2 Awalan Yang Bahaya

   "Ngg ... aku ... "

Sema memejamkan matanya, melihat ke atas dengan posisi berbaring. Seluruh tempat ini berwarna putih pucat, Sema beranggapan bahwa sekarang ini dia berada di surga.

Ia mengganti posisi berbaringnya menjadi duduk bersila, mengingat-ingat kejadian ketika ia mati lalu mengingat rasa sakit yang berupa pisau menancap ke perutnya.

Sema memeriksa perutnya jika saja ada bekas luka, tetapi ... luka yang ia dapatkan hilang permanen tanpa ada bekas. Ketika ia memeriksanya, suara langkah kaki yang pelan terdengar dari belakangnya.

Sema menoleh perlahan-lahan, ia melihat seseorang dengan seluruh tubuhnya yang berwarna putih namun masih berbentuk manusia dengan anggota tubuh yang masih lengkap.

  "Ada setan!? Sialan, baru kali ini aku melihatnya!?"

Panik Sema, setelah menyadari kondisi dan situasi saat ini. Suatu makhluk yang ada di hadapannya tidak mungkin setan, karena Sema berpikir dia sudah ada di surga.

   "Selamat pagi ... siang ... malam ... petang ... sore ... subuh?"

Sema bingung, apakah sekarang ini sudah siang atau pagi atau pun malam? Makhluk yang ada di hadapannya terdiam, berjalan pelan ke arah Sema. Lalu ... kepalanya tiba-tiba berubah wujud menjadi mulut predator dengan gigi-gigi yang runcing dan ia tunjukkan di hadapan Sema.

*Plakk

Sema menamparnya, ia masa bodoh dengan apa yang ada di hadapannya karena ia pikir itu hanyalah candaan. Mulut predator yang ada di hadapan Sema mulai membuka mulutnya dengan lebar.

Sema kembali menamparnya dengan tangan kanan, perlahan-lahan mulut predator tersebut wujudnya kembali menjadi bagian dari kepala seutuhnya. Namun, suatu makhluk yang ada di hadapan Sema terlihat depresi sembari duduk meringkuk dengan kedua tangan memegang kedua kaki.

   "Ekh? Aku yang salah?"

Pikir Sema dengan wajahnya yang kecut melihat makhluk dengan sekujur tubuh berwarna putih yang meringkuk depresi.

   "Permisi ... apakah saat ini aku ada di surga?"

Tanya Sema, makhluk itu pun menjawabnya dengan anggukan kepala dan suara lembut mengatakan 'iya'. Sema langsung bahagia bukan kepayang, makhluk yang ada di depan Sema berdiri lalu menghadap Sema.

   "Tapi bo'ong."

Seketika langsung, harapan Sema langsung pupus bagaikan butiran debu yang terbawa angin. Makhluk yang ada di hadapan Sema terlihat tertawa terkekeh melihat keadaan Sema yang lelah batin.

   "Sema Soutarou, aku mengabulkan permintaanmu. Kau telah dipindahkan dari dunia yang kau tinggali, kini kau akan kukirimkan ke sebuah dunia yang aku berkati."

   "Pindah dunia ... katamu?"

Sema cukup bingung dengan perkataan makhluk yang ada di hadapannya saat ini, ia mencoba berpikir dengan tenang lalu mendapatkan kesimpulan.

   "Jadi ... aku belum mati lalu kau memindahkanku ke dunia lain?"

   "Ya ... untuk sekarang, sebelum kau pergi ... aku akan memberikanmu apapun yang kau inginkan."

Ucap makhluk yang ada di hadapannya, Sema memejamkan matanya lalu berpikir dalam-dalam tentang apapun yang ka inginkan. Lalu, Sema mendapatkan pencerahan setelah sekian lamanya.

   "Kalau begitu ... aku ingin jodo-"

   "Kalau itu tidak bisa."

Ucapan Sema dipotong, ketika mendengarnya ia langsung terdiam dengan tersenyum cukup lebar namun menyakitkan. Sema menghela napas dalam-dalam lalu mencoba menenangkan dirinya.

   "Kalau begitu aku memilih Job yang cukup berguna, ngomong-ngomong ... keadaanku di dunia lain itu akan bagaimana?"

   "Seperti biasa, keadaanmu dan kekuatanmu tidak akan ada yang berubah."

Jawab makhluk yang ada di hadapan Sema, ia pun menganggukkan kepala pertanda mengerti. Dewa mengerahkan tangan kanannya ke depan lalu menempelkan telapak tangannya ke wajah Sema.

