1 ANGUISH (KESEDIHAN YANG MENDALAM)

Budayakan Vote & Comment

9/9/20

The Firts One Shoot Story

Ku Persambahkan kepada

Readernim & JKS/KMS & Army

Sorry For Typo

Perkenalkan namaku Park Jimin, aku terlahir dari keluarga yg sangat miskin, aku hanya mempunyai seorang ibu tunggal setelah ayahku mati di usiaku yg masih belia.

Ibuku bekerja sebagai tukang pijat bagi pria-pria hidung belang, pekerjaan yg begitu ku benci karena sangat banyak pria yg datang ke rumahku untuk meminta pijatan lembut dari seorang wanita singel parent.

Setiap pelanggan ibuku datang ke rumah untuk mendapatkan service lengkap, selalunya ibu menyuruhku pergi. Ia tak mengizinkan ku berada di rumah sekitar pukul 02.00 pm sampai dengan jam 06.00 pm, dengan alasan bahka aku tak boleh terlihat oleh pelanggan ibu.

Saat ini aku berusia 15 tahun, aku bersekolah di SMP Negeri tak jauh dari rumahku. Ketika bel pulang sekolah berbunyi maka aku akan menghabiskan waktu di tepi danau dekat sekolahanku mengingat aku juga tak akan diizinkan masuk kedalam rumah.

Hal ini sudah berlangsung sejak aku SD, jadi bukan hal taboo yg harus di pusingkan.

Meski bagiku pekerjaan ibu sangat menjijikan tapi aku bisa apa? dia ibu ku, bahkan aku tak bisa membencinya karena aku masih sangar bergantung padanya, setiap kali ibu memukul badanku, Aku tak akan menangis karena aku menyayanginya.

Aku tahu beban ibuku berat apa lagi harus membesarkanku seorang diri, kami tingga di kawasan ramai penduduk. Gang sempit yg menyatukan rumah antar rumah yg begitu akrab sejak lama, bahkan tetanggaku selalu memandang buruk kepada ibu dan aku.

Meski mulut mereka sangat pedas, tapi aku tak memasukannya kedalam hati karena bagiku kehidupan ini akan terus berjalan dan mereka tak membiayai apapun kedalan kehidupanku sehingga aku selalu menganggap para tetangga hanya sekumpulan orang-orang kurang kerjaan.

Pagi ini kurasakan sakit teramat sangat di bagian perut bawah, keringat dingin membasahi tubuhku karena menahan sakitnya. Aku berusaha bangkit dari ranjang karena aku juga harus bersekolah.

"Maa... Maaaa..." aku mencoba memanggil ibu yg sedang berbicara melalui telepon dengan salah seorang pelanggannya.

"Apa sih kamu teriak-teriak! mau apa?" cetus ibuku

"Ma... Aku sakit-- aku gak enak badan"

"Ahh alasan bilang ajah kamu mau minta uang! Mama gak ada duit, kamu jangan macem-macem deh"

"Tapi aku beneran sakit Ma..." Aku sudah memelas kepada ibu tetapi dia tetap cuek

Begitulah ibuku, tak pernah mengabaikanku sekalipun padahal aku anak kandungnya. Dia terlalu egois dan tak peduli kepada darah dagingnya ini.

"Buruan mandi ntar kamu telat!" titahnya lagi

"heum... Ma... Sekarang aku sudah di tingkat akhir, seragam sekolahku baru lagi jadi-----"

"Aku gak akan memberikan kamu uang! pakai saja seragam lamamu! kau tahu kita miskin! kalau sekolah mu protes suruh saja kepala sekolahmu datang kerumah"

Perkataanku belum sampai, tapi ibuku sudah mengoceh panjang lebar. Aku pamit kepada ibu untuk berangkat kesekolah, ia tak memberiku sarapan pagi melainkan ia hanya melemparkan beberapa koin uang agar aku bisa membeli sarapan. Lagi-lagi ibu melemparkan sesuatu dengn tidak sopannya.

"Gwenchana?"

"Heum... Awaskan sepedamu aku ingin mengambil koin di dekat kaki"

"Arraseo...  Jjah aku tunggu di depan"

Dia adalah tetanggaku sejak kecil, kami tumbuh bersama bahkan saat ini kami juga berada di kelas yg sama. Namanya Jeon Jungkook.

Orangtua Jungkook menatapku tak senang, sejak aku kecil memang ibunya Jungkook tak suka jika anaknya bergaul denganku, aku hanya melemparkan senyuman kecil lalu bergegas mengayuh sepedaku hingga kedepan gang dimana Jungkook sudah menungguku.

"Apa kau bertengkar lagi dengan Mamamu?"

"heum setiap hari, kau pasti sudah sangat tahu"

"Apa karena seragam baru?"

"Itu salah satunya"

"Aku akan berbicara dengan walikelas kita"

"Gomawo pak ketua hehe"

Jeon Jungkook si ketua kelas yg baik hati dan di gemari banyak orang, dia pintar dan dia sahabat kecilku tapi sebenarnya aku menyimpan rasa padanya, cuma aku memilih bungkam dari pada persahabatanku berakhir dengannya. Dia adalah satu-satunya teman yg aku punya (dirumah ataupun di sekolah) karena aku orang yg tidak mudah bergaul. Karena aku miskin.

