9 Chapter 09. Ars City & Guild [Revised]

Papan penanda di gerbang menunjukkan tulisan nama kota: Ars City. Sebuah ibukota yang ditempati oleh Kerajaan Ars. Dipimpin oleh seorang Raja. Politik yang mereka gunakan berupa sistem monarki. Sedangkan wakil Raja dipegang oleh penasehat yang ditunjuk oleh Raja secara langsung.

Hiro, Yumi, Rina dan Allen diperiksa terlebih dahulu oleh para penjaga di sana. menanyakan asal mereka. Allen menerangkan bahwa mereka baru saja dirampok dan barang-barang curiannya hilang. Hiro, Yumi dan Rina datang untuk menyelamatkan dirinya sambil menangkap para perampok yang berusaha kabur. Akhirnya, mereka dipersilakan masuk ke dalam ibukota.

Suasana kota Ars terlihat begitu hidup dan banyak dipadati orang. Baik dari kalangan pedagang, petualang, warga sekitar maupun pengelana. Di depan kota, terdapat banyak sekali pasar berjualan di sana. Ada yang jualan makanan seperti buah-buahan dan sayuran. Serta bahan material seperti kain dan pakaian langsung jadi.

Di pintu gerbang, Hiro dan Allen menggunakan tali tambang, untuk mengikat para perampok secara berbaris menuju Guild. Yumi dan Rina membantu kedua pria. Menarik para perampok hasil tangkapannya ke dalam gedung Guild. Decitan pintu terdengar. Mereka berempat berjalan melewati para petualang yang duduk manis. Tatapan tajam dari mereka membuat keempatnya bersikap cuek. Terlihat banyak sekali petualang yang bercengkraman. Bagi Hiro, dia sangat terkesima dengan suasana yang berisik dan bau alkohol di mana-mana. Termasuk Allen, Rina dan Yumi untuk kali pertama terkejut dengan suasana yang tidak biasa di dalam. Rina melirik sahabatnya. Wajah dia pucat pasi disertai menahan rasa mual terhadap alkohol. Reaksi mereka berdua telah mendapatkan perlakuan berupa cibiran dan hinaan. Bahkan ada juga meremehkan keempatnya lantaran di antara mereka, ada yang masih kelihatan bocah. Tetapi, Allen sudah biasa dengan lingkungan semacam itu.

Meja lingkaran berisikan lima buah kursi dengan jarak yang melebar. Diduga mereka duduk melingkar supaya saling mengakrabkan diri satu sama lain. Dinding terlihat kokoh, diduga terbuat dari batu bata yang dilapisi oleh sihir. Sehingga tidak mudah ambruk atau hancur seketika saat diserang oleh monster sekalipun. Lemari yang ada di belakang resepsionis berisikan ratusan laci. Salah satu pegawai staf sedang menaruh sebuah arsip di sebelah kanan bawah. Serta sebuah sihir mengunci rapat-rapat arsip setelah dimasukkan. Memastikan tidak ada petualang yang hendak mencurinya.

Sampai di meja resepsionis, Allen dan ketiga remaja disambut oleh staf yang bertugas. Mengenakan seragam biru bergaris-garis. Berkacamata disertai berpenampilan rapi. Senyuman khas dari mereka memberikan kesan keramahan terhadap petualang. Baik dari pemula maupun sudah berpengalaman.

"Selamat datang di Guild cabang Ars. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu staf resepsionis.

Allen tersenyum miring. Memberikan tali pengikat kepada salah satu staf Guild. Salah satu staf di sampingnya bergegas untuk membawa mereka ke sebuah tahanan penjara.

"Maaf kami membawa para perampok. Kalau kami membawa ke penjaga kota, takutnya akan dibebaskan, bukan dijatuhi hukuman berat biasanya."

"Tidak apa-apa. Bagi kami, perampokan yang dilakukan oleh mreka akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Baik dari Guild sekalipun. Walau demikian, aku ingin memastikan. Siapa di antara kalian yang berhasil menangkapnya?" tanya staf berambut panjang.

Hiro, Allen, Yumi dan Rina mengangkat tangannya. Suara tertawa meledak di dalam ruangan. Sadar bahwa mereka dinilai berlebihan, Hiro melirik tajam pada para petualang. Tatapan semacam itu akan menimbulkan permusuhan di antara mereka. Allen menyudahi aksi Hiro. Dibantu Yumi dan Rina.

"Aku tahu perasaanmu, Hiro. Tapi bertahanlah."

"Tahu aku. Hanya saja, sikap mereka membuatku kesal," gerutu Hiro.

