11 Kita bercerai

Di Apartemen, Dira duduk temenung menatap senja. Tangannya tidak berhenti mengantarkan gelas wine ke mulutnya.

"Stop Dira!" Nida menahan gelas yang sudah di isi wine kembali oleh Dira.

"Jangan larang aku Nida, hanya ini caraku mengusir sepi," Dira tersenyum kecut, dengan wajah mulai memerah.

"Ada aku..." jawab Nida.

"Ya ada kamu dan Kin, yang lainnya tidak mengerti aku, bahkan suamiku," ucap Dira terlihat sedih.

"Apa kamu sudah mulai menyukai Ezza?" Nida menatap tajam Dira. Dira menggeleng,

"Aku tidak akan memaksakan keadaan dan aku tidak akan memaksakan cinta, seberapapun aku sabar dan mencoba mendekatkan diri hasilnya akan sia - sia Nida, dia tidak mencintaiku, dimatanya yang aku lihat hanya kebencian,"  kata Dira.

Dira beranjak dari tempat duduknya, dan menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur lalu memejamkan matanya.

'Dira... kamu mengorbankan segalanya untuk orang lain tapi, betapa kasiannya dirimu sekarang.' gumam Nida, menarik selimut menutupi tubuh Dira lalu keluar dari Apartemen Dira.

Selang beberapa waktu, bell Apartemen Dira berbunyi, Dira bangun dengan mata masih terpejam lalu membuka pintu,

"Ngapain kamu kesini Za?" Dira terkejut mendapati Ezza ada di depannya.

"Mama suruh bawa kamu pulang," Dira duduk di sofa diikuti Ezza, Ezza memandang Dira yang nampak kacau, tidak seperti Dira yang tenang saat menatapnya.

"Kembalilah! aku akan ketemu mama besok." jawab Dira lalu beranjak hendak masuk kekamar.

Ezza menarik tangan Dira untuk menghentikan langkahnya hingga tubuhnya membentur tubuh Ezza, Ezza memeluk tubuh Dira lalu mengecup bibir Dira. Sejenak Dira tertegun namun segera sadar, Dira tersenyum menatap Ezza, terlihat sangat manis di mata Ezza,

"Stop memberiku harapan! aku hanya orang yang selalu mengganggu hidupmu, maaf!" kata Dira.

Tanpa peduli Ezza lagi, Dira  masuk lalu menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur melanjutkan tidurnya,

Pagi- pagi Dira sudah rapi dengan pakaian kerjanya, keluar dari Apartemen dan menyetop taxi.

"Lusa kamu ke Taiwan Dira," ucap Kin, Dira hanya mengangguk. Baginya pekerjaan adalah obat lukanya, jadi dia tidak pernah menolak apapun untuk masalah pekerjaan dan pergi kemanapun kecuali pergi ke kutub utara, baru Dira akan menolaknya.

Dira menuju ruangannya. Berada tidak jauh dari ruangan Kin. Dira tenggelam dalam pekerjaannya dan tidak pernah memikirkan hal lain selain bekerja, sampai matahari mau terbenam, Dira baru menghentikan pekerjaannya.

Dira berjalan melewati loby dan di situ ada Arga, "Apa kabar cantik? Aku dengar kamu yang di utus untuk pergi ke Taiwan? Aku juga baby... kita akan sama, aku masih penasaran dengan keindahanmu," Arga mengedipkan matanya.

Dira bergidik mendengarnya, tanpa menunggu langsung pergi meninggalkan Arga.

Di dalam taxi Dira menghubungi Maya dan segera Maya angkat,

"Sayang dimana kamu? Mama kangen," suara Maya terlihat tidak baik.

"Dira di jalan mam, sebentar lagi sampai, mama mau aku bawain apa?"

"Mama mau kamu pulang!" Dira terdiam sebentar,

"Ya Dira pulang," ucap Dira.

Pemandangan tidak enak sudah sering terlihat saat berkunjung kerumah Maya, Dira haya tersenyum kecut mendapati Rey yang sudah berubah sifatnya menjadi sangat menjijikan di hadapannya.

"Mam, aku datang." Dira memeluk Maya yang sedang duduk di taman belakang, Maya tersenyum bahagia dan membalas pelukannya,

"Kamu kemana saja?" Tanya Maya, "Di Apartemenku mam, anak mama yang menyuruh aku pergi," jawab Dira.

"Tapi kamu tidak benar- benar ingin pergikan?" Maya menatap Dira sedih, Dira memegang tangan Maya,

"Selama Ezza tidak menceraikan aku, aku akan tetap bersamanya," Jawab Dira. Maya mengangguk,

"Mama pasti tau, semua ini butuh proses, aku sedang berusaha untuk mama, dan ini aku kembalikan uang yang aku pakai untuk pengobatan Rey." Dira mengembalikan semua uang yang di pakai untuk pengobatan Rey.

"Mama tidak bisa menerimanya sayang, karena uang itu bukan hutangmu." Maya menolaknya,

"Aku tau mam, tapi aku sekarang sanggup mengembalikannya dan perjanjian tetap berlaku, aku masih istrinya Ezza." Maya tertunduk malu, dengan perlakuan baik Dira yang tidak menyalahkan dirinya yang memisahkan Rey dengan Dira.