   "Semoga kau dapat menghiburku ... Jomblo."

* * * * * *

Sema membuka matanya, kini ... ia terbang di langit tanpa ada persiapan apapun. Ia panik sekali karena terjun bebas tanpa ada alat yang dapat menyelamatkan hidupnya.

Untungnya, ia menemukan sebuah danau yang ukurannya cukup besar. Sema mencoba memutar-mutar tubuhnya di atas udara lalu bersiap-siap terjun di air danau yang airnya jernih.

*Bressh

Sema menyelam ke dalam danau, ia berenang menuju daratan yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Beranjak dari danau lalu Sema mengistirahatkan tubuhnya dengan bersandar ke pohon oak.

   "Huff ... bahaya sekali tapi sangat seru."

Ucap Sema, ia segera melepas pakaian atasnya yang basah dan menjemurnya di atas batu yang cukup besar di pinggiran danau. Ia pun memasuki wilayah hutan yang mengelilingi danau ini untuk mencari makan sebagai persediaan darurat ala tanggal tua bagi remaja yang hidup sendiri.

   "Oh ... benar juga, kata dia ... dunia ini terdapat sihir dan hal-hal lain yang menakjubkan."

Pikir Sema seraya mengingat-ingat perkataan dari makhluk yang sekujur tubuhnya berwarna putih dan ia menamai dirinya sendiri dengan Dewa. Sema mengerahkan tangan kanannya ke depan lalu memikirkan sebuah sihir api yang keren.

   "Fire ball!"

Seru Sema dengan semangat, tetapi yang terjadi hanyalah keluar asap dari telapak tangan Sema. Beberapa saat kemudian, asap yang berada di telapak tangannya hilang.

   "Oh ... aku memiliki kualitas mana paling terendah kata Dewa, sistem dunia ini sungguh keren."

Pikir Sema dengan semangat, ia tahu bahwa ia tidak memiliki kekuatan yang sangat besar tetapi dapat melanjutkan hidupnya merupakan berkah baginya.

Ia kembali menyusuri hutan ini, mendapatkan beberapa makanan berupa buah-buahan dan beberapa jamur liar yang dapat dimakan. Ketika ia berniat kembali, Sema mendengar sebuah suara yang berupa napas cukup berat.

Karena penasaran, Sema segera pergi untuk melihatnya, sebuah pemandangan yang baru kali ini ia lihat memanjakan dan membuat dirinya puas. Terdapat seekor naga hitam yang sedang tertidur, ukurannya besar dengan sisik-sisik mengkilap yang membuat naga hitam itu keren.

   "Naga hitam ... keren sekali."

Sema menghampiri naga hitam yang sedang tertidur, ketika Sema ingin memegang moncong naga hitam itu. Mata yang tadinya menutup kini terbuka dengan bola mata berwarna merah yang menatap Sema dengan tajam.

   "Manusia!?"

Pikir naga hitam itu, ia segera bangun dari tidurnya lalu mengepakkan sayapnya yang besar dan membuat Sema terlempar karena angin yang menghempaskannya cukup kuat.

Sema menahan hempasan tersebut dengan memegangi batang kayu yang roboh. Ia pun segera berlari lalu bersembunyi di balik pohon oak.

   "Aku bukan musuhmu, kau lihat ... aku tidak membawa senjata apapun dan hanya membawa beberapa makanan."

   "Kau pasti berniat membunuhku!"

Naga hitam itu menyemburkan api ungu ke arah pohon oak yang dijadikan tempat bertahan oleh Sema. Ia segera berlari menuju pohon yang lainnya karena pohon yang tadi digunakan untuk bertahan sudah terbakar.

   "Kalem, aku Sema Soutarou. Aku manusia yang sangatlah lemah, aku ke sini karena mendengar suara napasmu yang sedang tertidur. Jika kau mau, ambillah buah-buahan dan jamur yang baru aku dapatkan."

Ucap Sema, ia pun mengerahkan tangan kanannya dan menunjuk letak buah-buahan dan jamur yang ia letakkan. Naga hitam itu melihat ke tempat yang ditunjukkan oleh Sema, dengan segera ... naga hitam itu menyantap seluruh buah-buahan dan jamur yang baru didapatkan oleh Sema.

   "Aku berterima kasih padamu manusia, dengan ini ... aku dapat menggunakan kemampuanku untuk menyembuhkan luka yang aku dapatkan dari Izmira."