Rina menganggap tindakan Hiro hal yang wajar, mengingat penangkapan para perampok malah ditertawakan. Seorang laki-laki bangkit berdiri. Menghampiri Allen dan kawan-kawan. Disusul ketiga orang pria bersenjata lengkap. Yumi, Rina, Hiro dan Allen bersiap cuek. Allen menoleh padanya, memasang tersenyum tipis.

"Ada yang bisa saya bantu?" tatapan tajam dari Allen memancarkan aura pembunuh.

Aura yang terpancar dari Allen membuat para petualang di depan merasakan aura pembunuh. Termasuk orang-orang di sekitarnya. Para petualang menjerit ketakutan. Hiro, Yumi dan Rina melirik ruangan sekitar. Para staf menekan belnya beserta jentikan jari pada Allen.

"Dimohon untuk tidak mencari keributan ya. Terutama anda. Memang betul anda sangat kuat. Tapi kalau bisa, jangan berbuat tindakan yang merugikan orang di sekitarnya."

"Maaf. Kebiasaan lama saya."

Tiba-tiba, Allen menurunkan aura pembunuh. Pria tua berambut putih menundukkan kepala dan badan. Mereka berempat merasa tidak enak hati karena memancing keributan. Tetapi, aksi Allen malah direspon oleh para petualang. Langkah derapan kaki mereka menghampiri keempat orang tersebut. Suara teriakan ketidaksukaan terhadap mereka begitu kencang.

"Jangan merasa sok kuat, Dasar tua bangka!"

"Lebih baik sana kerja di ladang sawah sana! Orang tua sepertimu tidak pantas di si—." Petualang kepala botak menyerang dengan bogeman mentah.

Tiba-tiba, sebuah bayangan cepat. Petualang yang melancarkan pukulan merasa, tubuhnya berputar. Dia melihat seorang pemuda berambut coklat membantingnya dengan mudah. Ternyata, Hiro melepaskan cengkraman lengannya. Bangkit berdiri sambil meregangkan lehernya.

"Aku tidak mendengar barusan kalimat terakhirnya. Bisa tolong diulangi lagi?" ejek Hiro.

"Brengsek kau!"

"Dasar bocah tengik!"

Tiba-tiba, salah satu petulang berbadan kurus menyerang Allen terlebih dahulu. Hiro tidak akan membiarkan menyentuh Allen. Pemuda berambut coklat memelintir lengan kanan keras. Ditariknya hingga mengalami patah tulang. Teriakan melengking dari pihak petualang veteran.

"Sakit! Sakit sakit sakit!"

"Sakit katamu? Kau sendiri yang memulai menghina dan menyerang kami dulu! Kalian juga! Jika ingin mengajak ribut dengan kami, aku sudah cukup menghadapi kalian!" tantang Hiro.

Pernyataan Hiro membuat para petualang tersulut emosi. Seketika mereka semua mengeluarkan pedang ke arahnya. Ketika stafnya hendak melerai, sebuah teriakan melengking dari atas.

"Hentikan!"

Sebuah sihir pelumpuh dari kedua pihak. Para petualang yang tersulut emosi, tidak bisa bergerak. Berbeda dengan Hiro yang masih bisa menggerakan jemarinya meski kedua kakinya diam. Staf yang menghentikannya tersentak kaget. Sedangkan pria yang ada di depan memasang wajah mengeras. Seorang pria bertelinga runcing dengan kulit putih seperti kain sutra. Staf guild sebelah kiri sedang membawa tumpukan dokumen. Sehingga wajahnya tidak begitu tampak. Rina dan Yumi berjalan cepat, mengambil beberapa dokumen dari tangan staf guild. Dia merasa tertolong berkat respon cepat kedua gadis itu. Mereka disuruh menaruhnya ke belakang. Kemudian, staf guild perempuan berambut panjang berbisik ke telinga kedua gadis itu.

"Terima kasih sudah membantu."

"Tidak ada masalah," jawab Rina.

Yumi menyunggingkan senyuman ke wajah Rina. Kemudian, mereka berdua keluar dari tempat arsip resepsionis. Rupanya, latihan fisik yang diberikan Ayah Rina sangatlah bermanfaat bagi gadis berambut ponytail. Sama halnya dengan Rina. Dia memiliki fisik yang sama kayak Yumi. Bedanya terletak pada teknik yang didapatkan serta pelatihan yang intensif. Dan Rina paham akan hal itu, mengenai perbedaan di antara keduanya. Di sisi lain, Allen membiarkan ketiga mengambil jalan sendiri. Tidak perlu terkekang dari ucapan Allen maupun para Dewa.