*

Jam istirahat siang telah berbunyi, semua murid mengeluarkan bekal atau pergi kekantin untuk makan siang, tapi aku sibuk dengan perutku yg masih sangat keram. Aku sudah bolak balik ke kamar mandi sejak jam pelajaran awal.

Ketika aku buang air kecil ada bercak darah yg ikut mengalir bersama air seniku, ku buka handphone lalu menjelajahi google untuk mencari tahu penyakit apa yg menyerangku saat ini. Rasa panikku semakin menjadi-jadi karena hasil yg di berikan oleh Google adalah hal yg mengerikan.

"Apa kau sakit?" Aku kaget bukan main saat Jungkook sudah berdiri didekatku sambil meraba keningku

"Mwo? nd-nde... Aku sedikit tidak enak badan, sepertinya hari ini aku akan ke dokter"

"Baiklah, tapi aku tak bisa menemanimu karena ada rapat bersama Saem"

"Tak masalah aku bisa sendiri" Jungkook melemparkan senyuman manis lalu mengusak kepalaku sebelum ia kembali ketempat duduknya. Hal kecil itu sangat aku sukai.

Rasa nyeri itu kembali mengusikku, aku kembali berlari ke Toilet. Saat aku mencoba untuk buang air kecil, kali ini bukan bercak lagi yg keluar melainkan darah segar yg mengalir melalui alat vitalku. Dadaku berdegup kencang sekali. Aku kembali kekelas dengan perasaan kacau.

"Ya Park Jimin!" teriakan itu mengagetkanku

"ada Perlu apa?"

"Aku Jung Hoseok,  murid pindahan. Apa kau mengenalku?" ku tatap wajahnya cukup lama

"Aku tak mengenalmu, permisi" kulewati tubuh yg menghalangi jalanku, aku sangat mengingatnya.

Hampir 3 tahun terakhir aku melihatnya di Bully oleh teman-teman dari sekolah lamanya. Ketika pulang sekolah aku selalu mendapati Hoseok di pukuli hingga babak belur, tapi bagiku itu tak penting karena aku tak ada urusan dengannya.

Sepulang sekolah aku bergegas mengayuh sepada tuaku menuju rumah sakit. Dengan perasaan gelisah ku biarkan sang ahli kesehatan itu meraba tubuh serta alat kelaminku.

Sang dokter mengerutkan kening seakan tak percaya, ia menyuruhku berbaring dan membersihkan kemaluanku dengan alat-alat yg ia punya, aku sedikit merintih karena menahan sakit.

"Duduklah" Ujarnya

"Bagaimana dokter?"

"Besok bawa orangtua mu kesini"

"Wa-wae? kenapa dokter?" wajahku sudah pucat sekali

"Kau terinfeksi virus"

"Virus apa dokter?"

"Kau sedang terserang penyakit kelamin anak muda, bawa orangtua mu kesini untuk berobat"

"Huh? do-dokter aku buka anak nakal, pergaulan ku tak bebas, aku tidak pernah berhubungan badan, aku juga tak pernah ke permandian umum. Bagaimana bisa aku tertular penyakit?" Aku menangis tersedu-sedu di hadapan sang dokter.

Langit semakin kelam, aku masih mengayuh sepeda menuju kerumah, tangisan ini tak dapat di hentikan. Aku diusia 15 tahun ini sudah menderita penyakit kelamin? dosa apa yg kulakukan!

Aku memikirkan berbagai cara untuk bisa mendapatkan uang.  Kata sang dokter aku harus mengikuti pengobatan menggunakan laser sebanyak 6-7 kali dan obat salep sebagai pendamping tapi harganya bukan main, anak kecil ini sudah begitu rapuh.

*

Jungkook berjalan dari depan kelas menuju temlat dudukku, ia seperti tahu jika aku saat ini tak seperti biasanya.

"Apa kau masih sakit?" Jungkook mengusapku lembut

Di sudut kelas kulihat Hoseok bersama murid lainnya menatap kearahku dengan pandangan tak suka, aku dapat merasakan jika mereka seperti memojokanku melalui tatapan tersebut.

"Hoseokah... Kau menyukai Jungkook?" seorang murid bernama Namjoon bertanya sebagai teman baru.

"Annii... Aku hanya kagum karena dia perhatian, dewasa dan pintar"

"itu namanya suka" ledek Seokjin yg juga bagian dari genk baru tersebut.

"Tapi sepertinya Jungkook sangat dekat dengan Jimin" Hoseok semakin tajam menatap Jimin

"Mereka hanya berteman"

Aku kembali mendengarkan perkataan Jungkook yg sebelumnya terabaikan karena orang-orang yg bergosip di sudut kelas sana.

"Jeon Jungkook ada yg mencarimu!"

