40 Apakah ...

Di markas Night Light saat ini ....

Hazama menjelaskan situasi yang ia lihat dengan kedua matanya sendiri, ketika Houns menyerang Sema beserta rekan-rekannya. Para anggota Night Light pun hanya bisa menanggapinya dengan tidak bisa berbuat apa-apa.

   "Ngomong-ngomong Kapten, sekarang ini ... dia pergi ke mana?"

Tanya Sebas kepada Hazama yang tengah merokok dan duduk di atas sofa. Ia menggelengkan kepala pertanda tidak tahu di mana keberadaan Sema saat ini.

   "Yang membuatku penasaran adalah ... kenapa orang itu tidak dikelilingi oleh sihir? Seharusnya manusia biasa meskipun tidak memiliki energi sihir, di sekitar tubuhnya akan ada sihir. Namun ... sihir yang mengelilingi tubuhnya bukan sihir biasa."

Ucap Ausregina yang tengah bersantai di depan Hazama dengan tangan kanan memegang gelas teh, sedangkan tangan kirinya memegang tatakannya.

   "Yah ... tadi juga, dia memilki wujud Demi-Human dan memiliki kekuatan sihir yang setara dengan Houns. Untuk sekarang, biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri."

* * * * * *

Cuaca yang mulai mendung, namun cahaya masih dapat menembus awan-awan yang menghalanginya.

Sema berlari dengan dua dagger yang ia genggam pada kedua tangannya. Di pundaknya terdapat Raijuu, sedangkan di samping kanan dan kiri terdapat Gemini yang sudah diketahui namanya oleh Sema.

Yang berambut perak merupakan sang Adik dan ia bernama Amaha. Sedangkan sang Kakak yang berambut coklat dengan ikatan pita berwarna hitam bernama Nephne.

Bersaudara itu saling bergerak dengan gerakan zig-zag untuk mengecoh prediksi serangan yang dilancarkan oleh Rocurt. Amaha menyerang Rocurt dengan pukulan straight, sedangkan Nephne menyerang Rocurt dengan pukulan uppercut.

Kedua serangan bersamaan itu dapat dihindari dan ditahan oleh Rocurt. Ia sudah tahu bahwa perbandingan kekuatannya antara Gemini berbeda. Maka dari itu, ia menyerang Gemini dengan serangan area berupa pedang yang bermunculan ke permukaan.

Amaha dan Nephne segera mundur dan berdiri di hadapan Sema. Mematahkan setiap pedang yang muncul ke permukaan dengan pukulan.

Sema hanya bisa terkagum akan kehebatan Amaha dan Nephne. Mereka berdua merapal sihir peningkat kemampuan, kedua zirah yang tertempel pada tangan bersinar berwarna biru dan menghasilkan api biru.

   "Amaha, kita lakukan itu."

Sahut Nephne kepada Adiknya. Amaha hanya menanggapinya dengan anggukan kepala pertanda mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Nephne. Dengan segera, mereka berdua melompat dengan tenaga yang hebat sampai-sampai tanah yang dipijak retak.

Rocurt panik karena pergerakan mereka berdua cepat. Ia menarik kedua tangannya dari dalam tanah, menahan pukulan bertubi-tubi yang diluncurkan oleh Nephne kepadanya.

Ketika pukulan kuat yang dilancarkan oleh Nephne. Rocurt terhempas, akan tetapi kedua kakinya masih menahan efek dorongan. Amaha yang ada di belakangnya, dengan segera melakukan tendangan yang amat kuat sampai Rocurt terhempas ke arah Nephne.

Dia tengah menunggu kedatangan Rocurt yang saat ini melayang ke arahnya. Nephne memfokuskan teknik pernapasan perut, untuk menguatkan beberapa organ dan bagian tubuh tertentu.

Ketika Rocurt sudah mendekatinya dengan cukup cepat. Nephne memukul secara bertubi-tubi dengan gerakan yang cepat, apalagi dengan pukulan bertenaganya.

Setelah cukup membuat Rocurt lemah, ia lanjutkan dengan pukulan uppercut yang membuat Rocurt terhempas ke udara. Nephne dan Amaha meningkatkan kemampuan fisik mereka beserta tangan kanan.

