1 Bab 1

Benua Donglin, Kekaisaran Waltz.

Di sebuah lorong yang gelap, terlihat dua siluet seorang pria dewasa yang membawa obor dan gadis kecil yang memegang tangan pria tersebut sedang berjalan.

"Ayah, sebenarnya kita mau kemana ? Aku takut.." suara manis gadis tersebut terdengar  menggema di lorong tersebut. Gadis tersebut semakin mempererat pegangannya pada tangan pria itu.

Pria tersebut tidak membalas pertanyaan gadis kecil tersebut karena tepat di depan nya terlihat pintu yang sudah dimakan usia. Jika seseorang melihat pasti akan berpikir pintu tersebut akan rusak jika di tendang. Namun kenyataannya butuh usaha yang besar untuk mendorong pintu itu terbuka. Terlihat bulir-bulir keringat muncul di dahi pria itu.

Saat pria dan gadis itu masuk mereka di sambut oleh sebuah ruangan yang sangat kecil. Di ruangan tersebut tidak hanya mereka berdua namun terlihat dua orang lagi yaitu seorang pria muda dan pria paruh baya. Namun walaupun telah menua pria paruh baya tersebut terlihat masih kekar seperti masih di puncak kejayaannya.

"Bagaimana situasinya Roen ?"

Tanya pria dewasa tersebut memecah keheningan yang ada di ruangan sempit itu. Mendengar itu pria paruh baya yang bernama Roen hanya bisa menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sangat buruk Paduka, tampaknya semua menteri telah berpihak kepada Perdana Menteri Zhao. Berdasarkan informasi yang kudapat sepertinya mereka akan melancarkan kudeta besar-besaran besok pagi."

Pria yang datang bersama gadis kecil tersebut rupanya adalah raja dari Kekaisaran Waltz. Ia telah memerintah Kekaisaran lima belas tahun lamanya namun sepertinya masa pemerintahannya akan berakhir sebentar lagi.

Huft.

"Roen, bisakah aku mempercayakan Anna dan Sean kepadamu?"

Belum sempat Roen membalas, pria muda yang bernama Sean tersebut membalas perkataan raja sekaligus ayahnya.

"Tidak ayah , aku akan tetap disini bersama ayah sekalipun nyawaku menjadi taruhannya."

Melihat keras kepala anaknya Sean, Sang Raja hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berpikir bahwa anaknya sangat mewarisi sikapnya.

Sean adalah anak sulungnya. Ia adalah anak yang berbakat dalam berpedang. Sudah terbukti saat ia masih kecil, pada usia enam tahun ia memulai belajar seni pedang. Pada usia dua belas tahun Sean sudah bisa mengalahkan prajurit kekaisaran. Dan sekarang pada usianya yang ketujuh belas ia mampu bersaing dengan jendral besar kekaisaran.

Sang Raja menatap lurus ke arah anaknya Sean yang dibalas oleh tatapan yang penuh keyakinan oleh Sean. Melihat keyakinan dan tekad di mata Sean, Raja pun berkata

"Baiklah, namun berjanjilah satu hal kepadaku, ketika situasinya sangat membahayakan tidak peduli apapun itu kau harus tetap melarikan diri dan hidup."

Perkataan raja pun dijawab oleh anggukan kecil oleh Sean. Karena Sean telah menyetujui hal itu raja pun mengarahkan matanya kepada Roen. Seakan tahu apa yang di pikirkan sang raja, ia pun berlutut dan berkata

"Diriku tidak akan berada di tempat ini jika bukan karena Paduka. Paduka bisa tenang dan menyerahkan Putri Anna kepada hamba ini."

Hati raja pun menjadi tenang dan mengalihkan pandangannya pada Anna yang sedari tadi di gandengnya. Ia berjongkok untuk bisa bertatap muka dengan putri kesayangannya ini.

Paras Anna mengingatkan Raja akan isterinya. Sebuah penyesalannya yang ia kubur jauh di lubuk hatinya yang terdalam akan ketidakmampuannya kembali muncul.

Jika saja ia memiliki kekuatan untuk menjaga isterinya untuk tetap tinggal. Jika saja ia memiliki kekuatan untuk menjaga kedua anaknya untuk tetap bersamanya dan hidup bahagia. Kurangnya kekuatan dan ketidakmampuannya menjaga keluarganya adalah penyesalan terbesar dalam hidup raja.

