7 Aku tidak tahan melihatmu sakit Dira

Jam kantor selesai. Dira keluar dari kantor berjalan di trotoar tidak tau arah.

Dira sangat malas pulang karena suasana rumah yang begitu tidak nyaman dan langkahnya berhenti saat melihat Rey sedang berjalan dengan seorang wanita, berjalan mendekat kearahnya, Dira menatap sekilas dan agak terkejut melihat Mala yang bersama Rey, Dira tau dia itu sepupunya Ezza.

Rey juga menghentikan langkahnya, lalu menatap Dira sinis, Dira melihat jelas kebencian dimata Rey... Dira menarik nafas panjang menoba menenangkan gejolak perasaannya, yang sebenarnya ingin Dira lakukan adalah memeluk Rey dan mengatakan kerinduannya, mengatakan segala yang ia alami dan alasan kenapa Dira melakukannya. Tapi Dira sadar, semua itu tidak mungkin Dira lakukan. Melihat Rey sehat, wajahnya mulus kembali dan dapat berjalan dengan gagah, itu sudah membuatnya lega dan bahagia.

"Wanita murahan, senang bertemu denganmu hari ini, aku kira kamu tenggelam tersapu tsunami, aku tidak percaya setelah aku koma dan semua harta kamu habiskan, kamu malah menjual diri dan sekarang, kamu juga mau jadi parasit laki- laki kaya lainnya?" Suara Rey terdengar sangat menyakitkan di telinga Dira, Dira membeku menatap orang yang masih di cintanya sampai detik itu, orang yang selalu dia perjuangkan bagaimanapun caranya, orang yang membuatnya kuat menjalani hari yang memuakkan, sekarang berdiri di hadapannya dan memakinya.

Tanpa Dira bisa menghindar tangan Rey melayang di pipinya, Dira tidak bergeming hanya menatap Rey, hatinya benar - benar hancur dan sakit.

"Ini pantas untukmu, aku menyesal telah memperjuangkanmu." Ucap Rey, lagi- lagi semakin menyakiti hatinya,

'Dira bukankah ini yang kamu inginkan? kenapa kamu terlihat menyedihkan?' kata hatinya bertanya, entahlah Dira juga tidak dapat menjawabnya.

Saat tangan Rey hendak mendaratkan lagi tamparannya di pipi Dira yang sebelahnya, sebuah tangan besar menahannya.

"Kamu tidak pantas menyentuhnya!" suaranya dingin, Rey meringis kesakitan karena tangan Rey juga di pelintir oleh Kin. Tapi Rey tetap menatap Dira sinis,

"Ini rupanya barang baru lagi, hah? Suamimu yang kaya itu belum cukup?" Kin ingin sekali memukulnya hingga mati mendengar kata- kata kasar pria dihadapan Dira, dan anehnya Dira hanya diam,

"Maaf Rey..." Dira menatap Rey dengan tatapan kecewa, Rey memang sudah berubah berkat kebohongannya. Tapi, jika Rey menggunakan hati, Dira yakin, Rey tidak akan berbuat sebodoh itu.

'Ya Tuhan Dira, kamu yang di pukul dan yang di maki kenapa Dira malah yang minta maaf?' gumam Kin semakin kesal.

"Aku tidak perlu kata maaf dari mulut busukmu." jawabnya lalu pergi meninggalkan Dira dan Kin.

Kin hendak memeluk Dira namun, Dira menggelengkan kepalanya, menatap kejalan dan menyetop taxi, meninggalkan Kin sendiri.

Kin segera mengikuti taxi Dira, dan betul dugaan Kin, Dira masuk ke klub, Kin sengaja duduk agak jauh dari Dira, terlihat Dira meneguk beberapa gelas wine, penampilannya sangat berantakan namun, malah terlihat semakin cantik di mata Kin.

Dira berakhir mabuk dan tidur di meja bar, Kin dengan cepat membayar dan membawanya pergi.

"Aku mau di bawa kemana?" tanya Dira, menatap sayu Kin.

"Pulang." Dira menatap wajah Kin kembali,

"Kerumah Ezza?" tanya Dira.

"Iya, karena dia suami kamu." Jawab Kin. Tiba -tiba Dira tertawa,

"Dia suamiku? hahahaha... kamu sangat lucu, dia bukan suamiku, dia tidak menginginkanku, bahkan di setiap malamku selalu diiringi desahannya dengan wanita lain," kata - kata jujur orang yang mabuk keluar dari mulut Dira, Seketika darah Kin mendidih, jadi benar pendengarannya tidak salah, di saat malam pengantinpun Ezza melakukannya dengan yang lain? Sungguh keterlaluan.

"Beberapa kali dia mencumbuiku namun aku berakhir seperti pelacur, aku membencinya," Dira tertawa kembali, menertawai dirinya sendiri.

"Terus kenapa kamu masih bertahan dengannya?" Kin bertanya lagi, karena Kin yakin seorang yang mabuk akan berkata jujur lagi,

"Aku terikat perjanjian 2M dengan Bu Maya dan hari ini aku senang, karena uang 2M itu tidak sisa- sia, aku lihat Rey sembuh, Ezza juga tahu tentang uang itu jadi, dia tidak akan semudah itu melepaskan aku," Dira tersenyum, walau matanya terlihat sedih.

"Aku hanya muak dengan hidupku..." Kin tertegun dengan jawaban Dira, wanita yang sangat baik dan tulus namun terjebak dalam situasi memuakkan.

"Sekarang kamu mau pulang kemana?"

"Entahlah...mungkin ke surga, Apartemenku satu- satunya juga sudah ku lepaskan untuk membayar sisa hutangku, uang gajiku belum cukup untuk memiliki tempat tinggal baru, mungkin kost ide yang bagus," Jawab Dira polos.

