1 Prolog

Namanya Anatasya, biasa dipanggil Tasya. Keluarganya keturunan bule. Semuanya cakep-cakep kecuali dia.

"Sya, elo tuh anak pungut ya."

"Sya, elo tuh beneran anaknya Pak Sheehan gak sih? Kok kamu jelek sendiri?"

"Sya, lu tuh paling pesek, jelek, wajah bulat kaya bakpao. Lu tuh beneran adik gue bukan sih?"Kakaknya Tasya ikutan menghina.

Tasya cuma bisa ngelus dada sambil nangis.

"Gigi lo terutama, maju yang atas. Lu monyet beneran tauk."hina kakak keduanya.

"Hua..."Tasya nangis kejer sambil berlari ke kamar. Ia kesal dikata-katain setiap hari. "Kenapa gue ditakdirkan jelek? Salah apa gue Tuhan? Gue pengen cakep kayak kakak-kakak gue. Kayak Papa Mama gue."isak Tasya di kamar.

"Tasya."panggil Sofia, Mama Tasya, ibu yang cantik dan sempurna parasnya.

"Mama ke sini mau ngata-ngatain Tasya juga?"

"Enggak kok. Tasya mau pakai behel gak? Biar gigi Tasya rapi. Mau ya?"kata Sofia membujuk Tasya.

"Boleh Ma?"tanya Tasya.

"Iya. Papa punya uang lebih buat merapikan gigi Tasya."kata Sofia lembut. Tasya mengangguk.

๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ

Beberapa tahun berlalu

Tasya lagi di toko buku, mengincar buku komik Attack on Titan yang baru terbit minggu ini.

"Mana sih, komik kesukaan gue?"gumam Tasya. Tasya berhenti di depan deretan komik. "Itu dia!"soraknya. Tasya mau ngambil buku itu tapi keduluan orang lain.

"Eit, gue duluan,ya."kata orang lain itu.

"Eih, gue dulu!"rebut Tasya. Mereka rebutan komik itu sampai guling-guling. Gak tahu malu banget.

"Udah, gue yang ambil duluan. Lu merjuangin banget sih. Cari yang lain sana!"bentak orang lain itu.

"Apa sih, gue duluan juga yang datang ke sini. Lu yang ngerebut dari gua."bantah Tasya.

"Bodo amat! Dasar cewek jelek. Najis deket-deket sama gua!"bentak orang lain.

"Apa sih? Jelek atau gak, gak ada hubungannya sama komik."bantah Tasya.

"Terserahlah. Gue duluan yang ngambil." Orang lain itu ngeloyor pergi.

"Ih, dasar cowok brengsek. Gak bisa ngalah apa sama cewek Ih, kesel banget deh. Gue demi beli komik itu gak jajan seminggu tahu. Nasib gue kok sial banget sih."kata Tasya kesal bin mangkel sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai. Ia baru berhenti karena ditelpon temannya, Nadya.

"Halo, Sya. Lo lagi di mana? Temenin gue ke toko yuk. Gue disuruh Mama jagain toko nih."kata Nadya dari seberang.

"Gue lagi di toko buku. Tadi ada cowok rese gagalin keinginan gue. Oke gue ke rumah lo dalam waktu sepuluh menit."jawab Tasya.

Tasya tancap gas ke rumah Nadya. Nadya nungguin di depan rumah sambil main hp.

"Nadya!"panggil Tasya.

"Dateng juga lo! Kelebihan semenit nih."kata Nadya yang ternyata pake timmer.

"Alah, tadi lampu merah dulu."kata Tasya."Buruan lo naik. Atau mau ngesot ke toko lo?"ajak Tasya.

"Ya kali ngesot."sahut Nadya sambil naik ke motor. Ia bonceng Tasya karena gak punya motor sendiri. Motornya gantian sama kakak sepupunya yang katanya datang kemarin sore.

"Yuk, cabut!" Mereka berangkat ke toko Nadya.

Nadya adalah cewek cantik, bawel, dan teman baik Tasya sejak SMP. Dia gak meduliin tampang Tasya yang jelek sejak lahir. Sing penting happy and setia.

Keluarga Nadya punya toko jajanan pasar. Nadya ikut jagain toko pas libur atau pulang sekolah. Nadya sering mengajak Tasya ikut jagain tokonya. Sekalian belajar berdagang, menimbang makanan, dan gak kesepian tentunya.

"Sya, berhenti Sya. Kita udah nyampe toko gue."kata Nadya sambil menepuk-nepuk bahu Tasya.

"Eh,eh, iya." Tasya tersadar dari lamunan. Karena gagal fokus motornya oleng dan menabrak palang jalan. Gubrak!

"Aduh, apes banget sih nasib gue."batin Tasya.

"Sakit,Sya. Lu tuh kalo ngalamun jangan pas nyetir, Sya."kata Nadya, untung mereka cuma kecelakaan kecil. Nadya lecet-lecet di bagian kaki, sama siku.

"Maaf, Nad. Gue lagi banyak pikiran."Tasya memberdirikan motornya.

"Eh, ga papa nih kalian?"tanya Bu Jum, ibuk Nadya.

"Ga papa kok Buk. Tasya lagi ngalamun jadi gak lihat ada palang."kata Tasya.

"Ya udah, motornya diparkir dulu. Yang luka diobati sini sama Ibuk."kata Bu Jum.

"Buk, aku lecet di siku Buk."lapor Nadya.

"Mana yang lecet Nadya?"tanya cowok yang tadi di toko buku.

"Di sini Kak."kata Nadya sambil menunjukkan lukanya.

"Loh elo kan?" Tasya kaget. Cowok di toko buku kok kenal Nadya? Pacarnya Nadya ya? pikir Tasya.

"Tasya, bantuin ibuk ngemasin makanan sini."panggil Bu Jum.

"Iya, Buk." Tasya kabur dari pandangan cowok itu.

Bersambung

avataravatar
Next chapter