12 Menyesal

Saat pintu terbuka, Nida terpaku melihat Dira seperti orang linglung.

"Kamu kenapa Ra?" tanya Nida. Dira tidak menjawab tapi air matanya jatuh dan lama- lama menjadi deras seperti tanggul jebol.

"Ezza Nid..." Dira menceritakan semuanya yang terjadi antara dirinya dan Ezza. Nida yang mendengarkan Dira menjadi gemas,

"Dia lelaki paling brengsek yang pernah aku kenal Dira..." kata Nida.

"Tapi aku menjadi janda lagi Nida..." Dira tidak hentinya menangis, "parahnya lagi aku hanya setengah di setubuhi Ezza." ucap Dira frustasi.

"Itu lebih baik daripada kamu tersiksa," Nida membesarkan dan menenangkan hati Dira.

Tanpa sepengetahuan Dira, Nida menghubungi Kin dan menceritakan semuanya, tentu saja Kin marah dan segera menghubungi asistennya untuk membatalkan agendanya selama 3 hari,

"Tangani saja yang bisa kamu tangani dan batalkan jika kalian tidak bisa menanganinya!" perintah Kin.

"Baik pak," Kin memasukan ponsel kesakunya, lalu packing barang untuk mengikuti Dira terbang ke Taiwan besok paginya.

Bell di Apartemen Nida berbunyi dan Nida segera membukakan pintunya, Kin tersenyum dan masuk,

"kalian tidur di kamar tamu!" Nida memberi tahu Kin, Kin menggeleng,

"Hanya kamu obatnya!" Nida menatap Kin.

Kin menarik nafas panjang, walaupun Kin di kelilingi banyak wanita tapi, di dekat Dira Kin sangat sulit mengontrol gairahnya.

Kin masuk ke kamar dan melihat Dira memang seperti orang linglung, berdiri menghadap jendela, membiarkan angin malam masuk menerpa tubuhnya, Kin memeluk Dira dari belakang. Tubuh Dira sedikit menegang, tetapi menghirup aroma tubuh Kin, tubuh Dira menjadi rileks kembali.

"Kin..." Suara Dira pelan,

"Ya..." Kata Kin, Dira membalikkan tubuhnya lalu mencium bibir Kin, Kin tertegun sebentar tapi perlahan membalas ciuman Dira,

Entah setan apa yang membawa Dira untuk membuat Kin polos dan Kin sangat menikmati sentuhan Dira sampai klimaks, pipi Kin merona mendapat perlakuan lembut dari Dira lalu memeluk tubuh Dira,

"Makasih Dira..." Dira hanya menganggukan kepalanya, dengan malu- malu.

"Kamu mau buat Ezza menyesal?" Kin menatap Dira,

"Iya Kin aku benci dia, aku ingin menjauh darinya, dia lebih memilih pergi bersama wanitanya daripada aku dan menceraikan aku saat itu juga." mata Dira berkaca,

"Kalau begitu, tolong buka bajumu semuanya dan peluk aku!" Dira tanpa ragu melakukannya dan pura - pura tidur.

Kin meraih ponselnya dan melakukan Vidio call. sebelumnya tidak menunjukan Dira, hanya tubuhnya saja yang telanjang dada yang ter ekspos, Vidio call tersambung dan Ezza terlihat sedang di peluk teman wanitanya dengan keadaan sama- sama polos, membuat darah Kin mendidih,

"Kamu sangat menikmati malam ini Zza, tidakkah kamu tau apa yang aku lakukan sekarang?" Kin bertanya, sengaja memancing perhatian Ezza. Ezza baru fokus terhadap layar ponselnya melihat tubuh Kin yang polos juga,

"Kau akhirnya melakukannya Kin? Pasti setelah ini kamu akan ketagihan?" suara Ezza ringan, membuat Kin geram, tentu saja Dira juga geram.

"Tentu aku akan melakukannya lagi, rasanya sungguh luar biasa Zza... aku akan selalu bersamanya sesuai tawaranmu waktu itu, kamu juga tadi tidak menuntaskannya malam ini bukan? makanya aku tuntaskannya," suara Kin datar dan mulai menggeserkan layar ponselnya ke arah Dira yang tidur di dadanya, Dira yang gemas dengan Ezza menurunkan setengah  selimutnya sehingga dada polosnya sampai pinggang Dira, keduanya terlihat bersentuhan dan terlihat seperti habis bersatu, keringat Kin masih terlihat jelas di wajah tampannya.

Ezza seketika bangun dan tidak peduli teman wanitanya jatuh kelantai dan berteriak

"Ezza sayang, sakit..." suara manjanya terdengar oleh Kin dan Dira, dengan geram Dira menggumam dan terdengar jelas juga di telinga Ezza,

"Kin tutup ponselmu! aku ingin menikmati milikmu yang lebih besar dari punya Ezza lagi, sekarang!" Suara Dira juga tidak kalah manja.

"Kamu tidak kesakitan lagi?" tanya Kin,

"Sudah lebih baik dan aku menginginkanmu lagi..." jawab Dira.

Seketika Ezza membeku, hatinya panas dan terasa terbakar tapi marah pada Dira yang melakukan dengan Kin itu sangat memalukan, karena dia juga melakukan dengan yang lain dan statusnya Ezza baru menceraikan Dira.

"Udah ya Za, kita mau melakukannya lagi bye..." Kin menutup ponselnya secara sepihak dan merasa puas dengan muka Ezza yang terlihat seperti orang bodoh.

