1 Cedera

Hari ini, sekolah Liora mengadakan sebuah kompetisi olahraga untuk memperingati hari ulang tahun sekolah yang ke empat puluh lima tahun.

Liora yang merupakan salah satu dari ketua tim volleyball putri tentu tidak akan melewatkan kesempatan tersebut untuk mengikuti kompetisi Volleyball putri.

Liora dan juga timnya telah latihan semaksimal mungkin selama kurang lebih sepuluh hari. Dan hari ini adalah hari di mana tim mereka akan bertanding dengan tim dari kelas lain.

Tim Liora berkumpul di pinggir lapangan sebelum acara pertandingan volleyball tersebut dimulai.

"Sebelas IPA DUA!! JAYA!! JAYA!! JAYA!!" Ucap Tim Liora secara bersama-sama.

Lalu kemudian acara pertandingan pun dimulai. Tim Liora melawan Tim sebelas IPS dua.

Waktu demi waktu telah dilewati dan skor tim Liora terus meningkat dan hampir mengalahkan tim lawan.

Jumlah skor mereka hanya berbeda tipis yaitu hanya dua angka saja.

"SEBELAS IPA DUA!! SEBELAS IPA DUA!! SEBELAS IPA DUA!!!" Ucap teman-teman sekelas Liora yang lainnya menyemangati tim mereka.

Mereka pun semakin bersemangat dan ketika waktu pertandingan hampir habis, di detik-detik terakhir, Liora berusaha untuk kembali menambah jumlah skor tim mereka.

Dan.....

Pug!!

Liora berhasil namun tangannya sedikit terkilir akibat terkena pukulan dari tangan temannya yang terkepal di belakangnya.

"Akh!!!" ringis Liora memegangi tangan kanannya yang terasa sakit.

"Liora!!!" teriak Zeina ketika teman sebangku nya mengalami cedera pada tangannya yang disebabkan oleh salah satu teman sekelas mereka, Siska.

Zeina segera membantu membawa Liora ke UKS bersama dengan teman-temannya yang lain.

"Lo tuh bego ya!! Udah jelas-jelas tadi itu lo lihat bahwa Liora yang mau lempar bolanya tapi kenapa tangan lo ikut main juga bahkan pukul tangan Liora yang udah jelas-melayang?! Lo sengaja?!" bentak Zeina pada Siska.

"Gue beneran gak sengaja Ze.. gue gak sengaja.. tadi gue pikir bolanya itu bakal sampai ke gue tapi ternyata Liora udah lebih dulu tangkap.. jadi gue gak sengaja.. gue gak tahu kalau Liora bakal lempar bolanya.." ucap Siska.

"Diem lo!! Brengsek!!" emosi Zeina lalu mendorong Siska hingga dirinya tersungkur di tanah.

Semua orang yang berada di sana hanya menyaksikan tanpa berniat untuk menghentikan pertengkaran itu.

"Ze... Ze.. udah.. ayo.." ucap Liora seraya merintih.

"Awas ya lo! Habis lo sama gue nanti!" ucap Zeina menunjuk Siska dengan ancaman.

Liora lalu segera dibawa ke UKS. Setibanya di sana, Zeina lalu meminta teman-teman yang lainnya untuk keluar dari UKS agar ruangannya tidak pengap.

"Lo semua keluar aja.. biar gue yang coba untuk mengobati Liora.." ucap Zeina.

Mereka pun mengangguk.

"Iya Ze... cepat sembuh ya Ra.." ucap teman-teman Liora.

Liora pun mengangguk.

"Iya.. makasih ya teman-teman.." ucap Liora.

Mereka pun mengangguk lalu keluar dari UKS.

Zeina lalu mengambil tangan kanan Liora yang cedera.

"Ini kayaknya tulang lo kegeser deh Ra... sakit banget pastinya kan?? Lo gak akan bisa ngapa-ngapain kalau kayak gini.." ucap Zeina seraya memegang tangan Liora.

"Terus gue harus gimana dong, Ze?? Ya kali gue gak bisa ngapa-ngapain.. kalau mama sama papa tahu tangan gue cedera karena main Voli, udah jelas gue gak akan diizinin lagi buat main Voli sama mereka.. apa lagi kalau sampai tadi bang Reynan lihat, mati gue.." ucap Liora.

