7 Cemas

Semua keluarga yang sudah berkumpul dikediaman Al-Ghifary merasa kebingungan dan cemas, sebab jam sudah menunjukkan pukul 06.15 sore tapi Anna belum juga kembali.

Yang mereka cemaskan bukanlah Anna yang akan telat pulang untuk pertemuan itu melainkan keberadaan Anna yang tidak mereka ketahui, bahkan ponsel Anna juga mati.

"Dimana Anna sebenarnya," gumam Maira dengan raut wajah yang sangat khawatir.

Ia mondar-mandir didepan pintu rumah dengan tangan saling meremas, sesekali melihat kearah gerbang dan berharap menantunya akan muncul. Setelah telponnya yang di putuskan Anna secara sepihak hingga sekarang ponsel menantunya itu tidak bisa lagi dihubungi membuatnya semakin takut Anna akan melakukan sesuatu yang buruk pada dirinya sendiri.

Ia tidak berhenti berdo'a dalam hati agar tidak terjadi apapun pada menantunya itu, ia tidak sanggup lagi jika harus menanggung kesedihan. Supir yang ditugaskan oleh suaminya untuk menjaga Anna kembali dengan laporan kalau Anna menolak untuk di antar olehnya dan langsung pergi menggunakan taksi.

"Tenang lah ra, pasti Anna akan pulang," ucap Lusi yang sedari tadi menemani Maira, sebenarnya ia juga merasa sangat cemas atas keberadaan putrinya sekarang, namun ia percaya pada anak-anaknya yang tidak mungkin melakukan hal diluar akal sehat, sebab sedari kecil ia dan suaminya mendidik ketiga putra-putrinya dengan nilai-nilai agama yang baik.

Yang ia cemaskan saat ini kondisi Anna yang pasti tau siapa tamu yang akan mereka sambut dan itu pasti membuat Anna sangat tertekan. Sebagai seorang ibu nalurinya sangat paham pada apa yang dirasakan Anna meski Anna mencoba untuk menutupi segalanya.

'Ya tuhan jagalah putriku dan tolong besarkan hatinya' do'a Lusi dalam hati.

"Mama masuklah bersama bibi, biar Fania dan Alya yang menunggu Anna sambil terus mencoba menghubunginya," ucap Fania begitu sampai didepan mamanya yang diikuti oleh Alya dengan ponsel yang terus menyala karena mencoba menghubungi ponsel Anna yang tidak aktif, tapi ia tidak menyerah.

Fania tau mamanya sekarang sangat peduli pada Anna, ia juga tau mamanya ingin menebus segala sikap buruknya pada Anna dimasa lalu. Kepergian Fateh menyisakan luka mendalam bagi setiap anggota keluarga tapi dari itu semua tuhan memberikan hikmah yang luar biasa, mama jadi sadar bahwa kecemburuannya yang tidak berdasar selama ini terhadap Anna adalah kekeliruan yang tidak berguna. Fateh dan Anna telah ditakdirkan untuk bertemu dan berpisah dengan waktu yang telah ditentukan oleh tuhan.

"Benar, biarkan anak-anak kita yang menunggu Anna, lebih baik kita masuk dan menunggu didalam, kamu butuh teh hijau hangat saat ini untuk mengembalikan ketenanganmu ra." Lusi berkata seperti itu karena melihat wajah Maira yang sangat khawatir, ia langsung menuntun Maira yang enggan beranjak dari sana karena ingin tetap menunggu Anna.

Lusi menatap Fania dan Alya dengan tatapan penuh tanya, karena ia tidak ingin Maira semakin khawatir jika ia bertanya langsung kepada anak-anaknya, Fania dan Alya yang mengerti arti dari tatapan itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Melihat reaksi seperti itu Lusi hanya bisa menghela nafas dan segera membawa besannya menuju ruang keluarga dengan terus berdo'a dalam hati agar anaknya segera kembali.

Alya semakin kesal bercampur khawatir karena ponsel Anna yang tidak bisa dihubungi mesti sudah dicoba berkali-kali.

"Ya tuhan Anna dimana kamu dek." Monolognya yang masih bisa didengar oleh Fania yang tidak kalah cemas dari Alya, mereka tidak tau keberadaan dan kondisi Anna saat ini.

Ingin rasanya Alya membanting ponselnya karena emosi. Ia ingin sekali ikut mencari Anna namun Ammar melarang, Ammar menginginkan ia tetap bersama orang tua mereka.

