webnovel

Angkasa dan Lily

Simpan dulu di coll kalian, siapa tahu suka^^ 18+ di vol2 * Kamu tahu? Lily itu gak akan bisa tumbuh di Angkasa. Kenapa? Karena Lily gak diciptakan untuk Angkasa. Aku tahu, Lily memang gak bisa bertahan hidup di Angkasa. Dan Lily memang gak diciptain buat ada di Angkasa. Tapi Lily akan buat Angkasa jadi milik Lily. Mereka adalah dua hal yang sangat tidak mungkin untuk bersama, namun takdir menjadikan mereka bertemu dan menjadi dekat. Lalu menjauh dan menjadi dekat kembali. * Jika kalian suka cerita yang ringan, silahkan mampir ya :)) Ini cerita remaja yang dibumbui dengan bumbu istimewa atau tidak biasa Dan merupakan cerita pertama yang aku terbitkan di Webnovel Vol 1 : 1-295 Vol 2 : 296-sekarang Cover by apgraphic_ Terima kasih! mohon dukungannya! Chuuby_Sugar

Chuuby_Sugar · Teen
Not enough ratings
443 Chs

69. Bangga

Sudah lama semenjak Angkasa bisa tidur senyenyak ini. Sebelumnya Angkasa mengalami kesulitan tidur karena tertekan berada dirumahnya sendiri, bahkan setelah seharian lelah beraktivitas sebagai murid dan model.

Tapi semalam, tidurnya terasa sangat nyenyak berbeda dengan malam-malamnya yang lain. Walaupun bisa dihitung Angkasa hanya tertidur selama lima jam, tapi tidurnya seperti  memiliki kualitas tidur delapan jam.

Angkasa tersenyum melihat alasan dibalik tidur nyenyaknya semalam. Lily, sosok gadis bertubuh kecil beraroma manis dan berwajah cantik ini telah membuat hidup Angkasa menjadi sangat berwarna setelah sekian lama bagaikan televisi hitam putih.

Sosok gadis yang membuat Angkasa ingin melindunginya sejak pertemuan pertama mereka. Juga gadis yang mampu membuat Angkasa jungkir balik mengkhawatirkannya.

Angkasa menyingkirkan rambut Lily yang menghalangi wajah pucatnya. Bahkan seperti inipun, Lily sangat cantik bagi Angkasa.

Terganggu dengan sentuhan ringan yang Angkasa ciptakan pada wajahnya. Lily membuka matanya perlahan.

"Pagi." Sapa Angkasa, namun Lily justru meringsek masuk kedalam pelukan Angkasa dan menyembunyikan wajahnya.

Angkasa terkekeh. "Ayo bangun, sekolah. Kok malah meluk-meluk gini."

"Nanti kamu lihat wajah bantal aku, apalagi aku habis nangis semaleman." Angkasa mengecup pucuk kepala Lily.

"Tetep cantik kok."

Lily mendongak menatap mata Angkasa, berusaha mencari setitik kebohongan pada mata Angkasa. Ah sudahlah, Lily bukan peramal.

"Bangun yuk, nanti tante marah kalau tahu kita tidur bareng gini." Lily mengangguk, kemudian melepaskan pelukannya pada Angkasa. Entah mengapa rasanya sangat tidak rela untuk melepaskannya.

Lily mengambil sisir untuk merapikan rambutnya yang berantakan. Angkasa enggan bangkit dari ranjang, memilih mengamati Lily dari sana.

Rasanya seperti sepasang suami istri yang baru saja terbangun dari tidur. Angkasa segera menyingkirkan fikiran ngawurnya itu.

"Kamu mandi pakai kamar mandi sini ya, biar aku pakai yang di kamar mandi kak Sean."

Lily mengangguk patuh.

*

Sean menatap dua bocah yang lebih muda tiga tahun darinya ini dengan tajam. Mereka makan dengan lahap sekali.

"Kak Sean gak makan?" Tanya Lily pada Sean yang terus memperhatikannya makan. Lily kira Sean menginginkan makanannya.

"Kak Sean mau?" Tawar Lily, memuat Angkasa mendelik. Angkasa menarik tangan Lily yang maju menyodorkan makanan pada Sean.

Sean tersenyum kecut. "Kakak udah makan kok tadi sama papa."

"Om Aska udah berangkat?" Tanya Angkasa.

"Ya iyalah, diseret sama mama biar gak mergokin kalian lagi tidur." Lily mendelik, dirinya sangat malu sekarang.

"Kalau gak gitu kalian yang diseret papa ke KUA." Tambah Sean yang membuat Lily maupun Angkasa menghembuskan nafas lega.

"Sebenernya gak apa-apa sih, toh aku gak masalah kalau sama Lily." Baik Lily maupun Sean melotot mendengar ucapan Angkasa.

"Kok gitu, aku masih mau sekolah." Protes Lily, Seanpun mengangguk setuju dengan ucapan Lily.

Angkasa tertawa sembari mengacak-acak rambut Lily gemas. Tentu saja ucapannya hanya bercanda, walaupun secara materi Angkasa mampu untuk menopang hidup Lily.

"Tante." Ucap Lily begitu melihat Ida datang.

"Eh, kalian udah bangun."

"Tante maafin Angkasa sama Lily ya?" Ida menatap keduanya penuh rasa heran.

"Buat apa?"

"Buat yang semalem." Ida tertawa kecil.

"Kayak tante gak pernah muda aja. tante sih percaya sama kalian."

"Makasih juga udah bantuin kita biar om Aska gak tahu."

"Iya, lain kali jangan diulangi lagi, kalau ditempat lain terserah." Lily terbatuk-batuk karena tersedak oleh minuman yang baru saja masuk kedalam tenggorokannya.

"Kok mama bilangnya gitu!" Protes Sean tidak terima.

"Ya gak apa-apa dong." Ucap Ida sembari terkikik geli melihat anaknya yang terlihat menahan marah karena cemburu dengan sepupunya.

"Oh iya Ly, nanti kalau mama kamu mau ngomong sama kamu, kamu diem aja ya. Jangan dibantah, namanya orang tua pasti khawatir kalau anaknya gak pulang meskipun dia sendiri yang minta. Apalagi kamu nyembunyiin hal yang harusnya kamu diskusikan sama orang tua." Lily menganggukkan kepalanya. Angkasa tersenyum melihat perasaan Lily sudah lebih baik saat ini.

"Makasih tante, buat semuanya."

"Ya udah, kalau udah selesai makan, cepet berangkat sekolah ya. Nanti telat."

*

Lily dan Angkasa sama-sama berlari mengejar pintu gerbang yang hampir ditutup. Angkasa menggenggam tangan Lily agar lari mereka jauh lebih cepat.

"Ayo Ly." Lily tersenyum, ketika Angkasa mengulurkan tangannya lagi saat genggaman mereka terlepas.

Lily tertawa mengingat bagaimana Angkasa hendak membayar bus dengan kartu debitnya. Yang berakhir diusir dari bus dan membuat mereka berlari-larian seperti ini.

"Kenapa ketawa?"

"Gak apa-apa cuma keinget aja sama tindakan bodoh kamu tadi." Angkasa mengacak-acak rambut Lily dengan gemas, membuat Lily melayangkan protes karena sudah kedua kalinya dihari ini rambut pendeknya berantakan karena ulah Angkasa.

"Nanti kita telat. Ayo!" Tanpa ragu, Lily meraih kembali tangan Angkasa yang sempat terlepas itu.

Baik Angkasa maupun Lily terengah-engah saat mereka akhirnya berhasil menerobos pagar yang hampir tertutup bersama beberapa siswa lain.

"Kalian lagi!" Ujar Bu Santi jengah melihat Angkasa dan Lily yang tengah membentuk barisan diantara siswa lain yang terlambat.

"Eh iya bu." Ucap Lily sambil menunjukkan dertan gigi putihnya.

"Telat masih bisa senyum ya, Angkasa langsung masuk ke aula ya. Lily kamu ikut yang lain buat dapat hukuman."

"Loh, kok Angkasa enggak bu?!" Ujar Lily, bersamaan dengan anak-anak lain yang protes dengan keistimewaan yang Angkasa dapatkan.

"Angkasa mau mengikuti pemantapan olimpiade sama perwakilan dari sekolah lain. Kalau kalian mau, otak kalian harus sepinter Angkasa dulu!"

"Uuuu!" Teriak anak-anak lain saat mendapat wejangan tak berguna dari Bu Santi. Menyadari, kemampuan otak mereka yang cetek.

"Kamu Ly! Kenapa senyum-senyum."

"Bangga aja bu." Sontak Angkasa menoleh pada Lily yang ternyata sedang menatapnya.

Dengan cepat Bu Santi memukulkan buku pada kepala Lily dengan sangat pelan, namun tetap saja menimbulkan efek terkejut bagi Lily.

"Banggalah kalau kamu yang pergi ke olimpiade." Semua anak-anak yang melihatnya tertawa.

"Orang lain yang pergi kok malah bangga, gimana ceritanya." Gumam Bu Santi. "Udah, selain Angkasa bisa langsung ambil sapu dan sapu halaman sekolah yang super luas itu sampai mengkilap."

Tidak ada bantahan, hanya ada suara helaan nafas pasrah yang mulai melaksanakan hukuman mereka.

"Bu, saya minta waktu sebentar mau bicara sama Lily." Lily yang sudah memegang sapu lidipun menoleh saat namanya disebut.

"Oh, silahkan."

Angkasa segera menarik Lily sedikit menjauh dari keramaian.

"Kenapa?" Angkasa menyelipkan kartu debitnya ke saku rok Lily.

"Beliin sesuatu buat mama kamu, jangan sampai mama kamu marah kelamaan." Lily ragu menerimanya, jika Lily sudah berstatus sebagai seorang istri mungkin Lily akan dengan senang hati meluncur pergi ke salon dan ke mall.

"Tapi kok pakai..."

"Gak apa-apa."

"Makasih ya Sa. Buat tadi malem juga." Angkasa menangkup sebelah pipi Lily. Lily mengalah, tapi bukan berarti Lily akan benar-benar memakainya.

"Semangat ya, inget kalau aku selalu dukung kamu."

"Iya, kamu yang semangat nyapu halamannya."

Lily tersenyum lembut. "Udah sana pergi, keburu dimulai pemantapannya. Jangan lirik-lirik cewek yang lebih pinter dari aku." Peringat Lily yang membuat Angkasa geleng kepala bukan main. Masih sempat saja Lily memikirkan hal seperti itu.

"Mana bisa.." Lily tersenyum, dikala Angkasa mencubit kedua pipinya. "Kan aku udah punya pawang yang super cantik gini."

Jangan lupakan tatapan tajam Bu Santi yang sedang mengawasi mereka.

Jangan lupa komen dan beri power stone!

eeeh, jangan lupa follow ig author @chuuby_sugar buat dapat info terbaru atau spoiler dari otor langsung yak!

Chuuby_Sugarcreators' thoughts