Kin seketika tertawa, "Kenapa tertawa?" Dira menatap Kin,

"Bagaimana tidak tertawa, kamu membahas size segala, memang betul yang kamu katakan?" Kin memandang Dira sedikit penasaran, Dira reflek mengangguk dan membuat Kin tertawa lagi.

"Aku sudah polos Kin..." Dira menatap Kin yang baru menyadarinya.

"Aku tau bahkan milikku sudah meresponnya dari tadi, tapi apa kamu siap milikmu sakit dan besok susah berjalan? aku tidak mau kamu kesakitan besok," Dira semakin memeluk Kin dan di balas oleh Kin, mereka berpelukan berhadapan,

"Tapi Kin, milikmu?" pipi Dira memerah, Kin tersenyum, miliknya makin mengeras saat menyentuh paha Dira dan di bawah sana sudah basah.

"Biarkan disitu, kamu boleh menjepitnya dan bergeraklah!" perintah Kin. Dengan senang hati Dira melakukannya dan keduanya mencapai puncaknya tanpa menyatu. Keringat bercucuran dan nafas keduanya tidak beraturan kemudian keduanya lemas dan tertidur nyenyak sampai pagi.

Tok...tok...tok... Pintu kamar di ketuk Nida "Dira... Kin...cepat sarapan nanti kalian telat!" Dira dan Kin bangun dan berebut kamar mandi dan terdengar oleh Nida,

"Hey... jangan berisik, kenapa kalian tidak mandi bersama saja bukankah kalian sama- sama polos?" keduanya saling pandang dan pipi mereka berdua merona,

"Nida kenapa kamu tau?" pekik Dira.

"Kalian saling mendesah tadi malam." Jawab Nida enteng lalu pergi sarapan dan berangkat kekantor tanpa menunggu Dira dan Kin.

Kin berakhir menarik Dira dan mandi bareng sambil mengulang aktivitas semalam.

Kin keluar hanya mengenakan handuk sepinggang, membuat Dira menundukan kepalanya, pesona Kin membuat suhu tubuh Dira memanas.

Dira dan Kin bersiap- siap, lalu sarapan dan bergegas ke Bandara, "Kin kamu mau kemana?" tanya Dira menatap Kin. Dira baru menyadari, Kin dari tadi ada di sebelahnya.

"Ikut denganmu."jawab Kin, Dira matanya membola dan terlibat bahagia. Karena dengan adanya Kin, Dira akan terbebas dari  Ezza dan Arga....

Dira bersandar di kursi dan memejamkan matanya, aktivitas di pagi hari sangat menguras keringat,

"Kamu lelah?" Kin menaruh tangan di punggung Dira membuat Dira lebih nyaman,

"Iya, tapi aku menikmatinya kamu pintar Kin? Apa kamu sudah pernah melakukan sebelumnya?" Kin menggelengkan kepalanya,

"Banyak yang bisa di pelajari tanpa harus mempraktekannya, apa aku terlihat seperti..." Dira membungkam bibir Kin dengan bibirnya, dan keduanya larut dalam ciuman.

"Aku tau kamu pria yang baik," kata Dira ketika ciumannya berakhir. Kin mengecup kening Dira.

"Tidurlah! Perjalanan kita masih panjang," Dira mengangguk dan tertidur di pelukan Kin,

"Aku mau satu kamar denganmu Kin." rengek Dira manja,

"kita kamarnya sebelahan, kamu akan mudah menemuiku." Dira akhirnya mengangguk walaupun wajahnya cemberut.

Sampai di Hotel, Dira tidak menyadari di sebelah kiri kamarnya adalah kamar Ezza dan di sebelah kanannya adalah kamar Kin.

Kin mengetuk kamar Dira, Dira keluar bersamaan dengan Ezza yang keluar dari kamar sebelah Dira, membawa perempuan didalam pelukannya, Ezza sempat terdiam sebentar namun segera bersikap normal kembali. Kin mendaratkan ciuman di bibir Dira sekilas lalu melingkarkan tangannya di pinggang Dira dan Dira tidak menolaknya, mereka pergi ke restoran terdekat dan makan bersama.

Sesekali Kin mengelap bibir Dira dan menciumnya sekilas, Ezza yang kebetulan makan di tempat yang sama hatinya memanas melihat kemesraan Kin, selera makannya hilang seketika, bahkan selera melihat teman wanitanya juga menurun.

Yang membayang di matanya hanya desahan Dira... wajahnya yang sayu dan kepolosannya, Ezza menyayangkan kebodohannya yang meninggalkan Dira setengah Jalan saat bercinta dengannya, kini dia telah nyaman di sisi Kin membuat dia tidak rela, sangat tidak rela.

"Kita pulang dan tidur! Besok di pertemuan bisnis, kita harus siap." Kata Kin,

"Ezza..." Dira terlihat sedih,

"Aku akan tidur di kamarmu," Dira akhirnya tersenyum, keduanya kembali ke Hotel dan masuk ke kamar Dira,

"Aku mencintaimu Dira..." Kin membelai rambut Dira lembut, senyuman manis menghias bibir pink Dira,

"Aku juga mencintaimu," Kin memeluk tubuh Dira dan Dira sangat nyenyak tidur di pelukan Kin.

Kin tersenyum mengusap kepala orang yang di cintainya, 'Aku akan membuatmu nyaman dan bahagia, dengan siapapun kamu aku tidak peduli, asal kamu bahagia, tapi jika hatimu sakit, aku berjanji aku akan membalasnya' gumam Kin.

avataravatar
Next chapter