7 Dia (Nuno vers)

Gue mengenal Shany semenjak awal masuk sekolah, tepatnya ketika masa orientasi. Diantara banyak cewek, mungkin hanya dia yang terlihat menonjol dimata gue. Pertama, karena sikap acuhnya, gue pede untuk bilang kalau gue cukup ganteng buat bikin cewek-cewek mengantri untuk sekedar cari perhatian tapi dia sedikitpun nggak melirik gue. Kedua, dia orangnya asyik serta kelakuan yang seenaknya membuat dia jadi perhatian banyak orang. Bagaimana nggak jadi pusat perhatian, ketika acara masa orientasi dimana semua siswa baru diharuskan memakai kostum segokil mungkin, kebanyakan cewek berpikiran kostum yang gokil itu memakai daster dengan rambut di cepol dan poni di roll atau hanya memakai piyama saja. Tapi dia berbeda, dengan datang telat, dia berdiri di depan pintu aula dengan memakai handuk ala kimono dengan wig rambut brokoli, nggak cuma itu, wajahnya pun di make up ekstrim dengan sepatu high heels. Dan dengan santainya dia melenggang bak model memasuki aula yang disertai gemuruh semua siswa. Semua menertawakan kegokilannya. Nggak terkecuali gue yang ngakak sampai otot perut sakit. Edan itu bocah. Dan saat itu juga, gue menaruh hati pada sosok Shany. Sampai detik sekarang.

"Napa lu ketawa-ketawa?" tanya Shany suatu ketika.

"Inget kejadian waktu lu berpenampilan kayak badut nggak tau kayak orang gila? Ekstrim lu" gue nggak bisa nahan tawa kembali.

"Oh, gue mah udah lupa! Hal yang malu-maluin tuh nggak baik di inget-inget, jelek buat otak dan jantung" ujarnya santai.

Gue terkekeh.

Dan kembali, dia melakukan hal yang ekstrim lagi, yaitu membajak angkot demi nggak datang telat ke sekolah. Segimana si bang supir angkot ngomel habis-habisan dia dengan santainya malah cengengesan dengan wajah tanpa dosa, sampai temen gue si Dhani terbahak lihat kelakuan dia. Amazing sekali kelakuan bocah satu ini. Saking amazingnya sampai temen gue penasaran dengan sosok Shany. Dan dengan santainya gue menceritakan semua hal tentang Shany padanya yang akhirnya membawa gue pada sebuah penyesalan.

Menyesal karena gue nggak bisa menyembunyikan perasaan gue dan selalu bercerita tentang Shany dan Shany. Menyesal karena gue terlambat mencegah kedekatan dia dengan Shany dan membuat mata Shany selalu tertuju pada Dhani.

"Kayaknya gue nemuin seseorang yang bisa menggerakkan hati gue. Aahh... Ini ya yang namanya jatuh cinta?" ujar Shany tiba-tiba.

Gue kaget dan cuma bisa diam. Gue lihat tatapan mata Shany yang berbinar melihat aksi panggung Dhani. Dan seperti ada sesuatu yang keras menusuk jantung gue.

"Kenapa mesti Dhani?" gue hanya bisa berguman.

Entah kapan Shany mulai dekat dengan Dhani, ketika gue lihat mereka berdua pergi. Padahal gue berniat mengantar Shany ke toko buku buat referensi naskah novelnya. Gue kesal. Gue marah. Dan gue nggak bisa apa-apa ketika Shany yang sedikit merengek meminta maaf.

Dan gue nggak bisa apa-apa juga selain mengikuti inginnya waktu Shany dengan keras kepala ingin melihat aksi panggung Dhani.

"Kenapa mesti Dhani? gue yang mengenal lu lebih dulu, gue yang sayang lu lebih dulu. Kenapa harus ada Dhani di mata lu?"

Gue marah. Dan langsung beranjak pergi setelah mengantar Shany pulang, tanpa sepatah kata.

Gue sayang lu, Shan...!!

avataravatar