13 Dira berharga untukku

Pagi- pagi Kin dan Dira telah berpakaian rapi keduanya sangat serasi. Dira berpakaian sopan namun masih terlihat sexy keduanya berjalan dan berbaur dengan tamu yang lain dari berbagai negara, Kin bangga dengan Dira yang menguasai berbagai macam bahasa dengan lancar, dalam pertemuan itu Dira berhasil menarik minat babarapa investor.

"Aku bangga padamu Dira." kata Kin jujur,

"Perusahaanmu memang bagus, baik yang di bidang properti maupun fashion," kata Dira.

"Kamu menguasai semuanya," Kin yang memperjelas. Dira tersenyum.

Ezza mengakui kemampuan Dira dan juga bangga, menyesal dia pernah berkata menyakitkan pada Dira membuat Dira mengundurkan diri dari perusahaannya dan juga dari sampingnya.

Dira sangat menarik. Beberapa kali Dira di ajak minum oleh beberapa pengusaha kaya, tapi dengan sopan Dira menolaknya.

Kin kembali dari toilet dan memandang laki- laki keturunan inggris di hadapannya yang sedang merayu Dira, Kin sangat tidak senang dan dengan cepat mengusirnya.

"Heyy kamu jangan begitu, itu tidak baik!" Kin merangkul pinggang Dira,

"Aku tidak mau kamu di sentuh yang lain, hanya aku, kamu harus tau itu," Suara Kin trgas. Dira tertunduk.

"Hatiku masih sakit Kin, sebenarnya aku ingin mengatakan ini pada mama, tapi mama sakit, aku takut mama kenapa- kenapa," kata Dira sambil menarik nafas panjang.

"Kamu akan hidup bahagia bersamaku, kamu terlalu baik, terlalu memikirkan disekitarmu dan pada akhirnya kamu terluka, kamu hanya menjaga satu hati, tapi jika kamu masih dengan Ezza, kamu yang akan tersakiti seumur hidupmu," Kin mengingatkan.

"Aku tahu Kin, aku sama seperti teman kencannya yang lain Kin, tidak berharga," Dira menitikan air matanya, Kin dengan cepat menghapusnya.

"Ikuti permainannya! agar dia mengerti sakitnya!" Saran Kin.

Dira mengangguk, "Ayo kita tidur, acara sudah selesai," Kin mengajak Dira kekamar,

"Kamu tidak mau bergabung minum bersama yang lain?" tanya Dira menatap Kin.

"Ingin bersama kamu saja, itu lebih baik," tatapan Kin lembut, Dira mengangguk,

"Aku ketoilet dulu," karena Dira pikir, untuk sampai kekamarnya membutuhkan waktu.

Dira melonggarkan pelukan Kin,

"Aku antar yah!" Dira menggeleng sambil tertawa,

"Aku tidak akan hilang Kin..." Dira tersenyum menatap Kin.

Kin cemberut, "Ya sudah cepat kembali!" Dira berjalan dan hilang di belokan.

Setelah keluar dari toilet tiba- tiba ada yang menarik dan memeluknya,

"Dira... akhirnya aku menemukanmu," Dira menoleh dan itu adalah Arga,

"Lepasin aku ga!" Dira mencoba berontak, namun tenaga Arga lebih kuat, Dira mencari celah dan kakinya dengan cepat menendang milik Arga hingga pelukan Arga terlepas, Dira mencoba lari namun tangan Dira ditarik keras hingga lebam dan berdarah karena cengkraman tangan Arga yang terlalu kuat.

Kin cemas. Sudah lebih dari 10 menit Dira belum kembali, Kin segera menyusulnya, melihat Dira sedang berusaha melepaskan diri dari Arga, Kin segera menolongnya dengan memukul Arga dari belakang, Arga jatuh tersungkur, sementara Kin langsung memeluk Dira yang gemetaran, membalut luka di tangannya dan menutupi tubuh Dira dengan jas miliknya, kemudian segera mencari dokter.

Setelah lukanya di obati mereka kembali kekamarnya dan Dira sama sekali tidak mau ditinggal, akhirnya Kin tidur satu kamar lagi dengan Dira.

Suara ponsel Dira berdering, Kin melihat siapa yang menghubungi,

"Mama Ezza Dira, mau di angkat." Dira menggeleng,

"Aku angkat yah," Dira mengangguk. Kin menggeser layar untuk menerima panggilan.

"Selamat malam Tante... Ini Kin, maaf Dira sudah tidur tadi ada sedikit insiden, saya sedang bersamanya karena Dira takut di tinggal," Kin langsung menjelaskan semuanya.

"Oke tidak apa Tante cuma khawatir sejak dua hari yang lalu ponsel Dira mati dan Dira pergi dari rumah tanpa pamit," Maya memang terdengar khawatir.

"Semua jawabannya ada di Ezza tante... Maaf aku sebenarnya tidak mau ikut campur dalam masalah Ezza, tapi Dira berharga bagiku tante," Terdengar Maya menarik nafas panjang.

"Kamu tau Ezza ada di mana?"

"Di sebelah kamar Dira bersama teman wanitanya," Sesaat hening,

"Sampaikan pada Dira!  maaf," suara Maya terdengar bergetar.

"Akan saya sampaikan..." Kin menutup sambungan telponnya dan menatap Dira yang mulai terisak.

"Jangan menangis untuk orang seberengsek Ezza Dira..." Kin mengusap air mata Dira.

Dira memeluk Kin dan membenamkan wajahnya ke dada Kin, Kin membalas pelukan Dira.

"Aku mau pulang Kin!" Rengek Dira.

"Iya besok kita pulang." Kin membaringkan tubuh Dira dan menyelimutinya.

Pagi- pagi Dira dan Kin berkemas. Barang bawaan mereka di bawakan Asisten Kin, Dira terus memeluk tangan Kin seakan tidak mau lepas.

Mereka masuk pesawat dan sial terlihat tempat duduk mereka sejajar dengan Ezza dan teman wanitanya yang berpakaian kurang bahan.

"Jangan lihat dia, lihat aku saja Dira!, bukankah size aku lebih besar?" Kin menggoda Dira membuat Dira tersipu malu.

Ezza sempat mencuri pandang beberapa kali dan sempat melihat perban yang membalut tangan kiri Dira. Raut mukanya berubah terlihat khawatir,apalagi melihat wajah Dira yang sembab juga ada sedikit lebam membuatnya tidak tenang.

Dira bersandar di bahu Kin,

"Ngantuk beb?" Dira mengangguk, Kin merubah posisinya jadi memeluk tubuh Dira dan Dira memejamkan matanya, sekalian saja Kin mengecup kening Dira dengan lembut.

Wajah Ezza merah padam, darahnya mendidih seperti gunung merapi yang hendak meletus dan memuntahkan lahar panasnya, hatinya bergejolak namun terlalu gengsi dan menganggap dirinya yang harus di kejar wanita, termasuk Dira yang seharusnya mengejar dirinya.

Kin puas dengan ekspresi Ezza, 'Makan tuh gengsi, kamu akan kehilangan segalanya dengan mempertahankan sikap bodohmu itu.' gumam Kin dalam hati,

"Kin..." Dira bergumam, "Dingin..." Dira bergumam lagi.

"mau menyatu?" goda Kin, mata Dira langsung membola dan mencubit pinggang Kin,

"Aww sakit beb," Kin meringis. Dira tersipu mendengar nama panggilan sayang Kin, Kin mendekatkan bibirnya dan mengecup sekilas bibir Dira, karena geram melihat Ezza sedang bercumbu, Dira juga tau dan Dira sengaja mengalungkan tangannya dan menyambar bibir Lembut Kin, keduanya tampak menikmati.

Namun, sebaliknya aktivitas Ezza seketika terhenti. Ezza malah membeku menatap Dira yang begitu liar dan terlihat sangat sexy.

Kin merapikan baju Dira yang terlihat berantakan, "Sudah hangat?" Kin menggoda lagi, Dira mengangguk dan tersipu malu.

Perjalanan panjang berakhir, Dira dan Kin meninggalkan bandara, "Kamu mau pulang kemana?" Kin menatap Dira lembut sambil merangkulnya.

"Ke Apartemenku aja Kin." Jawab Dira, Kin menjalankan mobilnya menuju Apartemen Dira dan membantu Dira membawakan barangnya, lalu pulang.

Ketika Dira hendak menutup pintu, pintu di tahan seseorang dan itu Ezza, "Dira... Maaf." lirihnya, Dira menatap Ezza dengan tatapan yang sulit di artikan,

"Jika denganku masih mencari yang lain, kamu benar, lepaskanlah aku! kamu tidak akan pernah berubah Zza, dan waktu itu aku telah manuntaskannya dengan Kin, Kin lebih menghargaiku," mata Dira berkaca,

"Dimatamu aku masih tetap sama wanita rubah, iya kan? Oh iya, uang 2M yang kamu banggakan dan yang merubah cara pandangmu terhadapku, sudah aku kembalikan, dengan hasil kerja kerasku. Kamu puas?" Dira tertawa, tapi dalam hatinya menangis dan sangat sakit,

Ezza terdiam menatap Dira,

"Masalah mama, kamu tenang saja, aku pastikan dia baik- baik saja." kata Dira, lalu Dira berbalik masuk ke dalam Apartemen, Ezza masih diam menatap Dira yang berjalan lesu dan membiarkan pintu Apartemen terbuka,

Dira mengambil botol wine dan meneguknya langsung dari botol menyibakan tirai dan berdiri menatap langit malam, Dira melirik kearah pintu, sudah tidak terlihat lagi Ezza, barulah Dira menutupnya dan mengunci pintu, lalu mengambil beberapa botol wine lagi sampai Dira benar- benar lupa segalanya dan tertidur di sofa.

Pagi- pagi Dira terbangun dan memijat kepalanya, menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Dira sengaja masuk kantor agak siang dan singgah ke salon dulu dan memotong rambutnya sebahu, Dira memakai tank top dengan blazer lalu bawahannya memakai rok di atas lutut.

Dira berjalan masuk kekantornya dan sepanjang jalan orang menatapnya dan tersenyum ramah saat Dira menatap balik.

Kin yang gelisah menunggu Dira, keluar ruangan dan menatap tak berkedip kearah Dira,

"Maaf aku ke salon dulu tadi," Dira gugup melihat Kin memandang Dira tidak berkedip.

Kin mengembangkan senyum menawannya, "Tidak apa- apa, kamu cantik beb." Dira tersipu malu mendengar pujian dari Kin.

avataravatar
Next chapter