Ketika Rocurt terjatuh dan hampir sampai ke permukaan tanah. Nephne dan Amaha melompat dengan kuat dan mengepal tangan kanan mereka.

Nephne memukul perut Rocurt, sedangkan Amaha memukul wajah Rocurt dengan kekuatan yang amat hebat. Rocurt terhempas akan pukulan menuju perut yang dilancarkan oleh Nephne dengan cepat.

Sehingga, Rocurt menubruk sebuah pohon cukup besar dengan dedaunan cukup rendang. Seketika langsung, ia tidak dapat bergerak dan tubuhnya mulai melemah dengan topengnya yang retak.

Tugas Gemini telah selesai. Mereka berdua menghilang bagaikan serpihan roh yang terbawa angin. Namun, serpihan itu kembali ke tempat asalnya yaitu tangan kiri Sema yang menjadi perjanjiannya.

Raijuu tengah mondar-mandir melihat potongan tubuh mayat manusia, bukan lain adalah Sera dan Ruina. Perlahan-lahan tatapan Sema mulai berair, ia tidak sadar bahwa dirinya sendiri menangis ketika Sera dan Ruina ada di hadapannya.

   "Sera ... Ruina ... maafkan aku ... "

Sema tahu bahwa Sera dan Ruina tidak bisa diselamatkan, meskipun mereka berdua adalah mayat hidup. Jantung mereka berdua ditusuk sampai hancur, dan itulah inti dari sihir yang ditanamkan kepada mereka berdua.

Jika sihir itu lenyap, dengan sekejap ... orang yang ditanami sihir pembangkitan itu akan mati dengan normal. Karena itu, Sema hanya bisa bersujud di hadapan potongan tubuh mayat manusia itu dengan raungannya yang bagaikan tangisan.

Raijuu yang ada di sampingnya, perlahan-lahan merasakan perubahan iklim cuaca yang begitu tiba-tiba. Hujan membasahi hutan ini, namun Sema masih bersujud dengan menyalahkan dirinya akan kesalahannya pergi ke hutan ini.

Tubuh Rocurt yang sudah dihajar habis-habisan menggunakan sihir. Perlahan-lahan tubuhnya retak dan ia tahu bahwa itu adalah akhir hayatnya.

Di bawah derasnya hujan. Rocurt meraih gelapnya langit dengan tangan kanan yang perlahan-lahan rapuh dan menjadi abu. Sedangkan Sema, tangisannya bagaikan derasnya hujan yang menyertai perasaannya saat ini.

   "Sialan!"

* * * * * *

Kasuvi dan Levius segera pergi dari tempat tinggal Sera dan Ruina. Levius merasa heran akan Sera dan Ruina yang belum kembali meskipun sudah turun hujan.

Setelah cukup lama mencari di sekitar daerah ini. Dari kejauhan, Kasuvi melihat seekor serigala putih yang murung dengan duduk di samping tubuh seorang manusia yang tengah berbaring tengkurap.

   "Bukankah itu ... "

Dengan segera, ia berlari di mana serigala kecil itu berada. Levius yang ada di belakangnya segera mengikuti Kasuvi dari belakang.

Ketika sampai, serigala kecil itu menatap wajah Kasuvi dengan murung ketika bertatapan muka. Kasuvi segera bertekuk lutut dan merubah posisi Sema yang tengah berbaring di derasnya hujan ini.

Ketika Levius mencoba menghampirinya. Di samping kiri Sema, terdapat potongan tubuh manusia dan ia tertuju pada kepala Sera yang sudah terpenggal terpisah dari tubuhnya.

Ia menatap kepala Sera dengan tatapan yang begitu terkejut. Menggretakkan giginya akan kesalahannya karena terlambat, menyadari Sera dan Ruina belum kembali.

Yang bisa ia lakukan adalah melampiaskannya dengan berteriak, meneriakkan nama mereka berdua. Tiga orang itu diguyur hujan, namun mereka merasa pantas bahwa tempat sementara mereka itu ada di sini.

