4 Bab 03 Petualangan yang sebenarnya

Ryuuki POV

Sembari berjalan dan menatap ke depan. Masa depan yang yak pasti. Aiko terus menerus memintaku bergabung dengan dengan grupnya yang diketuai Adrian dan anggotanya Chrysilla, Aiko, Ryunosuke dan dua temannya.

Aku tahu penolakan ku akan ditolaknya, meskipun begitu aku selalu menolak ajakannya dengan beralasan aku tidak akan berkembang jika bersama mereka.

Namun ia terus memaksaku bergabung, begitu pula denganku, aku juga selalu menolak ajakannya dengan alasan yang sama.

Aiko terus melakukannya sampai anggota groupnya membujuk dirinya agar berhenti mengajakku bergabung.

Aku merasa terbantu karenanya, mereka menyakinkan Aiko bahwa alasanku itu benar, aku tidak akan berkembang, aku harus berkembang.

Lalu setelah itu Aiko pun menyerah sembari memasang wajah sedih. Pada saat itu aku melangkahkan kakiku ke dunia lain yang sebenarnya.

Dengan begitu dimulailah kehidupan baruku.

Sebagai "solo player".

Setelah berjalan mengelilingi kota aku beristirahat di sebuah tempat yang dinamakan guild adventurer "Silver moon". Saat aku membuka pintu dan memasukinya, aura intimidasi yang kuat terasa dengan sangat jelas olehku.

Di depan mataku aku melihat seorang wanita berdada besar dan rambut pirang panjang tengah berdiri di belakang meja resepsionis sembari tersenyum. Aku berjalan menuju wanita itu.

Dia langsung bertanya padaku saat kedua mata kami bertemu.

"Apa yang dapat saya bantu tuan?".

"Aku ingin menjadi seorang petualang".

"Biayanya 25 perak".

Aku baru tahu ternyata kalau jadi seorang petualang di guild harus membayar biaya administrasi dulu.

Aku segera memberikannya satu keping koin emas. Kemudian ia memberiku secarik kertas formulir dan memintaku mengisi data pribadiku.

Aku pun mengisinya, lalu setelah selesai aku memberikannya pada wanita itu kemudian tampak terkejut saat melihat kertas formulir ku.

"Tuan Ryuuki Hikari... apa anda berasal dari timur?".

"Memangnya kenapa? Apa itu aneh?".

"Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Tapi saya hanya penasaran karena aku jarang melihatnya... anu... tuan, mengapa anda mengosongkan kemampuan anda?".

"Ah, itu karena aku belum tahu pasti kemampuanku dalam bidang apa".

"Oh begitu ya".

"Ya".

Kemudian si wanita resepsionis itu mengajakku ke tempat lain, ia memintaku menyentuhkan tanganku di atas sebuah bola yang biasa ku lihat di peramal di duniaku dulu hanya saja bagian bawah benda itu mengerucut tajam.

Tanpa pikir panjang aku pun langsung menurutinya. Saat ku sentuh benda itu mengeluarkan cahaya dan bagian bawahnya memancarkan sinar biru seperti laser. Sinar itu mengarah ke sebuah kartu yang mirip dengan plat stat yang diberikan pihak kerajaan saat kami satu kelas terlempar ke dunia ini.

Beberapa saat kemudian sinar itu mulai memudar dan kartu yang berada dibawahnya tertulis di atasnya data diriku seperti nama, ras, kelamin, umur dan job-ku.

Nama : Ryuuki Hikari

Jenis : Manusia/Pria

Usia : 17 tahun

Job: Odd jobs

Hah. Aku terkejut saat melihat job-ku "odd jobs" yang benar saja sudah jauh-jauh ke dunia fantasi dan aku hanya jadi serabutan.

Apa mereka tidak sadar telah merenggut masa depanku yang cerah dan menggantinya menjadi suram.

Setelah ku ambil dan kulihat kartu keanggotaan ku aku bertanya apa ada quest untukku.

"Mohon maaf tuan quest untuk job anda sangatlah jarang. Tapi tenang saja karena quest yang cocok dengan job anda jarang ada petualang yang mengambilnya. Anda juga bisa bertanya pada orang sekitar apa ada pekerjaan untuk anda" jawabnya.

"Apa kalian menyediakan nasi?".

"Mohon maaf tuan, untuk saat ini kami tak menyediakannya. Tapi jangan khawatir kami menyediakan makanan lain yang enak dengan harga murah".

"Kalau begitu aku pesan makanan yang kau rekomendasikan".

"Baik tuan, silahkan duduk sambil duduk".

Tak lama setelah aku duduk seorang pria berotot besar duduk di sampingku dan mengajakku mengobrol.

"Hei bocah, apa kau anak baru?".

"Begitulah" jawab singkat ku, lalu ia tertawa yang sepertinya tawa yang mengejek.

Kemudian ia mengataiku batang sapu, letoy, lemah, dan lain semacamnya lalu tertawa lagi.

Saat ia tengah tertawa pesanan ku sampai diantar oleh seorang gadis berambut merah panjang yang tampak seusia denganku. Sepertinya dia juru masaknya.

"Selamat menikmati makanannya tuan".

Sesaat mengantar pesanan ku gadis itu berkata dengan nada mengancam pada pria di sampingku membuat dirinya bergidik ketakutan.

"Hei brokoli, kau tidak mengganggu pelanggan ku lagi, kan. Kalau kau melakukannya lagi aku akan—".

"Tenang saja Cecily aku takkan melakukannya untuk saat ini kok" sela si pria besar yang terlihat ketakutan.

"Baguslah. Anda mau pesan apa tuan" sifat gadis itu tiba-tiba berubah 180° dari yang tadinya menakutkan menjadi ramah dan lemah lembut.

"Seperti biasa".

"Baik tunggu sebentar tuan" lalu gadis itu kembali ke dapur.

"Hoi brokoli—".

"Apa bangsat beraninya kau memanggilku dengan sebutan itu. Cari gara-gara ni bocah" untuk sementara aku merasa takut karena aura intimidasinya namun karena melihat kejadian tadi membuatku tak lagi takut padanya.

Dengan beraninya aku mengejeknya karena takut pada seorang gadis juru masak guild. Hal itu sontak membuatnya lebih marah, namun ia masih tampak menahan amarahnya kemudian ia membawaku ke gang sepi.

Bagaikan sebuah hiburan, orang-orang yang melihatnya mengikutinya yang tengah membawaku dan tampaknya mereka membuat semacam pertaruhan.

Sepertinya mereka semua mendukung si pria besar ini yang akan menang.

Pria itu kemudian melempar diriku ke dinding lalu bersorak lah para penonton.

"Apa kau sudah siap mati bocah" ujarnya.

"Entahlah. Mari kita undang saja dewa kematian".

Seketika itu dengan cepat kepalan tangannya berada beberapa cm dari wajahku. Sebelum pukulannya menyentuh wajahku dengan cepat aku merendahkan tubuhku dan bergerak ke samping agar dapat menghindarinya.

Sesaat itu hampir mengenai wajahku namun aku menghindar lalu tangannya memukul dinding dan menyebabkannya dindingnya retak.

Wah, hebat juga pukulannya. Ku kira hanya pahlawan saja yang dapat melakukannya, ternyata aku salah. Mungkin saja yang dikatakan mereka salah "bahkan seorang ahli tak dapat menandingi cheater".

Melihat kesempatan, aku segera melompat dengan cepat, melepas jubahku lalu menutup wajahnya dengan jubahku, menarik sebuah tali yang kemudian ku pakai untuk menariknya ke belakang dan mencekiknya kemudian menjatuhkannya.

Aku tak pernah berpikir bahwa itu akan terjadi 100% akan terjadi melainkan ku pikir kemungkinan terjadinya hanya 5% dan sisanya dia akan memberontak dan akhirnya aku gagal.

Dan benar saja dugaan ku dia bertahan dan berontak mencoba melepas tali dan kain yang menutupi dan mencekik dirinya.

Tetapi menjatuhkannya dengan cara itu bukanlah niat utama ku melainkan hanya pengalih perhatian. Niatku yang sebenarnya adalah menusukkan beberapa jarum kecil yang telah diolesi dengan racun pelumpuh yang efeknya sama dengan obat bius.

Lalu saat aku siap melakukannya aku melempar beberapa jarum ke bagian punggung dan leher belakangnya. 5 detik kemudian racunnya mulai bereaksi menyebabkan tubuh si pria besar ambruk, mati rasa lalu kehilangan kesadarannya.

Melihat hal itu semua penonton tercengang dan membatu karena tak percaya atas apa yang mereka lihat dan pada saat itu aku mengambil uang taruhan mereka.

Beberapa jam kemudian saat aku berjalan tanpa arah aku bertemu dengan si pak tua berotot lagi. Dia menyapaku kemudian menghampiriku dan mengajakku mengobrol.

"Oy bocah tak usah takut tadi aku hanya mengetesmu—".

"Hah takut? mengetes? justru kaulah yang seharusnya takut karena aku telah mengalahkan mu dan mempermalukan mu di depan banyak orang".

"Kau hanya beruntung aku mengalah kalau tidak mungkin kau sudah ada di rumah sakit atau bahkan di akhirat".

"Terserah. Apa cewekmu itu tidak memarahimu lagi karena berulah lagi".

"Cewek?".

"Ya, yang tadi di guild".

"Oh itu. Itu adik perempuanku. T-tapi bukan berarti aku takut atau semacamnya. Kau hanya tidak tahu seremnya dia pas lagi marah".

"Adik perempuan? Aku tak percaya pak tua berotot sepertimu mempunyai adik perempuan. Padahal lebih terlihat ayah dan anak... jadi makhluk apa sebenarnya adik perempuanmu itu, setengah monster atau iblis hah?".

"Memang bukan sih. Tapi dia pernah jadi master guild".

"Master guild?".

"Yeah, petualang terkuat di guild... omong-omong siapa namamu?".

"Kau sendiri, bukankah kau yang seharusnya lebih dulu memperkenalkan diri".

"Baiklah namaku broke".

"Ryuuki Hikari".

"Heh! Jadi kau orang timur".

"Diamlah".

Setelah mengobrol panjang aku memutuskan pergi mencari penginapan sendirian tanpa diketahui siapa pun. Lalu aku menemukan sebuah penginapan murah di pinggiran kota, tempatnya memang tidak bagus tapi yang pasti tempat ini masih layak huni.

Esoknya.

Aku kembali ke guild dan menemukan sebuah quest, quest-nya adalah mengirimkan barang ke kerajaan Belltoria yang berada di sebelah utara untuk sampai ke sana harus melewati gurun pasir yang dihuni oleh perampok dan monster-monster pemakan manusia.

Untuk bayaran quest-nya... mengapa mereka tidak mencantumkan bayarannya? Bodo ah, aku akan mengambil quest ini.

Setelah mengkonfirmasi quest ke wanita resepsionis dia memberitahuku bahwa orang yang mengirim quest ini berada di dekat gerbang masuk. Setelah itu aku pun pergi ke sana dan betul saja dari kejauhan aku dapat melihat sebuah gerobak yang ditarik oleh beberapa hewan aneh seperti burung unta namun nampak seperti kadal.

Lalu aku mencari pemiliknya yang tidak lain yang memberi quest ini, seorang pria yang tengah duduk di dekat gerobak aku bertanya padanya apakah dia orang yang membuat quest ini. Pria itu mengiyakannya kemudian bertanya apa aku menerima quest-nya dan memberitahuku bahwa bayarannya tidaklah terlalu besar. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung menyanggupinya.

Kemudian aku berangkat ke negeri yang tak ku kenal seorang diri.

Singkat cerita 3 hari sudah berlalu sekarang aku sedang berada di gurun selama dua hari membuatku merasa bosan hanya duduk tanpa melakukan apa pun selama berhari-hari.

Lalu dari kejauhan secara tidak sengaja aku melihat dua buah kereta yang ditarik hewan yang mirip seperti kuda.

Saat ini matahari tengah tenggelam cahaya oranye memenuhi pandanganku.

siang berganti malam menandakan waktunya para monster malam dan perampok akan melancarkan aksinya.

Sebelum matahari tenggelam sepenuhnya aku dihadang oleh sekelompok orang yang terlihat susah, mereka terlihat seperti sudah berhari-hari terjebak di gurun tanpa makan dan minum dalam waktu yang cukup lama.

Namun karena prinsip ku untuk tidak mempercayai orang asing membuatku harus membiarkan mereka meskipun mereka benar-benar tengah kelaparan.

Mereka terus meminta makanan, minuman dan diantar ke desa terdekat namun tak menghiraukannya dan tetap berjalan lurus.

Lalu tiba-tiba aku merasa leherku ditusuk sesuatu seperti jarum. Tak lama aku merasa pusing, pandanganku mulai mengabur dan begitu pula dengan telingaku, lalu tubuhku mulai mati rasa kemudian lumpuh dan akhirnya terjatuh dari gerobak dan tak sadarkan diri.

Saat aku tersadar aku terbaring di atas pasir dan terdengar suara seseorang makan, nafas berat, rasa panas dan dingin dalam waktu yang sama, lembab dan beberapa erangan hewan.

Aku berpikir, entah mengapa kakiku terasa lemas dan basah.

Kemudian aku pun tersadar sepenuhnya dan merasakan sakit yang amat sangat menyiksa pada kakiku karena penasaran aku melihatnya dan mendapati seekor monster berwujud hyena tengah memakan kakiku dan hyena yang lain ikut mengerubungi diriku.

Perasaan takut, cemas dan panik menyelimutiku, kemudian aku segera bangkit dan berlari menjauh sembari menahan sakit.

Secara insting monster itu bersama kelompoknya mengejar ku, aku mempercepat lariku.

Dari kejauhan tampak bayangan dua orang manusia mendekat. Setelah dapat ku lihat dengan jelas ternyata mereka adalah trio pembully ku, Ryunosuke bersama Juan, teman terdekatku.

Saat ini aku sangat berharap ada dia menolong diriku.

Dengan sekuat tenaga Juan menarik lenganku. Itu amat sangat membuatku bahagia...

Namun... ternyata aku salah.

Dia setelah menarik ku, dia melemparkan ku kembali pada monster-monster dan yang lebih parahnya dia tersenyum saat melakukannya.

"Wah sepertinya ada tontonan menarik" kata Ryunosuke.

"Yeah, seandainya saja saat ini ada kursi atau tikar dan beberapa makanan dan minuman pasti akan sangat menyenangkan".

Seseorang yang selama ini ku anggap teman ternyata membenciku dia, dia, dia... kenapa, kenapa.

HUAAAAA—!

Dalam gigitan para monster aku bangkit sambil menahan dan membiarkan daging-dagingku dimakan mereka.

Aku dengan cepat berlari menjauh sekuat tenaga.

Keparat bajingan bangsat sialan... kalian, kalian, aku akan...

Dengan kekuatan yang tersisa aku berlari ke arah Ryunosuke, tetapi Juan membuat sebuah penghalang yang melindungi mereka. Aku terus mencoba menghancurkan penghalang sialan itu dengan pukulan lemahku.

Belum sempat aku menghancurkannya para monster itu sudah berada dekat denganku, kekuatan tersisa sedikit lagi. Aku harus berlari kalau tidak aku akan mati.

Hal yang terduga terjadi penghalang itu sudah hancur tetapi Juan kembali membuatnya dan menembaki para monster yang mendekatinya.

Sedangkan itu aku hanya berlari tanpa arah. Aku terus berlari sembari menahan rasa sakit.

Lalu aku terperosok ke dalam sebuah lubang yang sepertinya sumur mati yang dihuni oleh beberapa kalajengking yang paling beracun, indian red scorpion.

Kalajengking itu beberapa kali menyengat diriku. Namun...

Lapar, haus, seluruh tubuhku menjadi kurus dan lemas karena kekurangan pasokan asupan gizi

Menatap kosong tiga ekor burung nasar yang tengah terbang di langit biru yang sudah siap menyantapnya. Gelapnya awan keputuasaan telah menelanku dalam-dalam sampai ia tak bisa keluar dari dalam sana.

Sudah beberapa minggu diriku jatuh ke sebuah sumur kering di tengah padang pasir akibat kawanan monster hyena mengepung dan menyerangnya dan sampai akhirnya ia terjatuh ke dalam sumur.

Kematian sudah terlihat jelas di hadapanku. Panasnya sahara dan rasa akan lapar dan haus menyebabkan diriku berfatamorgana melihat danau di tengah hutan layaknya surga.

Sepertinya hidupku berakhir hari ini. Aku menutup mataku lalu....

#Mohon kritik & saran

avataravatar
Next chapter