9 Air Mata Terakhir

"Calon suamimu," ucapnya tenang seolah yang ia katakan adalah 'hari ini sangat cerah'

BUKKK!

Tangan Anna bergetar hebat sehingga membuat buku yang ia pegang terjatuh, kakinya lemas seperti jelly hingga ia menyandarkan tubuhnya dirak buku, wajahnya yang putih mulus terlihat pucat pasi dengan buliran keringat yang mulai keluar dari dahinya.

Jantung Anna berdetak hebat hingga menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa, tanpa tersadar tangannya meremas kuat dada kirinya tempat jantung itu berada dengan mata tertutup, demi tuhan Anna berharap apa yang ia dengar dan lihat hanyalah ilusi dari ketakutannya.

Pria itu melihat semua reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh wanita ini, 'ketakutan dan rasa tidak percaya, itulah yang wanita ini rasakan sekarang.'

Ia tau wanita ini begitu membencinya tapi, ia tidak peduli. Pria itu mengulurkan tangannya dan membungkuk untuk meraih buku yang tanpa sengaja Anna jatuhkan, dan melihat buku apa yang Anna baca, ternyata itu hanyalah buku dongeng pengantar tidur.

Tanpa ia sadari bibirnya tertarik sedikit keatas membentuk lengkungan. Ia bangkit dan dengan perlahan meletakkan kembali buku tersebut ke rak yang ada disisi kiri Anna.

Dengan posisi seperti ini, ia bisa melihat wajah cantik wanita ini dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan jika orang tidak teliti melihat keduanya akan mengira jika si pria ingin mencium si wanita yang terlihat seperti berada dalam pelukannya, karena tubuh si pria hampir menutupi seluruh tubuh mungil si wanita.

Anna mencoba untuk menenangkan dirinya, harusnya tubuhnya tidak bereaksi seperti kelinci kecil yang tertangkap basah oleh serigala buas, ia harus kuat. Batinnya.

Menarik nafas pelan ia membuka matanya dan menatap balik pria didepannya ini dengan tatapan penuh amarah, hingga ia tidak menyadari jika jarak mereka sangat dekat.

Untuk pertama kali dalam hidupnya ia bisa merasakan benci teramat dalam kepada seseorang, untuk pertama kalinya ia merasakan bisa menatap orang dengan tatapan yang menjijikkan.

Ya! Bagi Anna segala sesuatu yang ada pada pria ini begitu MENJIJIKKAN.

Sepersekian detik mata pria itu terlihat sedikit menyipit bahkan sangat sedikit hingga tidak ada yang akan menyadari itu bentuk dari keterkejutannya.

Bagaimana tidak wanita mungil di depannya ini membalas tatapannya dengan begitu berani, terselip begitu banyak rasa amarah dan benci.

Tatapan permusuhan yang Anna pancarkan tidak membuat pria itu goyah akan keputusannya. Dia hanya harus menepati janjinya untuk menjaga wanita ini dengan hidupnya, selain dari itu mereka tidak memiliki hubungan layaknya seorang wanita dan pria.

Jadi ia tidak perduli bagaimana cara wanita ini melihatnya sebab apapun yang di fikirkan wanita ini tentang dirinya sama sekali tidak akan mengubah hidupnya.

"Kembali kerumahmu," ucapnya ringan tapi tersirat nada perintah yang tidak ingin dibantah. Lalu dengan menarik dirinya dan berdiri tegak sambil sedikit membenarkan posisi jasnya ia berbalik dan pergi.

"Hidup mu tenang?, tidurmu nyenyak setelah mengambil kehidupan orang lain?" Desis Anna seperti dengungan nyamuk dengan dada yang naik turun menahan emosi, tapi masih dapat di dengar oleh pria itu.

Ingin rasanya ia meneriakki dan memaki pria ini sampai puas, tapi ia urungkan karena ia sadar ia ada ditempat yang melarang adanya keributan dalam bentuk apapun meski ia sudah tidak mampu untuk menahan segala rasa yang menyesakkan dadanya.

Rasa sakitnya semakin besar saat melihat tatapan tenang pria ini, seperti tidak memiliki rasa bersalah pada dirinya dan dengan percaya diri mengatakan jika dia 'calon suamiku', SAMPAI MATI PUN AKU TIDAK INGIN MENIKAH DENGAN MU! Jeritnya dalam hati.

"Jika dalam waktu satu jam aku tidak melihatmu bersama keluargamu, tempat ini akan menjadi gudang tua tak berpenghuni." Ia mengatakan itu tanpa menjawab pertanyaan Anna bahkan tidak menoleh sedikitpun.

Ia lalu melangkah pergi hingga hilang dari balik pintu masuk. Ia menyadari seberapa pentingnya tempat ini bagi wanita itu, jika tidak untuk apa dia kemari menangis dipojok ruangan dan membiarkan dirinya terlihat begitu menyedihkan jika bukan karena tempat ini memiliki memori yang berharga untuknya.