Kasuvi melihat sikap tegar Sema yang tengah menangis dengan wajahnya ditutupi lengan kanannya. Kasuvi perlahan-lahan mendekap tubuh Sema, dengan dinginnya hujan yang menyertainya.

   "Maaf ... maaf ... aku terlalu lemah, maaf ... "

* * * * * *

Setelah semua hal yang terjadi. Mereka bertiga menguburkan jasad Sera dan Ruina di bawah pohon terbesar daerah ini. Gundukan kuburannya menggunakan dua papan kayu yang ditancapkan.

Dengan seperti itu, ini adalah penghormatan terakhir yang hanya bisa dilakukan oleh mereka. Hujan telah berhenti, Kasuvi dan Levius membawa Sema ke tempat tinggal Carilla dan Ruilla.

Untuk membiarkan Sema tenang dengan keadaan mental dan fisik. Levius dan Kasuvi membiarkannya untuk mandi terlebih dahulu. Carilla dan Ruilla pun mengkhawatirkan akal sehat Sema, untuk sekarang ini mungkin.

Setelah Sema selesai mandi dengan tatapan yang bingung. Ia diantar oleh Carilla ke ruangan yang dulunya pernah ia tempati, lalu Kasuvi dan Levius segera pergi mandi.

Dua jam kemudian ....

Ketika Sema berbaring menatap langit-langit. Pintu kamarnya terbuka, terdapat Carilla yang menjemput Sema untuk makan malam. Dengan seperti itu, Sema menerimanya dan mengikuti Carilla dari belakang.

Sesampainya di ruang makan. Kasuvi dan Levius terlihat menampakkan senyuman manisnya kepada Sema. Ia tahu bahwa niat mereka berdua ingin menghibur, namun Sema lebih tahu bahwa yang paling terpukul adalah Levius akan Sera dan Ruina.

Sema segera duduk di kursi yang kosong di samping kiri Kasuvi, sedangkan samping kanannya terdapat Levius. Di belakang Levius, terdapat Raijuu kecil yang tengah menyantap makan malamnya.

Menu makan malam yang ada di hadapan Sema saat ini adalah telur goreng yang agak berantakan. Dengan beberapa tambahan berupa sayuran hijau yang dapat dimakan segar.

Sema hanya menghela napas sambil mengambil sendok kayu yang ada di samping piring. Perlahan-lahan ia memotong telur goreng yang cukup berantakan itu.

Ketika ia memasukkannya ke mulut. Rasa asin yang cukup dan rasa pedas dari lada, memenuhi isi mulutnya dengan cepat. Ia menyadari bahwa makanan ini sudah dingin, apalagi Sema tahu siapa pembuat makanan ini.

Perlahan-lahan ... Sema menitikkan air mata, mengetahui bahwa pembuat makanan yang saat ini ia makan adalah Ruina. Ia makan dengan menangis, ia terus makan dan menghabiskannya dengan perasaannya saat ini.

Tahu-tahu, piring yang tadinya penuh dengan telur goreng yang berantakan kini habis. Kasuvi dan Levius menyadarinya, dengan segera mereka berdua pergi dari ruang makan lalu kembali lagi dengan membawa telur goreng yang gagal dan dibuat oleh Ruina.

Kasuvi menyodorkannya ke samping piring kosong yang makanannya sudah dihabiskan oleh Sema. Sema kembali melanjutkannya, menghabiskan telur goreng yang gagal.

   "Sialan ... asin sekali ... "

Entah kenapa, Sema yang biasanya memakan masakan Ruina biasa saja dan tidak ada reaksi apapun. Namun kini, makanan yang dibuat oleh Ruina terasa sangat enak.

Ketika ia selesai makan. Kasuvi dan Levius menatap wajah Sema yang tadinya sedih, kini tersenyum kecil yang terlihat bahagia. Mereka berdua bersyukur karena Sema tidak lagi bersedih.

Sema melupakan suatu hal. Tangan kirinya bersinar biru, menghasilkan dua bentuk serpihan roh dengan siluet tubuh manusia. Dari samping kanan dan samping kiri Sema, wujud itu berubah menjadi sosok manusia sepenuhnya yang merupakan Nephne dan Amaha.

