon. Pada saat itu, ia teringat dengan perkataan Zile untuk memahami siapa dirinya.

"Begitu ya ... untuk memahami siapa sebenarnya diriku. Aku yang bodoh, karena terlalu melupakan hal-hal yang menimpaku."

Sema segera berdiri dengan segenap tenaga seraya memunculkan zirah yang ada pada tangan kiri. Menatap Orc yang tengah terluka pada bagian lengan kirinya.

Sema mulai fokus dengan satu tujuan, memaksakan semua mana yang ada di tangan kirinya agar menyebar ke seluruh tubuhnya. Kecacatan berupa tidak memiliki energi sihir sedikit pun, karena aliran mana miliknya terpotong ketika kedua tangannya ditebas.

Setelah kedua tangannya disambungkan kembali oleh Carilla dan Ruilla. Aliran mana yang ada di tubuhnya hilang, karena tingkatan mana rendah langsung hilang setelah aliran mana terputus.

"Mana seperti air yang mengalir, bentuknya seperti sungai. Tidak, seperti api yang menyebar di seluruh tubuh. Bayangkan dan rasakan."

Perlahan-lahan mana yang ada di tangan kirinya menyebar. Dimulai dari tubuh, tangan kanan, kedua kaki dan kepala. Tidak salah lagi, Sema mendapatkan kembali kemampuannya yang hilang setelah pertama kali dia datang ke sini.

Kini, dirinya dapat membuat benang mana yang tipis. Jaring laba-laba yang diberikan Carilla kepadanya, kini menjadi tidak berguna. Benang mana tersebut langsung menempel pada keenam gagang dagger.

"Nephne, Amaha. Aku pinjam kekuatan kalian."

Tangan kirinya yang terlapisi zirah, mulai terbakar oleh api biru. Kekuatan yang ia pinjam dan mana yang dipinjam dari Gemini. Membuat dirinya dapat berkembang kembali.

Batasan dari Job Summoner mulai tembus. Sema mendapatkan Job yang baru yaitu Summoner : Beast Magecraft.

"Panas njing!"

To Be Continue ...

avataravatar
Next chapter