Seorang yg anggun lagi menawan memasuki kelas dengan senyuman bak malaikat yg ia punya, dia adalah salah satu murid terpintar di sekolah ini. Yoongi merupakan dewa keagungan yg sangat di hormati sesama murid maupun guru, ia dekat dengan Jungkook karena mereka merupan perwakilan sekolah mengikuti lombat Matematika tingkat nasional.

"Yoongi ada apa?"

"Pulang sekolah guru memanggil kita"

"Baiklah nanti aku akan menyusul karena ada beberapa tugas yg belum selesai"

"arraseo..." benar-benar bersahaja dan manis sekali seseorang yg berdiri di depanku saat ini, terkadang aku iri karena orang-orang bisa terlahir di keluarga yg baik, sedangkan aku? sangar ironi.

"Dongsaeng!!!" Kegaduhan berdatangan lagi

"Tae aku disini" Yoongi melambaikan tangan pada seorang laki-laki yg akupun tak kenal, hanya beberapa gosip saja yg beredar mengatakan jika ia adalah berandalan sekolah.

"Nugu?" lelaki tinggi itu bertanya intimidasi

"Jeon Jungkook"

"Ahh Aku Kim Taehyung, I'm a Good Boy" dia tipe orang yg sangat periang.

"aahh nde...."

"Jungkook? bukankah dia murid tempo lalu yg hampir membuat saudara kembarku mati?"

"Yaa... Jungkook hanya tidak tahu jika aku alergi pada bunga, jangan salahkan dia. Lagi pula Jungkook yg membawaku ke rumah sakit"

Aku merasa seperti batu diantara mereka, aku tak terlihat oleh siapapun. Aku tahu diri maka dari itu aku akan selalu diam.

"Dongsaeng ayo kita pergi"

"Anyeong Jungkook" mereka menghilang di depan pintu kelas dan lonceng pelajaran sudah berbunyi.

Kim Taehyung dan Min Yoongi adalah saudara kembar hanya saja nasib mereka sedikit berbeda dimana Yoongi lebih unggul dari pada saudara kembarnya hanya saja Taehyung tak pernah mempersalahkan itu dan baginya, mereka berdua tetaplah saudara kembar.

Sepulang sekolah aku berlari secepat mungkin menghindari siapapun karena aku harus kerumah sakit atau klinik untuk memeriksa lebih lanjut tentang penyakit yg kuderita. Karena aku hanya mempunyai sedikit uang jadi kuputuskan ke klinik saja tapi entah kenapa rasa takutku sangat kuat, aku gelisah dan bahkan aku tak sanggup memberitahukan kepada ibuku.

Aku pijakan kaki lemah ini masuki klinik bagian penyakit kelamin remang-remang yg begitu mengerikan, saat kuintip dari balik pintu ada dokter yg siaga tapi nyaliku tak cukup kuat hingga aku berlari keluar dari tempat tersebut.

"Senyum!!!" saat aku masih mengatur nafasku tiba-tiba suara camera ponsel seseorang telah menyorotiku.

Hoseok? sejak kapan dia mengikutiku? mulai sejak saat itu potoku yg berdiri didepan klinik penyakit kelamin telah menyebarkan keseluruh penjuru sekolah.

Gosip yg begitu mengerikan menusuk tubuhku semakin dalam, bahkan tak ada seorangpun yg mau mendekatiku karena takut tertular penyakit yg sama denganku.

Tangisan geram dan rasa sesak di dadaku terus bertambah belum lagi pembullyan yg kuterima, fitnah dari mulut mereka yg sangat luar biasa semakin mengiris jiwa ragaku.

Bahkan Jungkook tak berada di sisiku... Dia memilih bungkam. Aku masih tak sanggup memberitahukan penyakit ini kepada ibu.

"Dia pelacur... Makanya terkena penyakit menjijikan itu"

"mwo? dia berbuat mesum!"

"hina sekali kau!"

"Jangan medekatinya nanti kalian bisa tertular penyakit"

Setiap hari aku mendapatkan perlakuan yg sama, disiram dengan air, di lempar tinta merah, di lempar bola basket,  semua mereka lampiaskan kepadaku. Apa salahku kepada mereka? bahkan pihak sekolahpun tak menolongku.

Hingga suatu hari seseorang yg sangat berisik datang menghampiriku tanpa rasa takut. Tanpa henti ia terus berbicara padaku, mengusiku, mengajakku berinteraksi dan melawan semua ketakutan yg ada di hatiku.

Lagi-lagi mereka membuang tasku ke kubangan kolam berwarna coklat di dekat sekolah. Untuk kesekian kali buku-buku yg kupunya hancur karena basah. Aku mencoba meraih tas satu-satunya yg kupunya.

"Yaaa apa kau mau bunuh diri!! selamah itukah kau?"

"mwo?? yaa jangan menrikku!!" aku berteriak saat dia terus menggapai tubuhku

"Mati tak akan menyelesaikan apapun!"

"aku tidak bunuh diri bodoh!! aku mengambil tas! lagian kolam coklat ini dangkal!"