"Jadi kalian membawa para perampok itu kemari?" tanya pria tua berdiri tegap.

"Itu benar. Memangnya ada yang salah dengan perbuatan kami?" tanya Hiro.

"Sebenarnya, mereka itu para perampok yang sedang diburu oleh ranking oranye. Bahkan mereka lebih berbahaya dari para goblin biasa."

Staf guild bertelinga runcing muncul begitu saja di depan mereka berempat. Dia menoleh pada sesamanya, meminta untuk menunjukkan bukti keberadaan mereka. Para staf guild di resepsionis memandu staf guild bertelinga runcing ke sebuah ruangan penjara. Saat menghampirinya, betapa terkejutnya reaksi yang dia pancarkan. Para perampok tertunduk lemas disertai tato yang diburu oleh Guild selama ini. Selain itu, keempat orang melakukan penangkapan dengan mudah. Tanpa mengetahui quest dan apa yang mereka bawa kemari. Lalu staf guild menemui Hiro dan kawan-kawan dengan kebingungan.

"Ada apa dengan kalian?" tanya Rina.

"Kalian tahu barusan yang kalian tangkap itu siapa?" tanya petugas guild bertelinga runcing.

"Tidak. Kami tidak tahu," jawab Rina. "karena kami membawanya sekaligus menjadikan mereka sebagai uang modal awal kami."

"Modal awal?" tanya staf guild berkacamata mengernyitkan dahi ke Rina.

Gadis berambut panjang hanya mengangguk. Tanpa tahu siapa mereka. Staf guild bertelinga runcing menarik sebuah quest yang tertempel di dinding. Memberikan secarik kertas pada Rina. Yumi, Hiro dan Allen tidak mampu membaca sejenak. Hingga beberapa detik berselang, sebuah tulisan mulai diartikan dari otaknya. Berisikan permintaan quest dari salah satu klien pedagang. Dibaliknya, sebuah informasi berisikan tentang para perampok tersebut.

"Mereka dari Crimson High, lho!"

Namun keempat orang saling memandang. Tidak mengenal julukan atau gerombolan perampok seperti mereka. Staf guild bertelinga runcing pun mulai menjelaskan. "para perampok itu telah membunuh para petualang amatir ranking putih. Bahkan pernah membunuh warga dan membiarkan jasadnya tergeletak di tanah hingga sekumpulan serigala memakan bangkai mereka. Selain itu, para perampok dari Crimson High juga sering meninggalkan jasad tubuh wanita dalam kondisi telanjang,"

Hening sejenak. Keempat orang seketika terkejut membacanya saat hadiah yang didapat sekitar 100 koin emas. Harga yang dinilai terlalu fantastis bagi mereka berempat.

"Karena kalian telah berani dan menangkap mereka sebagian, maka status kalian menjadi petualang secara otomatis. Tidak perlu dikenakan biaya sepeser pun."

Tiba-tiba, Allen merangkul ketiga remaja tersebut. Melingkar sekaligus berbisik pada mereka. Menurut pria tua berambut putih, aksi yang dilakukan sudah mencolok duluan.

"Kenapa, pak tua?" keluh Hiro.

"Idemu sangat brilian sekali, Hiro. Tidak kusangka kita bisa dapatkan uang secepat itu. Terima kasih Hiro!" puji Rina

"Hiro-san, terima kasih ya!" puji Yumi menyunggingkan senyum.

"Aduh, jadi malu nih!" kata Hiro.

Keempatnya mengira hanya mendapatkan uang kompensasi atas permintaan tanpa mengikuti quest. Akan tetapi, ketika staf guild berkata tidak ada sepeser pun dalam pendaftaran sebagai petualang, maka mereka berempat menyetujuinya. Tiba-tiba jantung Yumi berdegup kencang. Saking gugupnya, dia menoleh kaku pada Allen, Rina dan Hiro.

"Ricchan, aku—"

"Tenangkan dirimu, Yumi. Aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa!" ekspresi Rina juga tidak kalah bingung.

"Apa keberuntungan kita sebagus ini?" tanya Allen bertanya-tanya pada diri sendiri.

Hiro hanya mengangkat kedua bahunya. Di saat para petualang saling berbisik mengenai pencapaian mereka, tentu pihak mayoritas akan mengajukan protes mengenai insiden ini. Sementara itu, seorang orang pria berambut rapi dan satu lagi berambut gimbal, bangkit berdiri seusai minum wiski di dalam ruangan. Salah satu dari mreka membuka pintu keluar guild.

"Sepertinya … Otherworlder atau Isekai akan semakin ramai."

avataravatar
Next chapter