Kin segera memutar balik kendaraannya dan menuju Apartemen miliknya yang dekat kantor, ketika sampai, Dira sudah tertidur pulas.

Kin dengan hati- hati mengangkat tubuh Dira dan menidurkannya di kamar tamu, dan melakukan Vidio call dengan Ezza,

Ezza mengangkatnya, posisi Ezza sedang bertelanjang dada bersama seorang wanita di pelukannya.

"Ada apa Kin?" Kin mengepelkan tangannya dan menggeserkan layar ponselnya ke arah Dira,

"Dira kutemukan di bar dan dia mabuk, tempat terdekat Apartemenku, jadi aku bawa ke sini, mau kamu jemput?" walau kesal, Kin mercoba sabar, terdengar suara tawa Ezza,

"Untuk apa aku menjemput wanita rubah itu? Kalau kau mau, silahkan!" Jawabnya ringan. Kin tidak bisa menahan emosinya lagi,

"Kamu akan menyesal hari ini telah berkata seperti itu, Za." Kin segera mematikan sambunang Vidio callnya sebelum dirinya semakin emosi.

"Aku berjanji akan melindungimu, walaupun kamu bukan milikku." Janji Kin sambil mengusap lembut pipi Dira.

"Kin..." Kin terkejut karena Dira memanggilnya dan menarik tangannya dari pipi Dira.

"Mmm." Jawab Kin,

"Terimakasih selalu ada untukku, haya kamu dan Nida yang aku punya sekarang, yang selalu memandangku baik walau aku bukan orang baik." Kin tersenyum dan membelai rambut Dira, Dira memejamkan matanya kembali dan terlelap hingga pagi.

Saat terbangun Dira mengedarkan pandangannya, "Ini bukan kamarku..." gumam Dira, Dira sedikit ketakutan dan mengecek seluruh tubuhnya, Dira bernafas lega karena pakaiannya masih utuh,

"Kamu sudah bangun?" Dira terkejut dan membalikkan badannya,

"Kin...semalam aku..." Kin tersenyum,

"Semalam tidur di sini, aku sempat memberi tahu suamimu tapi maaf..." Kin menunduk tidak sanggup meneruskan kata- katanya,

Dira tersenyum, "Aku tau dia tidak peduli." Kin menarik napas panjang.

"Cepat mandi dan sarapan! baju gantimu sudah aku siapkan." Kin menunjuk atasan kemeja biru, dan rok hitam di atas lutut,

"Terimakasih Kin." Dira masuk kekamar mandi dan setelah rapi, menemui Kin di ruang makan. Mereka sarapan dengan tenang. Setelah selesai, Kin mengajak Dira berangkat bersama, Dira sempat menolak namun, Kin tidak menghiraukannya dan tetap menarik tubuh Dira agar masuk kedalam mobilnya.

"Kantor kita sama, kenapa harus repot naik kendaraan lain?" Kin terlihat marah.

"Maaf Kin, aku tidak enak sama yang lain?" Kin menghentikan mobilnya di saat jalanan sedang macet,

"Kamu masih peduli sama orang lain?" Dira menundukan kepalanya, Kin menatap Dira tajam.

'Aku akan melepaskanmu dari Ezza dan seterusnya aku akan memilikimu,' ucapnya dalam hati Kin.

"Kin, jalan! lihat kendaraan yang lain! kamu membuat mereka marah." Kin kembali melajukan kendaraannya.

"Aku tidak suka dengan sikap baikmu dan selalu memaafkan orang yang menyakitimu, aku tidak suka kamu bertahan sampai sekarang bersama Ezza karena surat perjanjianmu dengan Maya, aku tidak suka saat kamu lemah di hadapan Rey dan menerima semua cacimakinya, kamu bodoh Dira..." Kin menepikan mobilnya dan memuntahkan isi hatinya kepada Dira,

"Kamu tahu semua itu ada alasannya dan aku tidak dapat menghindar dari semuanya," Dira menatap Kin agar mengerti posisinya, Kin mendekatkan tubuhnya dan membalas tatapan Dira dari jarak Satu senti saja hampir bersentuhan selama beberapa detik lalu menjauh kembali.

"Berpisah dari Ezza itu lebih baik Dira..."

"Kalau bisa aku akan melakukannya Kin, hanya jika Ezza yang melepaskanku, aku akan terlepas dari perjanjian itu." jawaban Dira, membuat Kin tersenyum,

"Aku akan melakukannya, melakukan agar kamu terlepas darinya, aku tidak tahan membuatmu sakit Dira," Kin lalu melanjutkan perjalanannya menuju kantor.

Sialnya Kin salah memberikan pakaian kepada Dira membuat mata para lelaki mencuri - curi pandang kearah Dira,

'Sial, kenapa aku tidak sadar kalau rok Dira terlalu pendek sehingga paha mulusnya terlihat oleh siapapun,' dalam hati Kin mengumpat dirinya sendiri, lalu dengan cepat membuka jasnya dan memakaikannya ke bahu Dira, Dira terkejut lalu menatap Kin,

"Aku salah memberimu baju, rokmu terlalu pendek dan mata lelaki melihatmu berulang- ulang," Kata Kin memberi penjelasan, beruntung Kin tinggi besar jadi, jasnya membantu menutupi rok Dira.

Otomatis Dira melihat roknya dan benar sangat pendek, membuatnya ingin segera menghilang dari pandangan orang di sekitarnya yang entah memandangnya kagum atau mesum? Entahlah ...

"Aku akan segera menyuruh asistenku membawa baju ganti untukmu," Dira hanya mengangguk pasrah.

avataravatar
Next chapter