1 Chapter 1

Aku berdiri di tengah kegelapan. Di sini sangat gelap, aku bahkan tidak bisa melihat telapak tanganku sendiri. Sebuah cahaya api muncul sekitar dua puluh meter di depanku, seperti sebuah lilin yang menyala di kejauhan, cahaya itu berlahan semakin terang, lilin itu seakan berubah menjadi obor dan memperlihatkan ku sebuah patung yang tadi disembunyikan kegelapan.

Aku memperhatikan patung itu dengan seksama, terlihat seperti patung malaikat yang biasa ada di gereja, sebuah patung berbentuk seperti manusia bersayap setinggi tiga meter yang menggunakan jubah bertudung. Patung itu menempelkan kedua telapak tangannya, mengangkatnya sejajar dengan dadanya, dan menundukkan wajahnya yang tertutup tudung, membuatnya terlihat seperti seorang biarawan yang sedang berdoa atau mendengarkan doa jama'ah gereja. Aku ingin menghampiri patung itu, tapi cahaya kian meredup dan menghilang, mengembalikan ku kedalam kegelapan, dan menyembunyikan patung itu kembali.

Tak berselang lama cahaya lilin itu muncul kembali, kini jaraknya lebih dekat, mungkin sekitar lima belas meter di depanku. Cahaya itu berlahan semakin terang, kembali menunjukan ku sebuah patung yang lain, kali ini patung itu seperti sedang membabtis seorang wanita, sembari memegang kepala patung wanita yang terduduk di hadapannya, dan satu tangannya menunjuk ke langit.

Cahaya kembali menghilang, dan muncul kembali di jarak yang lebih dekat, mungkin sekitar sepuluh meter di depanku. Sekarang patung itu berdiri dibelakang patung wanita, sembari menggenggam pundaknya,sementara patung wanita berdiri di depannya, dengan wajah tanpa ekspresi.

Cahaya kembali menghilang, dan muncul di jarak lima meter di depanku, sekarang patung wanita tersungkur didepan kaki patung malaikat itu, dan malaikat itu hanya menatap patung wanita yang terlihat tak berdaya itu tanpa berekspresi.

Cahaya menghilang sekali lagi, kali ini cahaya itu muncul sangat dekat denganku, aku berdiri tepat didepan patung malaikat itu, tapi patung wanita itu tidak ada, hanya patung malaikat itu seorang diri. Patung itu hanya berjarak satu langkah dari ku, menundukkan wajahnya tepat kearah ku, seakan menatapku dari balik tudung yang menutupi setengah wajahnya itu. Satu tangannya terulur padaku seolah menawarkan ku bantuan, dan satu tangannya masih menunjuk langit, aku hanya berdiri terpaku menatap wajah patung itu, aku merasa bahwa berlahan wajah patung itu berubah, mengubah tatapannya menjadi marah padaku, dan berlahan telapak tangan patung itu berbalik, sekarang tangannya seakan ingin meraihku.

Cahaya kian meredup dan hilang, mengembalikan ku kedalam kegelapan sekali lagi, semuanya kembali sunyi, hanya ada aku ditengah kegelapan, yang masih bingung akan apa yang sedang terjadi, dan tiba-tiba aku mendengar suara tetesan air di kejauhan, aku berusaha mendengarkannya, ada suara lain yang samar dibalik suara tetes air itu, aku berusaha memfokuskan telingaku pada suara samar itu, berusaha mendengarkan suara itu dengan lebih jelas, sekarang suaranya seperti orang yang sedang bicara, semakin aku berusaha mendengarnya suara itu semakin jelas, sekarang suara itu seperti suara seorang wanita yang bernyanyi nyanyian gereja dengan bahasa yang tidak aku mengerti, tapi aku tetap berusaha mendengarkannya, dan tiba-tiba suara itu menggema sangat keras, seperti dia meraung dan meneriakkannya tepat dibelakang ku.

Aku terbangun ditempat tidurku, tubuhku terguncang karena terkejut, aku menoleh kesamping ku, ada seorang wanita tak berpakaian yang tidak aku kenal, tidur di ranjang ku, dan saat itu juga kepalaku terasa sakit, aku memegangi kepalaku berusaha menahan sakit dan mengingat apa yang sedang terjadi, perlahan aku mulai mengingatnya.

"Aku pergi ke club tadi malam dan mabuk, setelah itu aku tidak mengingat apa yang terjadi, tapi sepertinya aku melakukan sex dengan wanita ini." Pikirku, seraya menoleh kembali melihat wanita itu.

Aku bangun dari tempat tidurku, mengambil pakaianku dari lemari pakaian dan berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahku dengan air dingin di wastafel, lalu berjalan ke dapur, mengambil sebotol air dari lemari es dan menegaknya.

Kepalaku kembali terasa sakit, aku memegangi kepalaku dengan sebelah tanganku berusaha menahan sakitnya, sementara tangan yang lain menyanggah tubuhku ke meja kitchen set di depanku.

"Sepertinya kau terlalu banyak minum ya semalam." Sahut sebuah suara didalam kepalaku.

"Jangan bicara, kau hanya membuat kepalaku semakin sakit!" jawabku.

"Baiklah, jika itu mau mu!." Jawabnya dengan nada yang terdengar seperti gadis yang merajuk.

Untuk beberapa saat suasana menjadi sunyi, hanya detak jam dinding dan suara dengung pelan lemari es yang dapat aku dengar, perlahan rasa sakit di kepalaku mulai menghilang, aku kembali menegak air di botol, dan mengembalikannya kedalam lemari es. Aku duduk di kursi meja makan, menghisap sebatang Marlboro , entah mengapa badanku terasa sangat letih, mungkin karena aku terlalu banyak minum alkohol malam tadi, aku teringat akan wanita yang sedang tidur di kasurku, aku masih tidak dapat mengingat siapa dia.

"Hey, siapa wanita yang tidur di kasurku itu?"

"…" suara itu tidak menjawab.

"Hey! Kau tuli ya?" tanyaku kembali dengan nada yang kesal.

"Kau menyuruhku untuk tidak bicara kan?" jawab suara di kepalaku.

"Baiklah, sekarang bicara, siapa wanita itu?"

"Uwah, kau jahat sekali ya, kau meniduri wanita yang kau bahkan tidak tau namanya dan sekarang kau sudah lupa. Padahal sudah ada aku, kau tidak mungkin kesepian."

"Jawab saja pertanyaan ku!"

"Baiklah-baik, tidak perlu semarah itu, dia wanita yang kau goda malam tadi saat kau mabuk, kau menawarkan untuk mengantarkannya pulang, tapi kau justru membawanya kemari, aku ingin tau sebajingan apa kau ini, tapi wanita itu juga tidak menolak, aku yakin dia juga murahan!" Jawabnya dengan nada yang kesal.

"Diam kau! Aku bahkan tidak sadar saat itu, dan aku tidak ingat telah melakukan apa." Jawabku kesal.

"Kau ini sungguh egois ya, tadi kau menyuruhku untuk tidak bicara, lalu menyuruhku bicara, sekarang kau menyuruhku diam."

Aku mematikan rokokku di asbak dan tidak menanggapi perkataannya, lalu berdiri dan kembali ke kamar.

"Apa itu! Sekarang kau mengabaikan ku?"

"Mana mungkin aku mengabaikan mu, bahkan jika aku mau aku tak akan bisa, suaramu terdengar jelas di kepalaku, di manapun aku berada." Ucapku.

"Baguslah kalau begitu." Ucapnya.

Aku tidak begitu ingat kapan suara itu muncul dalam kepalaku untuk pertama kalinya, tapi sejauh yang aku ingat suara itu sudah ada sejak aku kecil. Suara itu selalu muncul dan berbicara padaku dalam kepalaku, dan tidak ada satu orangpun yang mempercayainya, bagaimanapun aku berusaha menjelaskannya, tetap tidak ada yang mempercayaiku. Semua anak seusiaku menjauhiku dan menganggap ku gila, bahkan orangtuaku, mereka mengancam ku akan memasukan ku kedalam rumah sakit jiwa jika aku terus mengatakan hal itu, tapi sekeras apapun aku berusaha, sekeras apapun aku menutup telingaku aku tetap mendengar suara itu. Tapi suara itu mengatakan sesuatu yang membuat hidupku berubah hingga saat ini.

Aku tidak memiliki seorangpun teman, bahkan orangtuaku tidak banyak berbicara padaku, hanya suara itu yang selalu bersamaku, dan membantuku. Suara itu selalu memberitahu ku, apa yang akan terjadi padaku dimasa depan, aku dapat menghindari semua hal buruk yang terjadi padaku karena suara itu memberitahu ku sebelum hal itu terjadi, bahkan hingga saat ini, semua kesuksesan ku ini bisa dibilang berkat dari suara itu.

"Aku akan selalu bersamamu."

avataravatar
Next chapter