"Kau berutang terima kasih padaku" Ujarnya lagi sambil tersenyum kotak

"Nde?!" Aku kebingungan menghadapinya

"Aku Kim----"

"Nan arra... Neo Kim Taehyung yg terlahir pada saat mentari terbit di timur"

"Daebak!! kau adalah panutanku saat ini"

"Ya jangan mendekatiku, kau akan tertular penyakit"

"Jinjja? menurutku kau itu keren"

"Maksudmu?"

"Jiminie...  Kau jangan menjadi lemah"

"Kematiaj bukanlah hal yg menakutkan, kehidupanlah yg jauh lebih mengerikan" Aku berpaling dari Taehyung

"Aku mau pulang, Anyeong!" ucapku lagi

Setelah pertemua itu, Taehyung selalu datang menemaniku. Ia sama sekali tak takut padaku bahkan ia selalu membelaku saat semua murid di SMP ini terus membullyku. Taehyung pernah berkata jika mereka mengusikmu maka kau harus membalas perbuatan mereka. Sihir itulah yg membuatku berani menghadapi orang-orang yg tak mempunyai hati.

Saat jam olah raga di mulai, Hoseok sengaja melemparlam bola Volley ke muka ku, tanpa basa basi aku mengambil bola tersebut lalu melemparkan lagi padanya. Hingga wajahnya kesal seperti ingin memakanku.

Pernah juga saat Seokjin menempelkan permen karet di rambutku lalu mereka Namjoon, Hoseok dan Seokjin tertawa lepas. Aku menggunting rambutku yg mereka tempelkan permen lalu ku tempelkan balik pada rambut Seokjin yg membuatnya cukup kaget.

Di saat jam makan siang di kantin, aku baru saja masuk kedalamnya namun semua orang menatapku tak senang, belum lagi ada pria sialan yg sengaja menyenggolku tapi malah dia yg balik menghujatku. Mengatakan aku kotor dan dia bisa tertular penyakit.

"Kau punya mata tidak!!!" teriak sisialan ini

"Kau yg menyenggolku"

"Jauhkan tubuh menjijikanmu itu!! kau sumber penyakit tolol!" Aku tak menjawabnya.

Aku keluar kantin untuk melakukan apapun yg kubisa, ku bawa selang air lalu ku semprotkan pada tubuhnya hingga ia basah kuyup. Aku tak peduli dengan tatapan sini orang-orang padaku.

"Ya Park Jimin!! Hentikaannnn"

"Aku minta maaf!! ya ini dingin!!" teriaknya ketakutan. Aku membuat banjir kantin pada siang hari itu.

"Park Jimin kau gila?! yaa... " Jungkook datang saat aku merasa hampa, ia datang padaku setelah sekian lama.

Jungkook mengambil selang di tanganku lalu membawa benda tersebut keluar kantin, dengan tatapan marah ia melihat Taehyung yg ternyata membantuku untuk membalas orang-orang yg kejam padaku.

"Ya!! kau yg membuat Jimin menjadi seperti ini?!" Jungkook memukul keras harang Taehyung dan pertengkaran itu tak dapat di elakan.

Hingga kami berakhir diruang kepala sekolah, upacara dadakanpun di lakukan karena para guru mengatakan jika aku adalah masalah dari semua ini. Hanya Taehyung yg berdiri bersamaku, membelaku dan melakukan hal-hal konyol agar para guru tak mengoceh lagi.

*

Pagi hari sebelum berangkat sekolah aku memaksa ibu untuk memberikanku uang, aku yg putus asa memerlukan banyak uang untuk mengobati diriku berupaya merogoh saku ibu hingga ia kesal. Aku tak peduli berapa kali ibu akan memukulku, karena hari ini juga sekolah mengadakan study lapangan ke liling museum.

Ibu akan memijat langganan nakalnya sepertia hari-hari lalu. Orang yg kepalanya botak dan berbadan besar, aku pernah melihatnya dua kali tanpa sengaja dan saat itu ia sedang meraba-raba tubuh ibuku. Biasanya setelah pelanggan ibu selesai di pijat maka ia akan mandi di rumahku.

"Ya Nonya Park sepertinya sabunmu habis"

"Masa tuan? aku akan ambilkan isi ulangnya"

"Terlalu lama, aku sudahi saja" Pelanggan tersebut mengambil handuk biru muda yg ada di depan rak

"ini tuan sabunnya, ya!!! kenapa kau menggunakan handuk itu!"

"wa-wae?"

"Aku ambilkan handuk yg lain" ibu mengembalikan handuk biru muda itu ketempat semula.

"hanya handuk saja!! biasanya juga aku menggunakan handuk tersebut"

Lelaki botak yg amat ku benci tetapi ibu bergantung uang padanya agar kami tetap bisa hidup.

Aku sudah duduk di dalam bis nomor 1 tapi perutku kembali nyeri dan aku rasa seperti ingin membuang air kecil. Segera aku berlari ketoilet untuk melegahkan diri tapi darah itu benar-benar banyak. Setelah aku keluar dari toiler kudapati jika bis nomor 1 telah pergi... Mereka meninggalkanku dengan sengaja?

Rasa sakit ini makin menumpuk, saat asaku telah pupus pasti disana ada Taehyung yg menghiburku.

