20 Kamu Sangat Membahayakan Annaya

Jika itu terjadi kepada pria lain mereka akan sangat marah saat istrinya menyebut nama pria lain, namun itu tidak berlaku bagi Sebastian.

Baginya Anna hanyalah kewajiban yang harus ia tunaikan sepanjang hidupnya karena amanah yang telah ia sanggupi, dan ia tidak melibatkan rasa serta hatinya untuk menjalani pernikahan ini. Tapi satu hal yang tidak dia sadari adalah bahwa tuhan yang memiliki hak mutlak untuk membolak-balikkan hati manusia.

Sebastian tidak mengeluarkan suara sedikitpun, dalam diamnya ia terus menyuapi Anna dengan tenang bahkan deru nafasnya tidak dapat di dengar oleh Anna.

Anna menerima setiap sendok bubur yang di tawarkan untuknya, bubur itu terasa hangat dan sangat enak apalagi jika yang menyuapinya adalah orang terkasih.

Anna berfikir bisa saja ini hanya imajinasi atau mimpi, tapi baginya tidak masalah apa yang ia lalui saat ini, asal itu bersama Fateh pasti adalah yang terindah.

'Jika ini hanya imajinasi aku ingin lebih lama bersamanya, dan jika ini mimpi aku tidak ingin bangun lagi' batinnya penuh harap.

Anna merasa semua ini seperti nyata, ia melihat bagaiman sosok ini begitu terampil merawatnya, Anna tersenyum dan berterima kasih kepada tuhan karena telah mengirim Fateh untuk merawat dan menemaninya disaat fisik dan batinnya benar-benar sedang sekarat.

"Terima kasih Fateh kamu akhirnya datang, setelah begitu banyak do'a yang aku panjatkan pada tuhan," ucap Anna lemah saat setelah meminum teh yang di berikan Sebastian, dan ia pun kembali berbaring.

Tangan Sebastian di genggam oleh Anna begitu dirinya ingin bangkit. Ia memastikan Anna telah tertidur setelah memakan bubur dan meminum tehnya, tapi nyatanya Anna meraih telapak tangan Sebastian dan menggenggamnya erat seolah ia takut pemilik tangan tersebut akan pergi meninggalkannya.

"Jangan pergi," lirih Anna dengan mata yang mulai mengantuk akibat reaksi obat yang di berikan Sebastian untuk pemulihan Anna yang ia minta dari asistennya sesuai dosis yang dibutuhkan oleh tubuh Anna.

Sebastian menegang sesaat karena apa yang Anna lakukan. Mencoba kembali tenang Sebastian menepuk pelan kepala Anna agar Anna bisa lebih cepat untuk tertidur, Sebastian ingat hal ini dulu pernah ibunya lakukan jika ia kesulitan untuk tidur.

Anna yang mendapat perlakuan manis seperti itu tidak membutuhkan waktu lama untuk tertidur. Sebastian merasakan genggaman Anna yang mulai longgar dan juga deru nafas yang mulai teratur membuatnya yakin jika istrinya telah terlelap dengan begitu nyenyak.

Sebastian kembali menyibakkan anak rambut Anna yang menutupi wajah damai istrinya saat ini, entah sejak kapan Sebastian menikmati pemandangan seperti ini, tapi yang ia tau pemandangan ini adalah pemandangan yang paling indah yang pernah ia lihat.

Dengan perlahan Sebastian melepaskan tangannya dan beranjak kekamar mandi untuk membawa handuk basah dan mulai membasuh wajah, tangan dan telapak kaki Anna dengan begitu telaten dalam gelap yang semakin larut.

Malam itu menjadi saksi bahwa pria dengan pesona yang sangat tinggi, pria yang biasanya hanya duduk manis bak seorang raja mendapat apa yang dia inginkan, kini terlihat merawat istri yang tidak ia cintai dengan kedua tangan yang di idamkan oleh banyak wanita untuk di manjakan olehnya.

Setelah selesai dengan apa yang dia lakukan Sebastian naik keatas ranjang dan kembali menatap wajah istrinya, dan dengan lembut ia mencium bibir mungil Anna yang terasa begitu manis dan memabukkan, Sebastian juga menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Anna untuk menghirup rakus aroma kopi milik Anna yang begitu menenangkan.

Anna menggeliat membuat tubuh Sebastian menegang sejenak. Sebastian kembali mengusap pelan kepala Anna hingga Anna kembali terlelap.

Sebastian sadar jika ia mengambil keuntungan dari ketidak sadaran Anna saat ini namun ia tidak menyesalinya. Sebastian menatap kembali wajah yang begitu cantik milik Anna.

"Kamu sangat membahayakan Annaya," bisiknya sambil kembali mengecup bibir Anna dengan sedikit lebih lama.

Tanpa sadar Sebastian pun ikut tertidur karena terbuai oleh aroma tubuh milik Anna. Untuk pertama kalinya dua insan anak manusia tertidur dengan begitu nyenyak dan damai tanpa mereka sadari bahwa tuhan telah menyiapkan hati mereka untuk saling memiliki di masa depan.

*****

Anna mengerjapkan matanya kala sinar mentari pagi menyeruak masuk melalui pantulan jendela besar kamar hotel, Anna menyesuaikan penglihatannya yang menyilaukan dan itu kembali membuat kepalanya sakit.