"Duhhh jadi gimana dong?? Kita ke dukun patah aja deh ya Ra.." ucap Zeina.

"Ihhh ogah gue.. enak aja lo bilang ke dukun patah.. sakit lah gila apa lo... gue mau cari obat aja.. salep atau apa gitu.." ucap Liora.

"Gila ya lo?? Mana bisa pakai salep.." ucap Zeina.

"Terus gimana dong Ze??" ucap Liora.

"Ya udah jalan satu-satunya adalah lo ke dukun patah.." ucapan Zeina.

"Ogah!" Ucap Liora.

"Bandel banget sih lo.." ucap Zeina.

"Liora!!!" teriak seseorang yang baru saja memasuki UKS.

'Mati gue..' umpat Liora di dalam hatinya ketika orang tersebut memasuki UKS.

.....

Di dalam toilet, tim Voli IPS dua benar-benar menyayangkan kekalahan yang mereka terima.

"Argh!! Tim kita kalah lagi sama mereka!! Sialan!"

"Iya ya.. bisa-bisanya tim kita kalah di detik-detik terakhir..."

"Ini semua tuh gara-gara si Siska.. dia tuh bego banget tahu.. kelamaan dia untuk membuat si Liora cedera.. coba aja kalau dari awal pertandingan dia udah buat tangannya si Liora cedera, mungkin tim mereka akan kalah dan tim kita akan menang karena kekuatan di tim mereka itu kan cuma si Liora."

"Iya lambat banget gerak dia emang.. apa jangan-jangan, dia sengaja lagi Vi.."

"Nah iya Vi.. jangan-jangan dia sengaja lagi supaya tim dia menang dan tim kita kalah.. tapi dia pura-pura aja ngeiyain pas lo suruh dia untuk membuat tim mereka kalah dalam pertandingan ini, supaya dia bisa masuk ke geng kita.."

"Kalau memang dia seperti itu, awas dia.. habis dia sama gue! Lihat aja.. dia lupa kalau dia sedang berhadapan dengan siapa saat ini.."

"Hajar aja Vi.. kalau bisa, buat dia ditendang dari sekolah ini.."

"Nah iya benar itu Vi.. buat jelek nama sekolah aja pakai ada murid kayak dia segala.."

"Setelah gue berhasil mendapatkan Reynan nanti, gue akan membuat Reynan membenci adiknya lalu gue akan membuat Reynan untuk membuang sampah-sampah di sekolah ini.." ucapnya dengan senyum miring.

"Ide yang bagus itu Vi.. tapi apa Reynan mau sama lo??"

Vivi langsung menatap tajam Risa.

"Lo kira gue gak bisa?!" ucap Vivi emosi.

"Ya maaf Vi.. gue kan bercanda.." ucap Risa.

"Bercanda lo gak lucu, Ris.." ucap Dini.

"Ya sorry.." ucap Risa.

"Cabut!" ucap Vivi pada mereka berdua untuk pergi meninggalkan toilet tersebut.

Vivi dan dayang-dayangnya terkenal sebagai most wanted sekolah yang berasal dari keluarga terpandang. Bahkan, mereka bertiga disegani oleh warga sekolah karena kekayaan dan kekuasaan orang tua mereka.

Vivi sebagai ketua geng dari geng mereka sangat sering sekali membuat onar di sekolah. Hal itu mulai dari masalah kecil yang dibesar-besarkan hingga masalah besar yang diluaskan.

Vivi selalu memandang orang yang berada di bawahnya sebagai sampah hingga sering sekali berperilaku semena-mena terhadap orang-orang yang kekuasaannya di bawahnya.

Sejak awal masuk ke sekolah ini, Vivi jatuh cinta akan pesona Reynan yang merupakan anak dari pemilik sekolah.

Selain tampan, Reynan juga berasal dari keluarga terpandang dan tentunya derajat keluarga Reynan juga jauh lebih tinggi dari derajat keluarga Vivi.

Keluarga Reynan menduduki posisi nomor tiga sebagai orang terkaya di Indonesia dan nomor lima belas di dunia.

Sedangkan Vivi merupakan anak dari keluarga terkaya nomor tujuh di Indonesia dan nomor tiga puluh di dunia.

..........

Thank You for Reading...

maafkan typo...

please support this novel dengan powerstone, comment, collection dan review...

❤❤❤

avataravatar
Next chapter