"Yaaa mereka meninggalkanmu?" Taehyung mengolokku lagi

"Aahh jinjja!! aku tak peduli dengan bis itu tapi tasku ada disana!!!" teriakku keras

"Ayolahh aku akan membawamu kesana, tenanglah nahhh itu bis 3 sudah datang" aku menghentakan kaki masuk kedalam bis 3

Sekitar satu jam perjalanan bis yg kami tumpangi telah sampai ke museum wisata,  aku masih terus diekori oleh Taehyung memasuki museum dengan gembira. Tapi pandanganku bertemu dengan dua sejoli yg asik berpandangan dengan lembut.

"Ahh si Jungkook cacing kremi itu sedang mendekati saudara kembarku" Taehyung sangat mengerti saat ia melihat mataku tak berkedip menatap dua orang tersebut

"Meskipun aku tak setuju Yoongi dekat dengannya tapi bisa apa jika mereka nyaman?"

Aku begitu akrab dengan Jungkook, ia sahabatku sejak kecil jadi aku tahu bagaimana ia menatapku dan cara ia menatap Yoongi sangat berbeda. Pandangan mata yg melukiskan jika ia menyukai object di hadapannya saat ini. Aku kesal! hatiku hancur.

Setelah kunjungan yg memuakan itu, kini semua murid kembali masuk ke dalam bus agar kembali ke sekolah. Aku kembali ke bus 1 untuk memastikan tasku yg tertinggal. Namun firasatku tak enak, ku periksa semua barang-barangku dan benar saja jika dompetku yg sebelumnya berisi uang yg ku minta paksa dari ibu telah menghilang.

Aku berteriak keras dan meminta penjelasan kepada semua orang, uang itu sangat penting bagiku.

"Ya Jung Hoseok!!! kau yg mencuri uangku bukan?!" aku benar-benar menggila

"uang?? aahhh ini"  Namjoon menyerahkan sekantong makanan ke tangan Hoseok

"Ups iya... Teman-teman ini jajanan di traktir oleh Jimin. Silahkan kalian nikmati"

Air mataku mengalir begitu saja karena menahan emosi, tanpa pikir panjang kupukul Hoseok dan menghajarnya dengan seluruh tenaga yg kupunya,hingga tubuhnya tertidur di lantai aku tetap terus memukulnya dan menyiram matanya menggunakan benda apa saja yg ku dapat hingga ia menjerit kesakitan dan menangis.

"Ampun!! matakuuu, aku bisa buta"

"Tolooongg" teriaknya dan semua orang sudah memegangi tubuhku

"Ya park Jimin!!! apa yg kau lakukan?!" lagi-lagi Jungkook mendapati aku berkelakuan buruk kepada orang lain. Sebenarnya aku tak seperti ini Jungkookah... Aku bukan monster.

"Bawa Hoseok ke rumah sakit" ujar Jungkook dan ia meraih tubuhku

"sadarlah Jiminah..." ucapnya lalu ia meraih sesuatu dari tanganku yg kugunakan untuk menyiram mata Hoseok tadi.

Sore harinya kepala sekolah memanggilku dan memarahiku karena telah melukai orang lain. Mungkin ibu akan di suruh menghadap kesekolah tapi aku tak peduli terserahlah.

Aku duduk bermenung di tepi danau, sangat sepi dan damai. Aku membenci kehidupan karena mereka tak adil padaku.

"Park Jimin sudah pasti kau disini" suara yg sangat tak asing bagiku

"Mau apa kau kesini?"

"Kau masih kesal?" Jungkook mulai duduk di dekatku

"hmmm"

"Kenapa kau berubah Jiminah? kau bukan seseorang yg ku kenal. Kau bukan orang yg kasar"

"Apa pedulimu huh? apa kau ada di dekatku saat aku terpuruk?? kau hanya bersembunyi! kau bukan temanku kau takut image mu buruk!"

"buka begitu Jiminah"

"Kau tahu? mereka membully ku hiks mereka menghujatku, hiks kau mungkin terlahir dari keluarga yg sempurna!! kau mempunya Mama yg hangat, Papa yg perhatian dan keluarga yg harmonis!! aku cemburu pada kehidupan mu! apa kau menganggapku teman?"

"tentu saja"

"Teman yg bagaimana? teman yg sama seperti Yoongi?"

"ti-tidak... Maaf" Aku mendorong tubuh Jungkook hingga memeluk badanny dan menangis.

"hiks aku ingin terlahir indah, keluarga yg sempurna, kehidupan yg baik, teman yg banyak tapi apa? hiks aku hanya bisa iri, dengki dan menyesali kehidupanku hiks, aku juga ingin jatuh cinta, di sayangi di perhatikan hik!! kau tak tahu bagaimana hatiku"

Tanpa berfikir panjang aku segera berlari meninggalkan Jungkook hanya terdiam. Rasa kesal ini sudah sangat menumpuk. Satu hal yg ku tahu jika itulah hari terakhir aku berbicara dengannya.

*

Pagi hari yg kelam bagi hidupku telah menanti, kegelisan yg terus menumpuk di hatiku kini semakin dalam. Aku mengobrak abrik seisi rumah untuk mencari uang apa saja agar aku bisa mengobati penyakit sialan ini.

