Anna mematut dirinya di cermin, setelah merasa bahwa penampilannya lebih baik Anna mengambil tas dan ponselnya lalu berjalan keluar, namun Anna di kejutkan oleh seorang bodyguard yang bertubuh besar berdiri di depan kamar.
"Nyonya butuh sesuatu? Katakan saja saya akan membawakannya untuk anda," ucap bodyguard yang bertubuh besar itu dengan sopan ketika melihat istri Bosnya keluar dari kamar.
"Saya ada urusan," ucap Anna. lalu ia berjalan dengan tenang meninggalkan bodyguard tersebut.
"Saya akan mengawal anda nyonya," ucap bodyguard tersebut yang mengikuti Anna dari belakang.
"Tidak perlu," jawab Anna datar dan langsung pergi menuju lift.
"Maaf nyonya, tapi saya di perintahkan Bos untuk menjaga keamanan anda," jawabnya saat menghentikan pintu lift yang akan tertutup.
Anna menarik sedikit ujung bibirnya menampilkan smirk yang begitu dingin di wajah cantiknya karena mendengar alasan yang di berikan oleh bodyguard tersebut.
'Tidak ada alasan baginya untuk menjaga keamananku sementara dia lah penyebab aku hidup dengan tidak nyaman' batin Anna.
Tanpa mengatakan apapun Anna membiarkan bodyguard tersebut mengikutinya sambil memikirkan cara agar terbebas dari pengawasan bodyguard ini.
"Saya ingin ketoilet, dan kamu bisa menunggu saya disini," ucap Anna dingin ketika mereka sudah tiba dilobi. Anna langsung pergi meninggalkan bodyguard tersebut.
"Baik nyonya," ucapnya sopan sambil menunduk tanpa merasa curiga.
Anna cukup hafal dengan hotel ini karena pernah beberapa kali kemari untuk bertemu Fania yang bekerja disini, jadi sedikit banyaknya ia tau tentang seluk beluk hotel ini termasuk jalan keluar dari pantry.
Keberuntungan ada pada Anna karena beberapa pegawai pantry hotel yang mengenalinya sebagai adik dari manager, sehingga mereka memberi akses untuk Anna tanpa bertanya apapun.
Setelah Anna berhasil keluar dari hotel melalui pantry ia langsung menuju taksi online yang telah menunggunya tidak jauh dari pintu masuk, dapat Anna lihat bodyguard tersebut setia menunggunya di dalam lobi.
"Pemakaman Bougenvil Residence," ucapnya kepada supir taksi lalu dengan segera Anna menonaktifkan ponselnya.
"Baik non," jawab supir taksi lalu melajukan mobilnya dengan pelan menuju tempat tujuan.
*****
Taksi berhenti di pemakaman setelah menempuh 20 menit perjalanan dengan kecepatan sedang, Anna turun begitu selesai membayar tagihan taksi. Anna berjalan dengan pelan memasuki kawasan makam yang terlihat sepi seperti biasa, apalagi hari juga sudah menunjukkan pukul empat sore.
"Hai, apa kabarmu seminggu terakhir sayang," ucap Anna begitu sampai dimakam Fateh, ia dapat melihat bunga segar yang begitu banyak hingga menutupi nisan.
Anna yakin jika keluarganyalah yang merawat makam tersebut agar selalu bersih dan harum, dengan wangi bunga-bunga segar. Tapi tetap saja ia merasa lebih baik jika melakukannya sendiri.
"Aku akan pergi meninggalkan kota ini sayang," lirihnya. Tanpa sengaja Anna melihat cincin yang tersemat di jari manisnya, ia menertawakan dirinya sendiri atas status yang ia sandang saat ini. Baginya tidak ada hal yang lebih lucu di dunia ini dari pada jalan hidupnya.
"Kamu tau sayang, aku sangat membenci dia sangat benci sehingga aku bisa menjadi murka hanya berada disekitarnya, dan itu membuatku muak. Tapi demi dirimu aku akan menjalaninya tanpa mengeluh. Ingat hanya demi dirimu," ucapnya lagi dengan penekanan disetiap kalimat.
Hanya suara binatang-binatang kecil yang saling menyahut kala Anna mengungkapkan setiap kata, ia meyakini jika Fateh dapat mendengar keluhannya meski tidak menjawab ucapannya.
Dengan berat hati Anna meninggalkan pemakaman karena hari yang mulai senja, Anna berjalan kaki menuju gerbang komplek sambil mengenang semua memori bersama almarhum, saat mereka sering joging atau jalan sore diarea komplek ketika masih tinggal dirumah orangtua Fateh.
Bagaimana mereka saling bercanda dan tertawa, berlomba lari, bahkan jalan santai sambil menyapa para penghuni komplek yang mereka temui, semua terasa sangat indah pada saat itu, sesekali Anna menyunggingkan senyum tipisnya saat melewati jalan yang penuh kenangan.
Tidak sadar langkahnya terhenti di depan rumah mertuanya yang tampak sepi, sepertinya mereka sedang istirahat setelah pulang dari rumah orangtuanya. Sejenak Anna kembali mengenang rumah itu untuk ia simpan di dalam hatinya sebagai bagian memori terindahnya.
***
Saat Sebastian kembali kehotel ia tidak mendapati bodyguard yang menjaga Anna begitupun dengan Anna yang tidak ada di kamar begitu ia masuk.
Sebastian langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan kakinya, lalu setelah itu ia naik keranjang untuk istirahat sejenak sebelum makam malam tiba.
Sebastian dapat merasakan aroma kopi yang begitu menenangkan dari seprei dan bantal yang ia yakin itu adalah aroma milik Anna, dan entah kenapa Sebastian cepat terlelap hanya karena menghirup aroma tersebut.
Sementara diruangan lain Smith dan para bodyguard sibuk mencari keberadaan Anna, setelah mereka menemukan titik dimana Anna berada dengan sigap Smith memerintahkan mereka untuk menjemput nyonyanya sebelum Bos menyadari jika istrinya tidak bersama pengawal.
"Bagaimana seorang bodyguard handal sepertimu bisa tertipu," ucap Smith sambil melirik dingin bodyguard yang sebenarnya memiliki kemampuan yang tidak diragukan.
"Maaf," ucapnya dengan kepala tertunduk tanpa membela diri.
Smith akan sama mengerikannya dengan Bos mereka jika sedang dalam mode on marah seperti sekarang dan itu membuat semua orang merasa takut tidak terkecuali dirinya. Lagipula ini memang salah dirinya yang mudah percaya dengan alasan nyonyanya.
'Lagi pula siapa yang tidak akan percaya dengan istri bosnya sendiri' batinnya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam tapi belum ada tanda-tanda Anna kembali, ketika para bodyguard tersebut sampai ditempat yang Anna tuju mereka tidak menemukannya disana.
Smith yang mendapat laporan itu semakin marah karena kehilangan jejak nyonyanya, 'bagaimana bisa sesulit ini hanya mencari seorang wanita' batinnya kesal. Smith tidak punya pilihan lain selain melaporkan kejadian ini pada Bosnya.
****
"Bos ini saya," ucapnya dari luar. Setelah itu ia memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar pribadi milik Bosnya.
"Apa mereka sudah tiba?" Suara dinginnya menyadarkan Smith dari lamunannya.
"Sudah, tuan besar serta tuan dan nyonya sudah tiba, mereka sudah menunggu anda Bos," ucap Smith susah payah.
Sebastian yang saat ini menggunakan kemeja hitam dengan lengan di gulung serta menggunakan celana bahan dengan warna senada duduk di single sofa membuatnya terlihat seperti malaikat maut yang begitu rupawan, namun siap mencabut nyawa orang kapanpun ia mau dan itu membuat Smith sedikit takut.
"Apa aku melewatkan sesuatu?" tanyanya tenang sambil melipat kedua tangannya dan menatap dingin asistennya.
"Maaf Bos, tapi nyonya belum kembali hingga saat ini, nyonya berhasil mengelabui bodyguard yang saya perintahkan untuk menjaga nyonya," ucap Smith dengan kepala menunduk, terlihat sesekali ia membenarkan letak kacamata kekiniannya yang bertengger di hidung mancungnya.
Sebastian tanpa sadar menyunggingkan sedikit bibirnya setelah mendengar jika Anna bisa mengelabui seorang bodyguard yang sudah sangat terlatih, dan itu menambah kadar ketampanannya, namun sayang Smith tidak dapat melihat hal yang begitu langka bahkan tidak pernah ia lihat dari Bosnya.
"Lupakan. Aku tidak menikahi wanita yang tidak tau jalan untuk kembali," ucapnya tenang lalu ia bangkit dan pergi meningalkan kamar.
Sebenarnya Sebastian sudah menyadari jika Anna tidak bersama bodyguardnya karena hingga ia terbangun Anna juga belum kembali, tapi baginya itu bukan masalah yang besar karena kota ini tidak akan membuat wanita itu tersesat fikirnya.
Saat Smith yang terkejut akan jawaban Bosnya, ia ingin sekali menanyakan maksud dari ucapan Bisnya tapi ia urungkan.
'Ini artinya tidak perlu mencari nyonya begitu?' monolognya dalam hati.
Smith berfikir apa performanya dalam bekerja dan memahami Bosnya berkurang akhir-akhir ini, sebab ia tidak mengerti akan ucapan Bosnya kali ini, padahal selama ini dia selalu lihai dalam menyelesaikan tugas dengan tingkat kesuksesan sangat sempurna, jika tidak mana mungkin dia bisa menjadi asisten dari Bosnya yang begitu 'agung' bagi semua orang yang bekerja dibawah tangan Bosnya.
Tanpa ingin berfikir panjang Smith menyusul bosnya yang sudah masuk kedalam lift untuk menuju ruangan yang telah di siapkan untuk makan malam bersama ketiga anggota keluarga Bosnya.