Alya dan Fania terus berkomunikasi dengan kakak masing-masing untuk bertukar informasi agar lebih mudah untuk kakak-kakaknya mencari dimana Anna saat ini mengingat mereka lah yang sering menghabiskan waktu dan pergi bersama Anna.

Ketika mereka mendapat kabar bahwa hari ini mereka akan kedatangan seseorang hal yang pertama mereka pikirkan adalah reaksi Anna. Dan benar saja supir yang ditugaskan untuk menjaga Anna mengatakan Anna langsung pergi meninggalkannya begitu selesai menerima telpon.

"Apa Anna melarikan diri?" Tanya Alya tiba-tiba pada Fania dengan wajah khawatir dan mata berkaca-kaca menahan tangis.

" Jangan bicara seperti itu Al," Fania menjawab setenang mungkin padahal hatinya ikut cemas. Ini mungkin saja bisa terjadi pada Anna yang merasa tertekan, siapapun tidak sanggup jika ada diposisi Anna.

'Dek bantulah kami dari sana untuk menemukan Anna,' do'a Fania dalam hati.

Dilain tempat secara terpisah Ammar dan Fitra mencari keberadaan adiknya itu dengan tetap berkomunikasi satu sama lain bahkan mengerahkan orang-orang kepercayaan mereka untuk membantu mencari Anna tapi belum juga ada kabar.

Mereka tidak bisa mengakses ponsel Anna karena ponsel itu dalam keadaan tidak aktif. Terakhir kali mereka menemukan posisi Anna di komplek perumahan tempat Anna dan Fateh selama ini tinggal, setelah itu mereka tidak tau posisi Anna selanjutnya.

Ammar juga bingung harus mencari Anna kemana lagi, sebab Anna tidak banyak memiliki teman ditambah ia tidak ingin menimbulkan keributan, jadi ia hanya mencari ketempat dimana Anna sering menghabiskan waktu bersama Alya dan Fania, tapi Anna tidak berada di sana.

Dan sialnya ia tidak mengetahui tempat yang sering dikunjungi Anna bersama almarhum adik iparnya, sekarang ia sangat menyesal tidak tau banyak tentang adiknya itu. Ia tidak menyangka akan berada disaat ia merasa tidak berguna menjadi seorang kakak.

Rani yang sedari tadi mengelus sayang tangan kiri suaminya untuk mencoba menenangkan juga berdo'a dalam hati agar Anna dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Ia menyayangi Anna layaknya adik sendiri.

Sesekali Ammar mengetukkan jari-jarinya kekepala kemudi dengan suara keras menandakan ia sedang sangat cemas, jika tidak mengingat ia membawa Anak dan istrinya ia akan mengemudikan mobil ini dengan kecepatan tinggi untuk mengelilingi kota D demi menemukan adiknya.

Melihat itu Rani memberikan senyuman hangat kepada Ammar agar dia bisa lebih sabar dan yakin kalau Anna pasti akan ditemukan. Sementara itu anak kembar mereka Zikra dan Zura yang duduk dikursi belakang lengkap dengan car seat yang sangat aman sibuk dengan dunia mereka sendiri, tanpa tau apa yang terjadi saat ini dengan orang dewasa yang kebingungan mencari bibi Ann kesayangan mereka.

Mereka membahas hal yang tidak penting sama sekali yang pada akhirnya membuat kedua balita itu akan bertengkar karena saling membenarkan pikiran masing-masing.

Ammar yang melihat itu dari kaca spion tersenyum tipis, disaat seperti ini dua malaikat kecilnya itu mampu sedikit menenangkan hatinya, ditambah bidadari yang duduk disebelahnya ini dengan setia menemani dan menjadi tempatnya berkeluh kesah. Anak dan istrinya adalah anugrah terindah yang Tuhan berikan selain keluarga yang sangat berarti untuk nya.

Berjam-jam mereka mengelilingi kota D namun Anna juga belum ditemukan, membuat mereka akhirnya memutuskan untuk berkumpul dulu dikediaman Al-Ghifary guna berfikir hal apa yang akan mereka lakukan selanjutnya sembari berharap bahwa Anna akan pulang, mereka harus berpikir dengan pikiran yang jernih saat ini. Ammar berharap bahwa adiknya sekarang sedang menyendiri disuatu tempat untuk menenangakan hati dan pikirannya.

******

"Bos," Panggil seseorang.

-Ardha haryani-

Terimakasih yang masih setia menunggu cerita ini, untuk selanjutnya thor akan up dimalam hari ya readers, semoga kalian tetap suka.🥰🥰🥰💕💕💕

avataravatar
Next chapter