17 Chapter 16. Pure Orc & Sacrifice [Revised]

Alexis dan Orc murni saling serang satu sama lain. Sayatan pedang miliknya telah menyayat bagian kaki kanan. Langkahnya mulai melambat. Alexis berjalan terhuyung-huyung. Tidak beraturan beserta menggoyangkan anggota tubuhnya. Bergerak dengan membawa pedang tersebut. Sebuah teriakan bergema. Menumbuhkan rasa semangat yang membara dalam diri Alexis. Pedang diarahkan kepada Orc murni. Gada besinya menangkis serangan barusan. Tetapi, dia menyiasatinya dengan tendangan searah ke bagian perut. Orc murni mundur ke belakang. Sebuah ayunan pedang dari Alexis mulai berayun. Cengkraman gagang disertai serangan vertikal. Antara Orc murni dengan Alexis saling bentrokan. Kedua senjata saling bergesekan. Erangan keluar dari kedua mulut mereka.

"Tidak buruk juga bagi petarung sepertimu."

"Kau juga!"

Sementara itu, Fan berlari mengejar Alex. Suara gada dan pedang besi saling memantulkan. Nyaring suaranya hingga telinga Fan terdengar. Tiba-tiba, muncullah seekor monster berwujud kuda. Memiliki ciri yang sama saat ditumpangi oleh monster undead. Kaki kanan bagian depan menggesek tanah ke belakang. Suara ringkikan keras terputus-putus, merasakan anak panah melesat dari tembakan Fan. Tarikan napas panjang. Dia berlari secara zig-zag. Menaruh busur panah dan mengeluarkan dua bilah pisau. Melompat dengan kedua langan diayunkan secara vertikal. Kecepatan tinggi membelah daun-daun beterbangan. Tarikan napas memacu adrenalin melalui pembuluh darah beserta saraf. Monster berwujud kuda mundur ke belakang. Fan bergerak ke samping kiri. Lalu tubuhnya berputar sebanyak lima kali. Mencengkram pisau yang dia pegang.

Saat Fan sampai di sana, Alexis terperangah bahwa dia mengejarnya. Laki-laki itu berteriak kencang. "kenapa kau kemari, dasar bodoh?"

Para serigala menunjukkan taringnya. Di bawah kendali monster berwujud kuda, suara ringkikan dan lolongan membuat mereka berusaha menghalangi Fan. Gadis bermata merah menggeram. Menyerang para serigala hingga mereka tersungkur dan penuh berlumuran darah.

Alexis menyerang dari tepi bawah. Menggesek permukaan tanah sembari melepaskan tebasan secara diagonal. Orc murni terkena kedua mata akibat serpihan mata. Alexis langsung menebas dengan cepat. Cipratan darah menembus tali kekangnya. Dia berhasil mengalahkannya.

Namun, sebuah bayangan dari monster berwujud kuda menyerang dari arah belakang. Menusuk ke dalam tubuh Alexis. Kedua matanya terbelalak. Termasuk Fan sekalipun. Tusukan itu mengenai tiga organ vital. Jantung, perut dan bagian hati. Memuntahkan darahnya. Menyunggingkan senyuman pada Fan untuk terakhir kalinya. Bayangan tersebut bercabang. Membentuk rahang gigi yang terbuka. Fan berusaha mencegahnya. Tetapi sudah terlambat. Monster berwujud kuda memakannya hidup-hidup. Cairan hitam yang tumpah, meneteskan ke permukaan tanah. Fan yang tidak mampu berbuat apa-apa, mengekspresikan rasa frustasinya menyerang monster berwujud kuda itu. Teriakan melengking dari kerongkongan Fan, menebas bayangan yang menerjangnya.

"Jangan mengganggu!"

Ayunan kedua lengan menggenggam dua bilah pisau, menyayat makhluk itu. Kedua kelopak wajahnya terpancar kesedihan yang dia tahan selama ini. Fan dipenuhi darah berlumuran cukup banyak di sekitar wajahnya.

Sementara itu, mereka diserang secara bertubi-tubi oleh monster berwujud kuda. puluhan tentakel. Sampai saat ini, mata Hiro konsentrasi terhadap pergerakan tentakel tersebut. menggeliat kesana kemari. Allen terus menembak berkali-kali. Suara lantang tembakan terus berbunyi keras. Dengan cepat, dia mengganti senapan berupa Marlin Model 55 Hunter. Allen memilih menggantinya belakangan. Terus mengarahkan senapan jarak dekat ke salah satu badannya. Di dalam badannya, terdapat pukulan tentakel. Hasil dari evolusi. Bersiap untuk menyerang para otherworlder. Hiro mengayunkan pedang dari sisi diagonal. Saat salah satu tentakel hendak menyerang pemuda berambut coklat, kedua telapak tangan menggenggam gagang scimitar. Kemudian melepaskan dengan cepat sambil memutari anggota badannya. Menebasnya hingga tentakel tersebut tersungkur ke tanah. Mengeluarkan buih-buih berbusa. Sedangkan Yumi melancarkan pukulan secara bertubi-tubi. Menggunakan skill baru yang dimilikinya, [Ashura's Fist]. Hingga tentakel yang menyerangnya hancur berkeping-keping menmerima pukulan gadis berambut ponytail.

Teriakan yang dilontarkan oleh Yumi dari kerongkongan, membuat sekumpulan serigala gemetaran. Pasalnya, dia mencampuradukkan antara suara lolongan pemimpin serigala dengan seroang gadis. Yumi bersama Rina saling bergantian menyerang. Mengejar Fan yang dinilainya berbahaya jika sendirian membantu Alexis. Puluhan tentakel memanjang. Nyaris mengenai Yumi dan Rina, yang saat itu balasan responnya berupa merunduk. Tanpa bersuara, mereka menyerang Hiro dan kaum laki-laki di sana. Yumi mencoba untuk memotong jalurnya. Tetapi terlalu kuat.

Puluhan tentakel dari tubuh kuda mulai menyerang di depan mata kaum laki-laki dari otherworlder. Tiba-tiba, sebuah tebasan Hiro diayunkan. Membelahnya jadi dua bagian secara cepat. Cairan tentakel itu mulai melepuh, Hiro mencoba melepaskan cairan yang ada di sekitar pedang miliknya. Tetapi tentakel yang sudah kena tebas, menyerap armor yang dikenakannya. Hiro berdecak kesal, melepaskan armor miliknya dengan cepat. Menyisakan pakaian putih dengan kancing dekat leher. Motif baju yang dipakai pria berambut coklat bergaris-garis. Sabuk hitam di pinggangnya juga dilepaskan. Menyisakan sarung tangan dan sepatu zirahnya. Kobaran api melelehkan partikel besi pada armor milik Hiro. Pemuda berambut coklat memegang pedang scimitar tertulis sebuah tulisan yang tidak begitu paham bagi Hiro. Ujung Scimitar membuang cairan itu.

Ronald memutar regulatornya. Menyemburkan api pada cairan tersebut. Cairan itu terbakar. Mengakibatkan sisa gas Flamethrower tinggal ¼ bagian. Tubuhnya kepanasan akibat api yang terus menjalar pada lengannya. Saat Allen dan Hiro mendekati tentakel sedang dalam keadaan terbakar, kedua bola matanya melirik sekitarnya. Seakan-akan makhluk itu tidak mau keluar dari situ. Memilih bersembunyi di balik armor Hiro. Allen terbelalak melihatnya.

"Seperti Asam hidrofluorik jika diperhatikan."

"Asam hidro apa?" ekspresi Marc mengerutkan kening.

"Cairan itu tidak berwarna. Tapi salah sedikit saja, kulitmu akan mengalami luka bakar menyakitkan. Jika tidak diatasi dengan benar, maka—"

"Kulitmu akan hancur dalam waktu beberapa jam." Potong Hiro dari penjelasan Allen.

"Sepertinya aku harus belajar ilmu pengetahuan sains," gerutu Marc pada Ronald yang juga kelihatan kebingungan.

Fan menarik napas panjanag karena tidak mampu berbuat apa-apa. Monster berwujud kuda telah berkumpul. Sedangkan para serigala mengulur waktu. Pedang yang tergeletak di tanah, dipegang erat. Melirik mereka penuh kemarahan. Sedangkan pisau satunya disarungkan. Menyisakan pedang di tangan kanan serta pisau tajam di sebelah kiri dalam posisi miring. Dari kejauhan, kedua gadis itu turut berlari. Melihat Yumi sedang meninju ke bagian rahang salah satu serigala. Ada juga terkena rahangnya hingga mengeluarkan banyak darah di mulutnya. Peristiwa pelontaran yang diperbuat Yumi, mempermudah permasalahan yang ada di sekeliling Fan. Akan tetapi, gadis bermata merah itu terkesan tidak peduli. Dia melihat sosok Orc murni yang memegang gagang besi dipenuhi luka darah. Menggeram karena dia tidak terima dikalahkan oleh pria bernama Alexis. Saat mendekatinya, hanya ada Fan dan pedang miliknya.

"Di mana ksatria sialan itu?"

"Aku tidak ingin mendengarkan perkataan orang brengsek sepertimu!" bentak Fan mengayunkan pedang ke arahnya.

Gesekan senjata di antara mereka telah berlangsung. Sedangkan sekumpulan monster berwujud kuda dan serigala telah mengepung Fan. Rina dan Yumi melancarkan serangan dari sisi berlawanan. Rina memanggil [Rabbit Horn] dan [Undead Knight]. Terjadilah perang antar monster. Kemudian, dia berhenti melangkah. Menganggukkan kepala pada Yumi untuk membantu Fan. Gadis berambut ponytail membalasnya dengan sebuah anggukan tegas. Menyerahkan sisi belakang pada sahabatnya. Rina mulai memerintahkan mereka untuk tidak menahan diri. Yumi berharap sampai di sana, Fan dan Alexis baik-baik saja.

avataravatar
Next chapter