Dengan perlahan Anna membuka mata saat di rasa ia sudah bisa menyesuaikan, dan hal pertama yang ia lihat adalah senyum manis seorang wanita yang begitu cantik yang ia kenali sebagai ibu mertuanya.

"Selamat pagi sayang, apa kamu merasa lebih baik, apa ada hal yang membuat mu tidak nyaman?" tanya Louisa begitu melihat amber indah milik menantunya terbuka dan Anna sudah sepenuhnya sadar.

Anna bangkit dan duduk, ia memegang kepalanya yang kembali sakit karena mencoba mengingat apa yang terjadi semalam tapi nihil, Anna tidak mengingat apapun selain seorang pria yang entah siapa menyapanya di lobi lalu setelah itu ia merasa semuanya gelap.

"Jangan memaksa diri untuk mengingatnya sayang, kamu semalam pingsan dilobi," ucap Louisa menebak isi fikran Anna tanpa mengatakan jika Sebastian yang menggendong dan merawatnya. Louisa tidak ingin Anna menjadi histeris.

"Kamu mau kemana?" tanya Louisa dengan tatapan khawatir yang melihat Anna ingin turun dari ranjang.

"Mandi," jawab Anna seadanya.

"Kamu yakin akan baik-baik saja jika kamu mandi?" tanya Louisa lagi sambil mengelus sayang tangan menantunya, dan diangguki lemah oleh Anna.

"Baiklah tunggu disini, mama akan menyiapakan air hangat untukmu mandi," ucap Louisa lalu bangkit menuju kamar mandi.

Anna tidak menghentikan meski dia ingin, karena fikirannya saat ini mencoba mengingat apa yang terjadi semalam pada dirinya. Hatinya takut jika pria itu melakukan hal yang buruk padanya.

***

"Anna sarapan yang banyak, mama telah meminta chef terbaik hotel ini untuk membuat sarapan yang baik untuk pemulihan tubuhmu sayang," ucap Louisa sambil menaruh banyak lauk kepiring Anna. Ia dengan telaten merawat Anna dengan begitu baik.

"Ini cukup," ucap Anna yang masih sedikit lemah menolak halus ibu mertuanya.

Anna merasa tubuhnya sudah semakin membaik setelah mandi, apalagi ia sepertinya tidur dengan baik semalam setelah berbulan-bulan tidak dapat tidur dengan baik.

"Ya sudah ayo kita sarapan karena kita harus berangkat setelah ini," ucap tuan besar kepada anggota keluarga yang lain dengan senyum hangatnya menatap Anna.

"Kalian berangkat lebih dulu, aku ada urusan lain," ucap Sebastian tenang sambil menikmati sarapannya.

"Urusan apa?" tanya Louisa namun Sebastian tidak menjawabnya dan itu membuat hatinya sedih.

"Urusan pengantin baru apalagi," jawab tuan besar Zachary sambil tertawa untuk mencairkan suasana.

***

"Nyonya, bos sudah menunggu anda dimobil," ucap Smith saat melihat Anna ingin kembali ke kamarnya seteleh mengantar kepergian keluarga Bosnya.

"Aku tidak ingin pergi kemanapun terlebih lagi dengan pria itu," jawab Anna datar lalu berbalik pergi.

"Bos memaksa, jika tidak bodyguard yang lalai menjaga nyonya kemarin akan dalam masalah," ucap Smith memprovokasi Anna dan itu berhasil membuat Anna menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Smith.

"Maksud mu?" tanya Anna mencoba tenang.

"Saya rasa anda mengerti maksud saya," jawab Smith lalu memberi jalan untuk Anna mengikutinya.

"Silahkan nyonya," ucap Smith setelah sampai dan membukakan pintu mobil untuk Anna.

Anna dapat melihat sosok yang duduk dengan anggun itu fokus menatap tablet di pangkuannya.

"Bodyguard itu tidak bersalah, jangan gunakan orang lain untuk mewujudkan keegoisanmu," ucap Anna tenang.

Anna duduk di kursi mobil tanpa menoleh kearah Sebastian, tapi Sebastian cukup paham bahwa kalimat itu di tujukan untuk dirinya.

Sebastian memicingkan matanya kearah Smith yang duduk di kursi kemudi, dan ia mengerti jika Smith menggunakan bodyguard itu untuk membuat Anna tidak punya pilihan selain mengikutinya.

Smith yang mendapat tatapan membunuh itu langsung menyalakan mobil dan melaju dengan kecepatan sedang, tidak lupa ia menurunkan pembatas mobil agar ia bisa tenang mengendarai mobil tanpa merasa ketakutan karena tatapan itu.

'Kalian berdua kenapa selalu membuatku dalam keadaan yang sangat sulit' batinnya.

"Karena kamu membahas ini, jadi terfikirkan oleh ku untuk memberinya hadiah kecil," ucap Sebastian ringan dengan jari yang terus menari di atas tablet dengan menekan kata 'hadiah kecil.

Tidak ada lagi percakapan setelah itu, dan Anna menyadari jika Smith hanya menggertaknya agar tidak punya pilihan lain selain mengikutinya dan itu membuatnya kesal.

avataravatar
Next chapter