Carilla, Ruilla, Levius, dan Kasuvi terkejut karena sosok serpihan roh itu berubah wujud menjadi dua perempuan. Sema memperkenalkan Amaha di samping kiri dan Nephne di samping kanan kepada mereka berempat.

Amaha terlihat cukup gugup dengan wajah yang agak memerah. Nephne segera menghampirinya dan menepuk-nepuk pundak Amaha agar tetap tenang.

   "Maafkan karena kelancangan kami berdua. Aku Nephne, dan ini saudariku yaitu Amaha. Kami berdua merupakan Gemini yang berasal dari Sacred Hollow, suatu pertemuan langka bagiku akan bertemu dengan tuan baru kami yaitu Sema."

   "Salam kenal, kalian berdua."

Ucap Kasuvi dan Levius untuk menunjukkan kesan yang baik di depan mereka berdua. Carilla dan Ruilla hanya melihat mereka dengan wajah yang datar, namun sesekali tersenyum kecil.

Amaha kembali gugup dengan tubuh yang bergidik. Nephne kembali menenangkannya dengan mengelus-elus rambutnya. Kasuvi dan Levius menanyakan keadaan Amaha yang terlihat begitu pemalu.

   "Yah ... maaf, Amaha tidak bisa berbicara dan suaranya hilang. Bisa dikatakan bahwa saudariku ini bisu."

Jelas Nephne dengan wajah yang tenang, namun Amaha terlihat pemalu dan malah bersembunyi di belakang Sema yang duduk di atas kursi kayu.

   "Benar juga, ngomong-ngomong Nephne ... tangan kiriku ini menjadi milikmu. Syarat apa yang harus dipenuhi ketika aku memanggil kalian berdua?"

Tanya Sema, Levius dan Kasuvi pun penasaran dengan apa yang terjadi pada Sema ketika menuju ke sini. Nephne menghela napas sebelum menjelaskannya, sedangkan Amaha tengah jongkok dan memperhatikan Raijuu kecil yang kekenyangan makan dan berbaring di atas lantai.

   "Ketika kami berdua ada di dunia yang amat gelap. Secercah cahaya menyinari kami, dan aku mendengar 'Gemini ... ambil tanganku, patuhi perintahku!' pada saat itu pula ... kami berdua membuka mata kami dan Sem menyuruh kami untuk melenyapkan seseorang."

Sahut Nephne dengan cukup serius. Amaha ingin ikut menjelaskan, di samping kanan Sema ia terlihat heboh dengan menunjuk-nunjuk Sema dan menunjuk dirinya sendiri.

Dilanjutkan dengan mengayunkan kedua tangannya, untuk sentuhan terakhir ia memukul dadanya dengan tangan kanan disertai wajah yang bangga.

   "Yang ingin dijelaskan oleh Amaha adalah 'Aku dan Nephne sepakat dengan tawaran dari Bang Sema, kami menghajar orang yang menjadi musuh karena dia membuat Bang Sema sedih. Dan akulah yang memukul wajahnya sampai terpental.' itu yang ingin ia katakan."

Jelas Nephne menterjemahkan isyarat Amaha. Kasuvi dan Levius hanya menanggapinya dengan anggukan kepala, menganggap Nephne hebat karena dapat mengerti isyarat dari Amaha.

   "Dan satu lagi, syarat khusus untuk pemanggilan kami berdua mungkin adalah Jomblo selama beberapa tahun. Karena Amaha cukup pemalu, ia mengikat kontrak itu dengan Sem akan sifat empatinya kepada Sem."

Ketika Nephne menjelaskannya tanpa memperhatikan situasinya. Sema merasa sakit hati dengan wajah yang terlihat terluka, Raijuu yang ada di belakangnya pun sama-sama sakit hati karena Raijuu sendiri Jomblo.

Sema menghela napas dan wajahnya kembali tenang setelah semua hal yang ia lalui selama ini. Sema ingin memfokuskan suatu hal, dan ia ingin menjelaskannya sekarang juga.

   "Ada yang ingin aku diskusikan, ini mengenai Kaisar Sihir Houns Rayford yang menyerang Levius. Untuk sekarang, kita tidak bisa kembali ke Archdale ... "

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter