1 01-Pertama

"Leony, kamu kenapa gak cari pacar aja sih? kerjaanmu belajar melulu deh macam kutu buku," ujar seorang gadis dengan rambut pirang yang ikal.

"Aku...aku belum siap pacaran," ujar Leony yang memerah tiba-tiba. "Aku...aku takut hamil."

Mendengar itu semua gadis yang duduk mengitari seorang gadis bernama Leony tertawa lepas. Mereka tidak bisa menahan rasa tergelitik mereka ketika mendengar pernyataan dari gadis berpipi gembil tersebut.

"Apa kau bilang? hamil? memangnya orang yang pacaran harus melakukan hubungan intim begitu? kau ini siswi paling pintar di kelas ini, seharusnya kau tahu kalau bayi takkan terbentuk dalam sebuah rahim bila dua orang berlainan gender berpegangan tangan," sahut seorang siswi yang memakai pita merah di rambutnya.

Hari yang cerah di sebuah sekolah di kota Hokkaido, Jepang. Kiyo Gakkuen, nama sekolah tersebut. Dan di situlah seorang siswi bersurai coklat pendek sebagu bergaya bob bernama Akira Leony bersekolah. Dia merupakan gadis berdarah blasteran Jepang China Indonesia yang sudah menetap di Jepang selama enam tahun. Dan kini ia sudah berusia enam belas tahun. Ia pernah tinggal di China selama empat tahun, enam tahun di Indonesia, lalu sekarang ia menetap di Jepang. Bersama kedua orang tuanya yang memiliki usaha restoran makanan yang berkelas dan mempunyai cabang di mana-mana, Leony hidup berkecukupan dan cukup bahagia. Ia juga mempunyai dua saudara laki-laki yang masih berusia anak-anak.

Leony merupakan gadis yang penurut, apapun yang dikatakan oleh orang tuanya selalu ia turuti. Tidak boleh pacaran, tidak boleh pulang lebih dari jam tujuh malam (karena pada dasarnya sekolah di jepang bisa pulang sampai larut), tidak boleh menampilkan paha atau bagian tubuh lain secara bebas, dan masih banyak lagi.

Orang tuanya sangat menjaga adat kesopanan dalam mendidik anak. Maka dari itu, di saat teman-teman Leony memakai kaus kaki hanya sampai di bawah lutut dan rok yang pendek sekali, Leony memakai rok yang hampir setara dengan lututnya dengan kaus kaki yang panjangnya lebih dari selutut. Sangat terjaga sekali, untungnya Leony tidak dijadikan sasaran bullying karena dirinya yang tidak terlalu mengikuti trend fashion masa kini.

Leony orang yang cantik, badannya sintal dengan tinggi badan 160 sentimeter dan berat badannya 60 kilogram. Leony sering tidak percaya diri ketika memakai baju olahraga, sebab ketika ia berlari maka dua buah gunung yang dibawa Leony akan terguncang naik turun. Dan ia tahu hal itu menjadi tontonan para siswa di lapangan olahraga.

Tapi Leony seringkali heran. Setelah dadanya menjadi tontonan para siswa, maka para siswa itu pasti izin sakit selama tiga hari. Pasti selalu begitu, Leony selalu memperhatikannya selama ini.

"Lihat, dia sudah datang," bisik salah satu teman Leony.

Sontak seluruh siswi yang sedang berbincang itu melirik ke salah satu siswa di kelas tersebut yang meletakkan tas dan duduk si bangkunya.

Siswa itu nampak tidak peduli sama sekali dengan lingkungan sekitar, dapat dilihat dari ekspresinya yang datar dan tidak ada sedikitpun pergerakan manik matanya untuk melirik ke sekitar. Siswa itu langsung bersandar, menaikkan kedua kakinya ke atas meja dan membaca buku kesukaannya.

Siswa itu cukup berandalan dari sikap yang ia perlihatkan. Kaki yang naik ke atas meja, baju yang sedikit berantakan, ada sedikit luka di ujung bibirnya menandakan akhir-akhir ini baru saja berkelahi, dan ditambah dengan rambutnya yang sedikit berantakan. Entah itu fashion style atau bagaimana, tapi itu bukan kriteria yang baik untuk seorang laki-laki yang masih berstatuskan sebagai pelajar.