Kubuka lemari yg ada di ruang tamu hingga akhirnya putus asa ku berbuah hasil, aku menemukan amplop yg berisikan uang yg begitu banyak, kenapa ibu selalu menyembunyikan ini? kenapa ia begitu pelit padaku? demi uang yg banyak ini ia terus memakiku.

Ku lihat tulisan amplop itu adalah duit yg di siapkan ibu untuk masa depanku. Aku menangis keras, selama ini ibu tak membenciku, di balik sikap keras ibu ternyata di dalam hatinya ia sangat peduli dan menyayangiku, ia mempersiapkan segalanya untuk masa depanku.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka secara paksa, ibu datang dengan kemarahan besar.

"Apa yg kau lakukan!" Ibu memukulku lagi

"aku hiks..." Ibu melihatku memegang amplop tebal dan ia hanya diam

"Sejak kapan!! sejak kapan kau sakit!!" Ibu membentakku dengan lantang bahkan seluruh tetangga mungkin mendengarnya

"Aku di panggil kesekolahmu dan gurumu mengatakan kau mengalami penyakit kelamin? huh!!"

"Ampun Ma... Hiks aku tidak seperti pikiran Mama... Hiks aku tak pernah berpacaran apalagi melakukan sex hiks aku juga tak pernah ke pemandian umum hiks, aku selalu mendengarkan Mama! aku menggunakan pakaian ku sendiri, alat mandiku sendiri dan handukku juga sendiri" Aku menangis tersedu-sedu

"Ha-handuk?" seketika ibu terduduk dengan wajah gusar.

"Anakku ayo kita berobat!!! ayo kita kerumah sakit" untuk pertama kalinya aku melihat mata ibu yg begitu nanar.

Ibu meraih tanganku dengan erat lalu kami berlari bersama menuju rumah sakit, untuk pertama kalinya ku lihat ibu begitu hangat, tangan ibu begitu lembut, dia menggenggam tanganku dan berlari dengan tetesan air mata meski semua tetangga melihat kami.

Hatiku yg kosong menjadi hangat karena ibuku, ibu yg mencintaiku meski ia tak menunjukan hal itu selama ini. Dia ibuku.

Sejak saat itu aku rutin mengobati penyakitku bersama ibu bahkan ibu tak lagi melakukan perkerjaannya sebagai tukang pijat. Ia menjual semua alat2 yg di gunakan untu pijat, ibuku memulai kegiatan barunya untuk menopang hidup kami kelak.

*

Saat mentari hangat menyapa tubuhku, aku berdiri ditengah hiruk pikuk kota, aku di hubungi oleh Taehyung karena ia bilang ada hal penting yg harus di lakukan sehingga aku menuruti kemauannya.

Di perjalanan saat aku mengayuh sepedaku, kulihat Hoseok sedang di pukuli oleh teman-teman dari SMP lamanya, pantas saja kejadian ini sangat familiar. Apa dia melampiaskan rasa terbullynya padaku?

"Jung Hoseok" sapaku dan ia cukup kaget

"J-jangan beritahukan ini siapapun!!!" teriaknya putus asa

"Aku tak mengatakan apapun, kenapa kau takut?"

"Jangan katakan pada siapun atau aku akan membunuhmu!!"

"Lakukan... Bunuh saja aku" Ujarku acuh dan pergi tanpa menghiraukannya lagi.

Sambil menunggu Taehyung datang aku memilih untuk mendengarkan musik dan beberapa kali ponselku berbunyi pesan masuk yg entah dari siapa.

"apa kau kekasih Jungkook? jika betul maka datanglah ke belakang gedung sekolah hari ini"

Begitu bunyi pesan masuknya dan aku hanya mengabaikan pesan tersebut

"Jiminahhh"

"kaget!!!"

"Hahaha... Selamat ulang tahun untukku"

"Mwo? kau ulang tahun? bukannya itu desember?"

"Ohooo kau mengingatnya?"

"Jadinya kau ulang tahun atau tidak!!"

"Hahaha benar ulang tahunku bulan besok tapi karena saudara kembarku akan study keluar negeri selama 3 bulan jadi perayaan ulang tahun kami di percepat" jelasnya

"Ooh... Yoongi maksudmu?"

"Heum... Mungkin saat ini ia akan pergi kencan dengan si cacing kremi Jungkook jadi aku akan kencan denganmu"

"ndee?? Jinjja? baiklah kita akan kemana?" aku tak peduli lagi pada Jungkook, biarlah ia akan menjadi masa lalu.

Aku dan Taehyung mengelilingi taman bermain dan menghabiskan waktu dengan berbagai macam wahana yg ada, aku sangat bahagia saat ini.

Kring!!  Kring!!

"Tae hp mu bunyi"

"Tolong bantu angkatkan untukku"

"Ini dari saudara kembarmu"

"Nde?? berikan padaku"

"ini, tapi batrai ponselmu lemah" benar saja belum telpon itu diangkat Hp Taehyung sudah mati.

"Ya sudah nanti aku akan menghubungi Yoongi" Ujar Taehyung yg masih tetap pokus pada permainannya.

Dua jam setelah aku pulang dari taman kota bersama Taehyung, aku mendengar kabar jika Yoongi meninggal dunia. Aku sangat kaget dan berlari ke kantor polisi dimana saat ini Taehyung berada dengan keluarganya.

Aku juga berdiri sebagai saksi atas kematian saudara kembar Taehyung, bahkan aku juga di tetapkan sebagai tersangka.

Kulihat kepiluak keluarga Taehyung karena terpukul kehilangan anak emas mereka, Yoongi di nyatakan mati tepat di malam saat aku menghaniskan waktu bersama Taehyung.

Yoongi di temukan jatuh dari gedung lantai 5 di sekolahku, gendung yg sudah tua dan ia kesana sesuai dengan SMS yg masuk ke ponselnya.

Malam itu Yoongi akan pergi berkencan dengan Jungkook bahkan sang kekasih telah menunggu didepan caffe dimana Jungkook setia menanti Yoongi. Namun berapa lama waktu berlalu Yoongi juga tak terlihat.

Terakhir kali Yoongi menghubungi Jungkook melalui pesan chat adalah saat Yoongi bilang jika ia akan bertemu dengan ku dulu di belakang sekolah. Padahal aku tak menghubungi Yoongi punya nomornya saja aku tidak, yg perlu di ketahui bahwa aku juga mendapatkan pesan dari seseorang yg tak ku kenal. Dan pada malam itu Yoongi menelpon Taehyung karena memerlukan pertolongan, tapi apa? ponsel Taehyung kehabisan batrai. Disinilah kesedihan mendalam bagi semua pihak termasuk aku.

Taehyung menatapku dengan penuh air mata, aku di tahan oleh polisi untuk memberikan kesaksian atas pesan yg mengatas namakan aku. Mungkin Taehyung akan membenciku setelah ini begitupun Jungkook yg memalingkan wajah saat melihatku di kantor polisi.

"Hiks Taehyungah... " suaraku sudah sangat parau

Taehyung membopong ibunya yg sudah lemah menerima nasib anaknya, sedangkan aku disini seperti orang bodoh karena di tuduh sebagai tersangka utama atas tuduhan kecemburuan kepada Yoongi yg sudah berpacaran dengan Jungkook. Jadi aku balas dendam dengan cara membunuh Yoongi.

"Hiks aku bukann.... " suara ku sudah sangat bergetar hebat

"Jungkook aku-aku tidak membunuh Yoongi..." aku menangis sebisaku

Pihak kepolisan belum bisa menahanku dan terus menyelidiki kasus kematian tersebut termasuk pesan-pesan yg ada di hpku.

Kehidupan terus berlanjut, aku tetap berani datang kesekolah meski teman-teman mencaci makiku, menuduhku pembunuh dan meludahi setiap langkahku.

Kali tak ada yg membelaku sama sekali, tak ada Jungkook ataupun Taehyung. Kulihat Jungkook hanya bermenung mengingat kebersamaannya dengan Yoongi sedangkan Taehyung tampak menyesal karena tidak bisa melindungi saudara kembarnya.

"Pembunuh!!!"

"Aku tidak!!! aku tidak membunuhnyaaa" aku delalu berteriak keras saat mulut tajam orang-orang terus menuduhku tanpa ampun.

"Mana ada maling yg mau ngaku? pembunuh tetaplah pembunuh!"

Beban batin yg ku derita sangatlah berat. Aku bahkan merasa jika hidupku tak berguna lagi, tak akan ada orang yg akan mempercayaiku. Apa yg harus kulakukan? apa harus mati untuk membuktikannya?

*

Pagi hari yg begitu mendung,  semendung hatiku saat ini. Ku berjalan dari dalam ruang kelas yg begitu sesak karena hinaan, cacian, dan pukulan keras dari semua orang, menuntun jalanku untuk bertekad bulat jika aku harus mengakhiri hidup.

Aku berjalan tanpa henti hingga langkahku berdiri di tengah bebatuan di tepi danau di dekat sekolahku. Angin kencang menerpa tubuhku seakan menyambut kedatanganku untuk mengakhiri hidup.

Air mataku mengalir deras, dadaku sesak dan aku terus memukuli diriku karena kehidupan yg begitu menyakitkan.

"Yaaaaaaa!!! Park Jimin!!! apa yg kau lakukan!!!" beberapa orang mulai berteriak karena melihatku berdiri diatas bebatuan yg siap loncat kapan saja.

"Tolooong!! seseorang hentikan Jimin!! dia mau bunuh diri"

"Jiminah!! Andwe!!!!"

"Jangan konyol Park Jimin! matipun tak akan mengubah segalanya"

Teriakan itu terus terdengar hingga orang-orang sudah berdiri di tepi danau, mereka terlihat cemas bahkan ada yg tertawa menyaksikan kenekatanku.

"Dia pantas mati karena dia membunuh Yoongi"

"Biarkan saja di lompat!"

"Hei hentikan Jimin!! stop meyudutkannya!"