Ucap naga hitam tersebut, karena keadaan sudah mulai tenang dan aman. Sema keluar dari tempat persembunyiannya dengan kedua tangan yang diangkat agar naga hitam itu tidak curiga.

   "Lihat, aku tidak membawa senjata yang dapat menyakitimu. Tujuanku ke sini adalah ... kau terluka, bukan?"

Tanya Sema, naga hitam itu pun menhembuskan napas apinya lalu mendekati Sema perlahan-lahan. Ia mendekatkan moncong mulutnya tepat di hadapan Sema.

   "Manusia macam apa kau!? Apakah kau musuh? Ataukah kau penduduk dari Archdale?"

Pertanyaan dari naga hitam itu tidak dimengerti oleh Sema, ia pun memperkenalkan dirinya sekali lagi bersamaan dengan menanyakan nama naga hitam itu.

   "Aku merupakan bawahan dari Tetua Tyrant, Roguira. Naga hitam yang membawa kutukan dan kehancuran."

Naga hitam tersebut memperkenalkan dirinya, Sema tersenyum kecil lalu mengusap-usap ujung moncong dari Roguira perlahan-lahan.

   "Hei ... maukah kau berteman denganku?"

Tanya Sema, Roguira hanya menanggapinya dengan menutup mata tetapi ia ingin berterima kasih kepada manusia yang ada di hadapannya karena telah memberikannya beberapa makanan.

   "Karena kau telah memberiku beberapa makanan, aku anggap ... kau temanku, Sema Soutarou."

   "Ya ... terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu, aku harus mencari makanan lagi."

Ucap Sema seraya meninggalkan Roguira, ia berjalan ke arah di mana danau berair jernih itu berada. Karena Roguira merasa bersalah jika saja manusia itu mati karena salahnya dan tidak makan, Roguira mengikuti Sema dari belakang.

   "Aku akan ikut denganmu, Soutarou."

Ucapan dari Roguira membuat Sema senang, Soutarou mengangkat tangan kanannya  dengan mengepal seperti ingin memukul. Roguira menanggapinya dengan mendekatkan tangan kanannya ke kepalan tangan kanan Sema.

   "Terima kasih Roguira."

* * * * * *

Di danau, Sema berenang dan menyelam memasuki danau untuk mencari hewan air yang dapat dimakan. Tiba-tiba saja, ketika ia menyelam terdapat kepala Roguira yang menyedot beberapa air danau dan ikan-ikan pun terbawa.

Sema segera keluar ke permukaan, Roguira menyimpan ikan-ikan hasil tangkapannya di sisi danau. Ia pun menyuruh Sema untuk diam saja di daratan dan ia sendiri yang bertugas untuk memancing ikan.

Beberapa menit kemudian, Sema mengumpulkan kayu bakar kering yang banyak. Ia menyadari bahwa ikan hasil tangkapan dari Roguira cukup banyak, ia pun menyuruh Roguira untuk berhenti mengambil ikan dan menyuruhnya membakar kayu bakar yang sudah ia kumpulkan.

Sema menusuk enam ikan segar menggunakan ranting kayu pohon oak lalu membakar ikan-ikan tersebut di dekat api agar matangnya merata.

   "Soutarou, aku tidak merasakan mana dari dalam tubuhmu."

   "Serius? Sepertinya tadi aku menggunakan semua manaku untuk mencoba sihir abal-abal."

Jawab Sema, Roguira duduk di sampingnya meskipun ukuran tubuhnya yang terbilang besar. Ia pun bercerita tentang istrinya yang sedang mengandung seorang anak dan istrinya bernama Izmira.

Beberapa menit lamanya mereka berdua bercerita, ikan-ikan yang dibakar telah matang dengan merata. Sema mengambil tiga ikan yang dibakar dan sisanya yang berpuluh-puluh langsung saja disantap oleh Roguira karena ukuran ikan ini cukup besar.

Setelah kenyang, Roguira membantu mengeringkan pakaian Sema yang berupa kaos hitam beserta celana hitamnya yang panjang.

Ia pun mengajak Sema untuk pergi dari hutan ini, Sema menerimanya dengan senang hati karena ditawari oleh Roguira.

   "Aku akan mengantarkanmu ke kota di kerajaan Archdale, naiklah ke atas punggungku."

Tawar Roguira seraya merendahkan tubuhnya agar Sema dapat menaikinya. Beberapa menit kemudian, Sema dapat naik ke atas punggungnya lalu lepas landas menuju kota yang akan dituju di kerajaan Archdale.

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter