webnovel

63. Sepupu?

"Lihat tuh, udah punya Sky malah jadi babunya si cupu."

Kata-kata itu yang selalu Lily dengar hampir setiap hari saat dirinya membawa dua bungkus nasi dan dua es teh ketika jam istirahat tiba. Ini dilakukan Lily untuk membantu Angkasa yang tidak sempat ke kantin. Karena Angkasa mengikuti pembelajaran tambahan untuk olimpiade yang sebentar lagi akan diadakan.

Siapa lagi jika bukan Gita dan kawan-kawannya yang mengatakan hal menjijikan seperti itu. Lily memilih mengabaikan ketimbang harus menanggapi ocehan mereka yang tidak tahu hal yang sebenarnya. Bahwa, Sky dan Angkasa adalah orang yang sama. Oh, Lily ingin meneriakkan itu dengan kencang tepat didepan muka mereka.

Lily kira orang-orang seperti mereka tidak memiliki rasa jera atau semacamnya. Bahkan setelah Lily memberi pelajaran pada mereka, mereka tetap berani mengatakan hal-hal seperti itu.

"Ayo Ly." Yuli menggandeng tangan Lily untuk segera pergi dari kantin. Ya, semenjak Lily menjadi terkenal, mereka jarang berkumpul di kantin lagi. Melainkan makan dikelas mereka masing-masing.

Sebelum pergi Yuli sempat memutar bola matanya sinis kearah Gita.

Saat hendak berbalik pergi, seseorang mencekal tangan Lily. Pandangan Lily jatuh pada Angkasa yang mencegahnya pergi dari kantin.

"Kita makan disini aja." Lily mengernyit, kenapa tiba-tiba? Ah, pasti mulut ember Doni yang mengatakan hal aneh seperti Lily diganggu, sama seperti saat kejadian Lily dan Intan beberapa waktu lalu.

Lihatlah senyum jahil Doni yang berdiri tak jauh dari mereka. Lily mengumpat dalam hati karena Doni mengganggu jam belajar Angkasa karena masalah kecil ini. Siapa lagi yang akan memberitahu Angkasa jika Lily diganggu?

"Kamu gak belajar?"

"Bolos sekali gak bakal bikin aku bodoh. Aku lebih gak suka kamu diganggu." Benar dugaan Lily. Angkasa menarik Lily dimeja yang sudah Rena tempati bersama Doni. Yuli tersenyum lega dan mengikuti keduanya dari belakang.

"Aku gak apa-apa Sa. Kamu bisa lanjut belajar lagi."

"Aku yang apa-apa. Kamu gak selalu nyimpen semua masalah kamu sendiri. Kamu buat aku khawatir." Lily mengulum bibirnya, mencoba menahan tangisnya. Entah mengapa akhir-akhir ini dirinya lebih emosional. Oh ya, Lily memang sudah emosional sejak dulu.

Sedangkan Rena, Yuli dan Doni menatap keduanya dengan malas. Maksud mereka kenapa harus ada adegan manis didepan mereka yang jomblo. Ah hampir lupa, Lily dan Angkasa kan tidak berpacaran. Kita ganti kata-katanya. Kenapa harus ada adegan manis di depan mereka yanag tidak punya gebetan?

Yuli menepuk tangannya dengan keras, membuat semua orang menatapnya dengan fokus.

"Yuk kita mulai makan! Biar Angkasa cepet balik belajar. Rena sama Doni ke aktivitas OSIS mereka.."

"Kita lagi nganggur." Sela Doni namun tidak digubris oleh Yuli yang terus mengoceh.

"Dan aku yang kembali ke aktivitas tidur rutin aku." Yuli tersenyum puas bisa mengeluarkan isi hatinya dan melihat semua teman-temannya mulai membuka bungkusan nasi mereka.

"Yah, aku salah ambil. Aku dapet nasi goreng padahal pengen nasi kuning." Ucap Lily sesekali melirik nasi kuning milik Angkasa.

"Tuker mau? Tapi punyaku udah aku makan satu suap." Lily mengangguk semangat dengan tawaran Angkasa. Angkasa memutar bungkusan nasi mereka untuk menukarnya.

Yuli menatap Lily ngeri yang memakan tanpa masalah dengan sendok yang digunakan Angkasa tadi.

Tiba-tiba Rena terbatuk-batuk karena tersedak oleh sesuatu. Dengan sigap Doni memberi Rena minumannya saat melihat es teh milik Rena sudah kandas.

"Makasih don. Tadi kayak ada garem yang gak kecampur, asin banget rasanya." Doni mengambil tisu yang ada ditengah meja dan mengusap dagu Rena yang basah karena es teh.

Yuli terbengong. Tolong hentikan ke-uwu-an ini.

"Aku hampir lupa. Kamu gak apa-apa Ly deket-deket aku?"

"Gak apa-apa dong. Kayaknya obat baru yang dikasih dokter Mita lebih manjur deh." Lily tersenyum sumringah, hampir melupakan satu permasalahan itu. Walaupun obat yang sekarang dosisnya lebih kecil, tapi cukup untuk membuat Lily tenang, aman dan terkendali. Eh.

Angkasa membelai lembut pipi Lily yang menggembul karena senyumannya.

"Tolong dong, kalian jangan kayak gini didepan gue yang malang ini."  Protes Yuli.

"Iya, kalian gak keganggu gara-gara di lihatin apa?" Bela Rena menatap Angkasa dan Lily bergantian. Banyak tatapan tak suka yang dilemparkan pada meja ini.

"Kamu juga Ren." Rena membelalakkan matanya. Bibir Yuli sudah manyun sepanjang lima centi.

"Kok aku?" Tanya Rena tidak mengerti.

"Ya lo sama Doni, sama aja kayak Angkasa sama Lily." Nafas Yuli naik-turun.

"Eh, tapi aku sama Doni kan cuma temen aja loh. Kan aku juga disini gara-gara temenan sama kamu sama Lily juga."

"Iya, Rena juga kan sepupu gue." Ucap Doni yang membuat Yuli dan Lily tecengang. Sedangkan Angkasa hanya terdiam karena memang sudah tahu semenjak masuk kekelasnya.

"Sepupu?" Tanya Yuli dan Lily serempak.

"Iya. Kalian kudet banget sih." Jawab Rena.

"Kamu kok gak bilang Sa?" Ujar Lily pada Angkasa, ada sorot kekecewaan pada nada Lily. Tidak memberikan jawaban, Angkasa malah mengusap-usap rambut Lily gemas.

"Lagian ya, gak bakal gue biarin nih anak ngintilin gue kemana-mana kalau bukan sepupu gue. Jadi kalian jangan mikir yang macem-macem." Tambah Doni, membuat Yuli dan Lily mengangguk mengerti. Inilah sebabnya Rena selalu ada dimanapun Doni berada seperti buntut.

"Pokoknya walau sepupu gak boleh gitu lagi didepan gue!"

"Salah sendiri suka sama yang berondong." Ejek Lily yang diangguki setuju oleh Angkasa.

"Kamu gak ngerestuin aku Ly?" Lily mengangkat bahunya acuh. Enak saja main beri restu pada adiknya yang masih imut-imut. Tolong katakan Lily buta. Aster sudah tidak imut-imut lagi. Masa pubernya kelewat awal hingga membuatnya memiliki tubuh yang setara dengan Sean dan Angkasa.

Yuli menatap keempat temannya garang.

"Ih tau ah." Yuli bangkit dan pergi begitu saja tanpa menyentuh sedikitpun makanannya. Teriakan dan panggilan dari keempatnyapun sama sekali tak digubris oleh Yuli.

Lily tertawa puas bisa mengejai satu temannya itu.

"Si Yuli mau nikah sama bapak lo Ly?" Lily melempar sendoknya tepat mengenai muka Doni.

"Sembarangan kalau ngomong. Papa gue tuh sama tante Gita."

"Uuuu." Doni menutup mulutnya, pura-pura terkejut.

"Udah akrab nih sama mama angkat." Ejek Doni.

"Enak aja! Enggak." Lily merengut tidak suka.

"Proses cerai mama sama papa kamu belum selesai ya Ly?" Tanya Rena memastikan karena belum mendapat kabar tentang itu akhir-akhir ini.

"Iya nih. Aku juga gak tahu kenapa bisa lama." Jujur, Lily masih berharap jika keluarga mereka bisa bersatu kembali.

Lily tersenyum saat Angkasa menggenggam sebelah tangannya dan melanjutkan aktivitas makannya. Inilah yang membuat Lily nyaman bersama Angkasa. Hal sekecil apapun yang Angkasa lakukan untuknya terasa sangat berarti untuknya.

"Oh iya Ren, tuh es teh Yuli ambil aja. Punya lo kan habis tuh. Biar nasinya aja gue bungkus lagi, tuh anak pasti kelaperan nanti." Rena mengangguk paham, langsung menyeruput es teh yang masih penuh itu.

Perhatian Lily beralih pada Angkasa yang masih fokus makan dengan tangan kirinya yang menggenggam tangan kanan Lily.

"Sa. Aku gak bisa makan kalau gini." Lily mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Angkasa. Dengan sigap Angkasa menyendokkan nasi kuning milik Lily dan menyuapkannya pada Lily. Mengingat sendok Lily sudah mendarat di lantai semenit lalu setelah dilemparkannya pada Doni.

"Btw, lo kok panggil Angkasa pakai Sa sih Ly." Protes Doni.

Lily menelan bulat-bulat nasi kuning yang masih sedikit kasar di mulutnya.

"Lah? Terus apa dong? Ang?" Nama itu tidak asing ditelinga mereka.

"Avatar dong."

"Hush. Dilarang sebut merk."

Jangan lupa tinggalkan komentar dan power stone!

Selamat membaca untuk kalian

love love love

Chuuby_Sugarcreators' thoughts
Next chapter