"Selamatkan dia dulu!! Panggi guru!! ayo cepatt!!"

Pikiranku sudah kalut, pandanganmu ku hitam menatap awan. Aku tak peduli dengan kematian karena hidup lebih menakutkan.

Saat aku menoleh kebelakang baru kusadari jika hampir seluruh siswa di sekolahku berdiri dengan cemas menataku di ketinggian diatas bebatuan.

"Park Jimin kemarilah!!"

"Biarkan dia mati!"

"Jangan konyooolll" begitu terus mereka bersahutan.

Aku menangis kuat, kulihat wajah orang-orang yg menertawakanku, senyuman yg menghujatku, seruan yg mengejekku, Sekali lagi aku berteriak keras.

"AKU TIDAK MEMBUNUH MIN YOONGI!!! AKU TIDAK MEMBUNUHNYAAAA!"

"Apa kalian pantas menuduhku pembunuh? apa kalian pantas menghinaku?" aku mencoba mengungkapkan seluruh isi hatiku.

Kulihat Jungkook berdiri di tengah dan mentapku cemas, tapi matanya kosong mungkin ia masih memganggapku sebagai pembunuh. Kulihat Taehyung berdiri di barisan paling terdepan dan menatapku dengan kegusaran.

"Jimin tidak membunuh Yoongi" teriaknya pada teman yg lain

"Ya Kim Taehyung sadarlah!!! dia membunuh saudaramu!" Disaat-saat terakhir Taehyung masih mau membelaku.

"Kalian semua adalah pembunuh" ujarku

"kalian semua sudah melakukan kejahatan! seharusnya kalian juga mendapatkan atas apa yg kalian lakukan" mereka menatapku sendu

"Kau, kau dan kau! apa kau kalian tak merasa bersalah saat kalian melakukan tindakan kejahatan? kalia menyiramku, menendang bola padaku, kalian menyiksaku tanpa ampun! tapi kalian tahu apa kesalahanku?"

"Sekarang kalian sudah berfikir? Kau- kau dan kau! apa aku pernah menyakiti kalian? hiks apa aku pernah menyebarkan aib kaliaj sehingga kalian menyebarkan penyakitku? apa kalian tahu bagaimana aku mengobati penyakit ini!? Bagaimana jika itu terjadi padamu heum?"

"Kau!! kau mengatakan aku murahan, aku pelacur, aku mesum, aku kotor! apa kau sebersih itu? kalian yg pacaran, kalian yg main nakal tapi kenapa kali menuduhku tanpa bukti? hiks itulah kejahataj yg kalian lakukan!"

"Memangnya kau tahu apa yg kulakukan? aku juga tak ingin mempunyai penyakit sialan ini hiks dan tentang Yoongi... Hiks aku tidak tahu siapa yg membunuhnya... Aku tidak tahu bagaimana Yoongi mati!"

"Hiks aku tidak tahu siapa yg membunuh Yoongi hiks tapi kalian tahu siapa yg membunuhku" Kupaling wajahku dsri muka bersalah mereka lalu dengan percaya diri aku berlari.

Tanpa fikir panjang aku berlari diantara bebatuan hingga ujung tebing dan aku melompat... Tak terdengar lagi suara teriakan orang-orang yg memanggilku....Aku merasakan kedamaian air yg menyapa tubuh kecilku. Aku tenggelam bersama luka di hati...

"Ya Park Jimin!!!!! Toooollllooonggggg"

"Jiminahhhhh"

BYUURRR!!!

Hilang... Sunyi... Sepi... Ibu Maafkan anakmu yg pergi tanpa seizinmu, terima kasih telah memberikanku kebahagian di detik terakhir hidupku. Aku menyayangimu.

Di kedalaman danau mataku terpejam  hingga nafasku terasa sesak.

Saat titik sedaranku sudah mulai hilang kurasakan tangah seseorang meraih tubuhku, tapi setelahnya aku sudah tak menemukan diriku lagi... Mungkin aku sudah mati dan berada di tempat yg aman.

"Kim Taehyung!!! Kim Taehyung ikut melompaattt cepatlah panggil ambulance"

"Jungkook!! tolong lakukan sesuatu, Jimin sudah tenggelam dan Taehyung mencoba menyelamatkannya"

"Tolong tenanglah, aku yakin Taehyung akan menyelamatkannya" Jungkook menunggu dengan penuh harap di tepi danau bersama teman dan para guru lainnya, berharap dan berdoa agar mereka berdua muncul kepermukaan dan dapat di selamatkan. Semoga.

TAMAT

Cerita ini terinspirasi dan di angkat dari sebuah film movie chinese yg berjudul

"Cry Me a Sad River"  yang merupakan sebuah novel karangan yg sangat memukul hati para pembacanya.

Jika kalian ingin menonton kisah diatas bisa langsung ke youtube yah dan mohon maaf jika di ff yg Qara buat ceritanya agak di singkat atau ada perbedaan.

Intinya sih ini pelajaran untuk kita semua agar saling menjaga, menyayangi dan tidak melakukan tindakan pembullyan kepada sesama.

Semoga kalian terhibur

Qara Mizuki

avataravatar