Namamya Bakura Abare, siswa yang sekelas dengan Leony. Seumur hidup Leony. Ya, mereka selalu satu kelas sampai sekarang.

Flashback On.

Pertama kali Leony bertemu dengan Abare ketika ia masih bersekolah di bangku taman anak-anak. Dan di saat itu Leony masih berada di China, lebih tepatnya di Taiwan. Leony yang dulu selalu memakai pakaian berwarna merah dengan dua kuncir bulat di kepalanya membuat Abare memerah malu ketika melihat Leony.

"Kamu jelek, gendut, mirip bakpao," ejek Abare. Padahal ia tidak bermaksud mengejek, hanya saja mulut Abare yang terlalu pedas memang tidak bisa berhenti untuk berkata tajam.

"A-aku...seperti bakpao?" tanya Leony kecil takut-takut. "Ta-tapi Abare suka bakpao kan? berarti Abare suka Leony kan?"

Dari situlah Abare tidak pernah mengatai Leony gendut lagi, malah Abare selalu bersemu merah ketika melihat pipi gembil Leony yang terlihat seperti bakpao berisi selai stroberi. abare juga tidak memanggil Leony dengan sebutan bakpao berjalan lagi, melainkan mochi bodoh. Bukan karena ia menjadi tidak suka pada Leony, tapi ia tidak ingin memerah tiba-tiba bila memanggil gadis cantik itu dengan sebutan bakpao. Karena itu membuat Abare dengan pertanyaan Leony tersebut.

"Hei mochi bodoh," panggil Abare.

"Ya? Abare kenapa manggil?" tanya Leony polos.

"Kamu mau kemana hah?! kenapa barang-barangmu diangkut semua begitu?!" tanya Abare dengan nada tidak santai. Ia bukan marah, tapi ia terlalu cemas pada Leony sampai salah nada ketika bertanya.

Mendengar pertanyaan Abare membuat Leony berkaca-kaca. Bukan, ia bukannya sedih karena nada bicara Abare. Melainkan karena jawaban dari pertanyaan Abare itu sendiri.

"Hiks hiks, a-aku mau p-pindah. Huweee," jawab Leony. Tangisnya pecah begitu saja dengan deras. Entah dorongan apa hingga membuat Leony kecil waktu itu langsung memeluk Abare, seakan takut berpisah dari anak kecil laki-laki yang suka marah-marah tersebut.

Mendengar Leony yang pindah dari sana membuat mata Abare waktu itu memanas. Meskipun menangis itu wajar bagi seorang anak kecil, tapi menangis bagi Abare adalah hal yang memalukan dan tidak jantan sama sekali.

"Kenapa kau pindah mochi bodoh? apa ada yang mengganggumu di sekolah?" tanya Abare.

"Aku...hiks hiks. Huweee, aku pindah karena orang tua ku ingin membuka hiks hiks membuka usaha baru," jawab Leony.

Setelah itu, Leony mengira ia takkan bertemu dengan Abare lagi. Tapi nyatanya, di sekolah baru yang berada di Indonesia, Abare sudah berada di sana sebagai siswa pindahan sama seperti Leony.

Semuanya berjalan begitu terus sampai sekarang, kemanapun Leony berada maka Abare akan mengikutinya. Tentu saja itu dikarenakan Abare suka dengan Leony. Namun Leony tidak menyadari hal tersebut.

Flashback Off.

"Memangnya ada apa dengan Abare? wajar kan kalau dia datang ke sekolah?" tanya Leony dengan ekspresi polos.

Teman-teman Leony menahan napas, bisa-bisanya Leony bertanya dengan suara sekeras itu. Yang ada nanti mereka ketahuan oleh Abare sedang membicarakannya.

Dari sekian banyak orang yang ada di sekolah ini, hanya Leony lah yang dapat memanggil Abare dengan dengan sebutan Abare. Bukan memanggil dengan nama marganya. Itu menandakan Leony adalah orang yang sangat dekat bagi Abare, bila ada siswa atau siswi lain yang memanggilnya dengan sebutan demikian maka Abare akan melemparkan tatapan tajam yang mengerikan ke arah mereka.

"Aku jadi penasaran deh," ujar seorang siswi berkuncir kuda dengan rambut berwarna hitam pekat.

"Penasaran apa Momo?" tanya Leony.

"Kamu sama Bakura itu pacaran ya?" tanya Momo balik.

avataravatar
Next chapter