"Dengarkan aku anakku, tidak peduli apapun hiduplah dengan baik, temukan kebahagiaanmu dan ikuti kata hatimu. Jika suatu saat kamu menemukan seseorang yang ingin kau jaga maka lindungilah dia. Dan satu hal lagi yang perlu kau ingat, jangan mudah percaya kepada orang yang belum kau kenal. Anakku, kita mungkin tidak akan bertemu kembali maka mulai sekarang tolong turutilah Paman Roen, mengerti?"

Anna adalah gadis yang pintar, tentunya ia memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya. Air mata mulai muncul di sudut matanya dan perlahan mulai mengalir membasahi pipinya. Hati raja seakan di tusuk oleh ribuan pisau melihat putrinya menangis. Selama ini Anna tidak pernah menikmati rasanya kasih sayang seorang ibu, ia sendiri pun sebagai raja memiliki waktu terbatas untuk bisa meluangkan waktu bersama kedua anaknya. Raja pun memeluk erat putrinya kedalam dekapannya.

Sean yang sedari tadi berdiri diam, berjalan menghampiri adiknya. Ia menghapus air mata di wajah adiknya. Sambil tersenyum ia berkata

"Adikku adalah anak yang pintar jadi turuti apa kata ayah oke ? Setelah disini selesai ayah dan kakak akan datang menemuimu."

Walaupun mengerti perkataan kakaknya adalah sebuah kebohongan tetapi setidaknya ia diberikan harapan untuk dapat bertemu kembali dengan ayah dan kakaknya. Perlahan Anna pun mulai tenang.

"Baiklah ayah, aku akan menuruti paman Roen"

Setelah mendengar Anna menyetujui hal itu, raja lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah liontin berwarna merah. Pada liontin tersebut terdapat tulisan Wu. Rajapun menyerahkan liontin tersebut kepada Anna.

"Jaga baik-baik liontin tersebut. Ini adalah satu-satunya yang ibumu tinggalkan. Mungkin suatu saat jika kamu bertemu dengan ibumu dan ayah belum menemuimu lagi tolong sampaikan salam dari ayah kepada ibumu."

Setelah beberapa percakapan singkat, Anna bersama Roen segera pergi meninggalkan kastil melalui pintu tersembunyi. Mereka berangkat pada saat hari mulai gelap. Tak lupa mereka mengenakan jubah hitam untuk menutupi diri mereka.

Jalan rahasia tersebut adalah jalan yang mengarah ke Hutan Rainfall yang bersebelahan dengan distrik barat Kekaisaran Waltz. Sangat jarang manusia melewati Hutan Rainfall karena di huni oleh beast monster. Karena jarang dilalui manusia itulah yang membuat jalan ini aman untuk menghindari manusia namun resiko yang diambil pun cukup berbahaya.

Butuh sekitar satu jam untuk berjalan dalam jalan rahasia tersebut. Jalan rahasia tersebut pun di desain seperti labirin. Sehingga walaupun seseorang tahu jika ada pintu rahasia mereka tetap akan kesulitan untuk menemukan pintu keluarnya. Namun Roen melangkah dengan mantap tanpa kebingungan seakan labirin tersebut berada di punggung tangannya.

Perlahan sebuah pintu mulai terlihat di depan jalan mereka. Roen pun mendorong pintu tersebut. Mereka segera di sambut oleh pepohonan  yang rindang dan sangat tinggi.

Rupanya pintu keluar tersebut berada di bukit kecil dalam Hutan Rainfall. Dari bukit tersebut mereka bisa melihat Kekaisaran Waltz. Cahaya lampu yang terpancar dari dalam rumah-rumah penduduk menjadi titik-titik putih yang membuat Kekaisaran Waltz tampak indah di malam hari.

Anna berdiri menatap Kekaisaran Waltz cukup lama. Jika bukan desakan Roen, Anna mungkin masih akan terus memandangi tempat di mana ia dibesarkan.

Anna pun berbalik dan mulai mengikuti Roen. Saat beberapa langkah menjauh,  Anna melihat kembali ke belakang dan berbisik yang hanya bisa di dengar oleh Anna sendiri.

"Tolong tunggu aku ayah, kakak."

Anna pun mulai berjalan kembali. Tanpa sadar air mata jatuh dan membekas di tanah.

avataravatar
Next chapter