"Maaf, mama memisahkanmu dengan Rey..." rasa bersalah terlihat jelas di matanya, mereka tidak menyadari sejak awal Mala mendengarnya dan ketika Maya meminta maaf, Ezza juga mendengarnya.

Dengan lembut Dira mengusap tangan Maya, "Rey hanya masalalu mam, dan yang aku hadapi sekarang adalah Ezza anak mama tidak akan ada yang lain." Dira mencoba menenangkan Maya, Maya menitikan air matanya,

"Tapi jika kamu lelah dan menyerah, mama tidak apa," Dira menggeleng,

Ponsel di tas Dira berdering membuat suasana haru menghilang dan tertuju pada ponsel Dira,

"Dira angkat dulu ya mam." Maya mengangguk.

"Kamu baru bisa menghubungiku..." keluh Dira,

"Maaf, hari ini sangat sibuk, apa yang akan kamu bicarakan?" tanya Kin,

"Apa bisa perwakilan perusahaanmu di gantikan?" Dira berkata lemah.

"Tidak bisa, kamu yang terbaik, memangnya kenapa?" Kin bertanya penasaran karena baru kali ini Dira terdengar gelisah.

"Arga ikut..." jawab Dira.

Deg...Kin juga merasa tidak nyaman, karena satu bulan yang lalu Dira hampir di lecehkan oleh Arga dan Kin tidak rela.

Ezza yang mendengar nama Arga juga menjadi kesal,

"Sial, aku tidak bisa ikut karena ada acara penting lainnya dan kamu tidak bisa di ganti." Nada suara Kin lemah.

Dira langsung frustasi mendengarnya.

"Ya sudah aku hadapin saja, mudah- mudahan tidak terjadi apa- apa." jawab Dira menyerah lalu menatap Maya,

"Apa perusahaan mama juga ikut pertemuan di Taiwan?" Dira sangat berharap dan di jawab dengan anggukan Maya,

"Aku boleh bareng sama orang yang di utus mama?"Dira sedikit memohon,

"Tentu boleh, karena yang mama utus adalah suamimu." Maya tersenyum menatap Dira yang melongo.

"...." keluar dari mulut singa masuk mulut serigala, apes bener hidupnya.

"Aku kekamar dulu ya mam, badanku lengket." Maya mengangguk.

"Tidak makan malam Dira?" Maya tau kalau Dira sudah mandi kadang langsung tidur,

"Tidak mam..." jawab Dira.

Dira masuk kekamar dan langsung mandi, Dira hanya memakai bra dan cd saja langsung masuk keselimut dan tertidur.

Ezza masuk ke kamar setelah membeli buah untuk mamanya, Ezza terkejut mendapati pundak Dira polos tidak memakai baju,

Ezza hendak menutup tubuh Dira yang terbuka dan sialnya terpeleset dan malah menimpa tubuh Dira, sialnya bibir mereka menyatu, Dira terbangun dan terkejut mendapati posisinya lalu mendorong Ezza, tapi Ezza menolaknya malah mengecup bibir Dira dengan lembut lalu menyibakan selimutnya,

"Zza..." Suara Dira lirih, sangat ketakutan. namun Ezza mengabaikannya. Bibirnya menyentuh leher dan bagian sensitif Dira yang lain, Dira yang baru pertama kali merasakannya, tubuhnya menegang dan kadang mendesah, Ezza makin ganas dan melepaskan pakaiannya hingga polos, mata Dira terbelalak karena untuk pertama kalinya melihat pria polos di depannya, pipinya merona dan langsung memejamkan matanya,

"Kamu menantangku rupanya..." suara Ezza parau dan langsung membuat Dira polos semuanya, Ezza mengarahkan juniornya kedalam milik Dira, baru setengahnya junior Ezza masuk, Ezza tertegun karena ada yang menghalangi jalannya terlihat Dira juga peringis, Ezza menghentikan gerakannya dan mencabut juniornya kembali lalu bertanya,

"Ini yang pertama?" mengingat Dira sudah pernah menikah membuatnya bingung,

"Aku belum pernah melakukannya dengan Rey, habis menikah kami terlibat kecelakaan saat pulang dari tempat pesta." Dira menundukan kepalanya,

Senyum kemenangan terlihat jelas di mata Ezza. Tapi, ketika Ezza hendak memasukan juniornya kembali, handphone Ezza berdering,

"Ezza tampanku... Kita bertiga kesepian...." Suara lembut itu memecahkan konsentrasinya dan Dira mendengar semuanya karena jarak Dira dan Ezza sangat dekat.

Bagai di tusuk seribu jarum, hati Dira sangat sakit, apalagi melihat Ezza mulai bergerak merapikan bajunya hendak pergi meninggalkan Dira.

"Zza...." Dira memanggil Ezza, Ezza berbalik,

"Kita lanjutkan nanti," Jawabnya enteng.

Dira mukanya merah padam,

"Baiklah kita memang harus selesai Ezza..."

"Baik kalau itu maumu, kita bercerai ..." tanpa peduli Dira, Ezza meninggalkan Dira begitu saja.

Dira tertegun lalu mandi dan mengenakan baju kemudian pergi juga dari rumah Maya tanpa pamit.

Hatinya begitu hancur telah diperlakukan Ezza sebegitu rendahnya.

"Zaa... Tidakkah kamu tau, apa yang kamulakukan sangat membuatku sakit. Ini sudah melewati batas," Dira berjalan lesu menuju apartemennya Nida.

avataravatar
Next chapter