Anna menyandarkan tubuhnya dan menarik nafas dalam, menutup mata dan memijat dahinya. Rasa sakit menyerang seluruh tubuh dan jiwanya sekarang tanpa sadari ia menertawakan dirinya sendiri yang begitu lemah. Akhirnya ia benar-benar tidak bisa lari lagi. Semua telah berakhir. Batinnya.

******

Smith merasa heran saat melihat bosnya keluar toko tanpa membawa apapun, tapi lagi-lagi fikiran itu hanya berputar didalam otak cerdasnya saja, ia tidak berani mengutarakan isi pemikirannya.

Tanpa menunggu lagi dengan cepat ia menghentikan aktifvitasnya dan segera membukakan pintu untuk bosnya yang sedang berjalan kearah mobil.

Pria itu masuk kedalam mobil dan duduk dengan anggun, ia menatap ketoko buku itu dari balik jendela kaca mobil dengan tatapan tajamnya seolah ia sedang menanti sesuatu muncul dari balik pintu masuk itu untuk disantapnya.

Smith yang melihat itu sebenarnya sedikit takut, tapi ia mencoba tenang dengan tidak terusik oleh hawa dingin yang tiba-tiba menyerang tubuhnya efek dari tatapan si Bos, ia mengikuti arah pandang bosnya itu dengan fikiran penuh tanya, 'sebenarnya siapa yang bos tunggu.' Batinnya.

Tapi semua pertanyaan yang menari indah di benak Smith akhirnya terjawab, asisten tampan itu melihat sosok wanita cantik yang berjalan sendiri keluar dari toko dengan ekspresi yang dingin dan tatapannya menyiratkan kesedihan yang luar biasa, siapapun bisa menilai hanya dengan sekali lihat.

Tapi yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah wanita itu ternyata 'calon istri bosnya.' Jangan bilang jika bos kemari ingin menjemput wanita itu, 'ya tuhan apa matahari terbit dari barat hari ini.' Jeritnya dalam hati.

"Bos, apa saya-."

"Ikuti." Suara dingin itu memberi perintah. Lalu bosnya kembali duduk dengan tenang sambil memfokuskan diri pada laptop yang baru ia nyalakan, seolah tidak ada yang terjadi beberapa detik lalu. Smith sangat kagum dengan pengendalian diri Bosnya yang luar biasa.

"Baik bos." Lalu dengan segera ia mengikuti taksi yang membawa wanita itu.

******

Kecemasan seluruh keluarga akhirnya hilang disaat sebuah taksi memasuki gerbang rumah dengan Anna yang keluar dari taksi tersebut, tanpa menunggu seluruh wanita dikeluarga itu keluar rumah dan menghambur memeluk Anna tapi tidak ada satupun pelukan itu yang dibalas oleh Anna, bahkan Anna tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Anna benar-benar menarik diri. batin mereka. Disaat tuan Wijaya dan yang lain ingin membawa masuk Anna, mereka semua dikejutkan kembali oleh sebuah mobil hitam mewah RV ROLLS ROYCE yang masuk kedalam gerbang rumah, mereka tidak kedatangan tamu selain ....! Mata mereka saling menatap satu sama lain, lalu menunggu orang itu dengan tatapan bingung dan penasaran.

Akhirnya keluarlah seorang pria dari pintu penumpang yang sebelumnya di bukakan oleh pria muda tampan yang mereka yakini itu adalah asisten pribadinya.

Menyadari jika pria luar biasa ini adalah orang yang mereka tunggu membuat tuan besar Al-Ghifary sedikit heran, sebab ia telah meminta pengunduran waktu untuk pertemuan, tapi kenapa dia tetap datang, semua itu bisa ditanyakan nanti, sekarang lebih baik ia membawa tamunya ini untuk masuk.

Terfokus pada sosok pria itu membuat mereka lupa bertanya kemana Anna pergi sementara Anna telah meninggalkan mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dan gerak-gerik Anna tidak lepas dari pengawasan mata elang milik pria itu.

******

Sesampainya Anna dikamar ia langsung mengunci pintu dan meluruhkan tubuhnya sambil kembali menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya.

"Fateh, aku tidak mau menikah dengannya." Raungnya sambil memukul-mukul dadanya untuk menyalurkan rasa sakitnya, Anna benar-benar menangis hingga lelah dan hampir kehilangan suara.

Setelah lelah menangis Anna bangkit dan berjalan kearah cermin, Anna dapat melihat ia yang sangat menyedihkan, entah sudah berapa banyak air mata yang ia tumpahkan namun itu tidak mengubah apapun, ia tetap harus menjalani takdir ini.

Ia menghapus sisa airmatanya untuk terakhir kali karena setelah ini tidak akan ada lagi airmata yang keluar dari wanita yang bernama Annaya Nur Kamila Al-Ghifary.

"Anna yang lama telah mati bersama dengan suaminya," gumamnya dengan tatapan dan suara yang dingin tanpa perasaan. Sangat mengerikan bagi siapapun yang mendengarnya. Ia berjanji untuk menjalani takdir ini dengan menjadi Anna yang baru.

avataravatar
Next chapter