160 Kalau Kata Paman Smith, Uncle Itu Bucin

Anna dan Sebastian kembali saat jam menunjukkan pukul 11 malam, semua penghuni rumah sudah tertidur pulas, hanya tinggal bapak dan ibu saja.

Mungkin memang sengaja menunggu mereka.

"Anna mau liat Brayn dulu." Anna pamit pada kedua orangtuanya, hanya Sebastian yang menemani.

"Istirahatlah nak." Ucap Wijaya sambil berdiri, ia tau mantunya itu gelisah, meskipun sikap dan wajahnya setenang air.

Lusi ikut beranjak bersama suaminya, Sebastian langsung menuju kamar Anna, ia tidak bisa ikut melihat putranya, karena kamar si kembar terhubung langsung dengan kamar Ammar.

***

"Kamu mau pulang ya Brayn?" Zura sudah menangis begitu bangun tidur, dengan rambut acak-acakkannya.

"Iya, nanti kamu main kerumahku ya? Aku akan minta Papaku membawa kuda poni untukmu, aku janji."

"Papaku sibuk, mana mungkin bisa kesana." Tangis balita itu pecah, ia tidak mau mandi.

"Zura, bibi Alya juga pergi. Kenapa tidak menangisi bibi saja? Mungkin bibi akan tinggal untukmu sayang." Hibur Alya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter