2 Murid Baru

Di pagi hari selasa yang membosankan karena pelajaran pertama adalah matematika dan gurunya killer.

"Aihhh. Bosan tauk. Pengen ada murid baru biar gak pelajaran."do'a Tasya dengan khusyu'.

"Emang do'a orang jelek terkabul,ya?"ledek Candra, salah satu teman cowoknya si pebuat onar. Temen-teman menyoraki Tasya.

"Bodo amat! Tuhan gak pilih-pilih jelek atau cakep."balas Tasya cuek.

Kriek. Pak Guru killer masuk. Tampangnya dingin dan ganas. Badannya besar seperti gajah. Tangan kanannya membawa buku matematika, tangan kirinya membawa penggaris panjang. Penggaris itu gunanya untuk memukul anak-anak bandel. Seketika suasana menjadi dingin dan aura menakutkan. Semua menunduk takut dan duduk rapi. "Selamat pagi, anak-anak."sapa Pak Bagas.

"Selamat Pagi, Pak."jawab murid-murid rendah.

Pak Bagas berdehem. Tak ada yang berkutik. Mereka tunduk seperti ada burung yang bertengger di bahu-bahu mereka.

"Hari ini kita kedatangan murid baru dari SMA Cahaya Umat>>author ngasal<<. Silahkan perkenalkan dirimu."kata Pak Bagas tegas kepada seorang murid baru yang berdiri di belakang Pak Bagas. Murid baru itu mengangguk.

Do'a Tasya terkabul, guys!

"Perkenalkan nama saya Iqbal asal Bandung. Saya pindah kemari karena orang tua saya kerja di luar negeri. Sekarang saya tinggal di rumah Tante saya. Terima kasih."katanya sopan.

"Busyet...luar negeri guys!"ceplos Tasya mengundang lirikan tajam Pak Bagas. Tasya garuk-garuk kepala, malu.

Istirahat pertama Nadya mengajak Tasya ke kantin.

"Yuk, Sya. Ke kantin. Laper nih."kata Nadya sambil memukul-mukul perutnya yang protes dari tadi.

"Ayo, gue traktir elo ya. Hari ini Mam gue ngasih uang lebih nih."kata Tasya. Mereka barengan ke kantin.

"Mau pesen apa nih Nad?"tanya Tasya begitu sampai kantin. Menu di kantin bervariasi, mulai yang manis-manis hingga yang pedas-pedas, yang berminyak hingga yang kering, yang anget-anget hingga yang dingin-dingin. Semuanya bikin perut konser.

"Semuanya boleh, Tasya."kata Nadya alay.

"Hm, kalo gitu seblak level lima dua porsi dan limun tea dua gelas."Tasya memutuskan memesan dua menu yang membuat lambung sakit.

Pesanan siap. Mereka ke kursi favorit mereka yang jauh dari tempat yang mencolok. Soalnya Tasya sering dihina jelek, monyet dan lain-lain.

"Eh, gue boleh gabung sama kalian gak?" Cowok murid baru menghampiri mereka.

"Apa-apaan sih? Cari tempat lain aja."gerutu Tasya tak senang. Ia masih teringat kejadian menyebalkan kemarin.

"Kakak gak cari tempat lain aja? Maaf ya, temanku ini kurang nyaman sama orang baru."kata Nadya, ia mengusir secara halus.

"Gak, gue mau di sini aja. Mau lihat si jelek pas makan."kata Iqbal menghina.

"Apaan sih? Lo ke sini cuma mau lihat muka jelek gue? Mau lo ekspos muka jelek gue pas makan ke sosmed lo? Sorry, ya. Sebelum gue kehilangan kesabaran, lo menyingkir aja."kata Tasya tegas.

Iqbal tertawa kecil. "Tau aja mau gue ekspos ke sosmed gue. Lihat nih si jelek pas makan, bikin orang feeling makannya hilang."kata Iqbal sambil mengetik di captionnya setelah memotret wajah jelek Tasya.

Tasya kesal. Ia merebut smatphone Iqbal secara paksa. "Hapus gak!"ancamnya.

"Eh, eh, tambah nih koleksi wajah jelek elo. Hahaha."kata Iqbal gak puas-puas bikin seorang Tasya kesal.

"Ihhh." Tasya makin kesal. Ia meminta bantuan Nadya untuk merebut smartphone Iqbal. Nadya mengangguk.

"Kak, hentikan deh. Kasihan Tasya, kakak permainkan terus."nasehat Nadya.

"Kalo ngomong sama cowok gak mempan. Langsung tindakan aja, Nad."kata Tasya masih sibuk merebut smatphone Iqbal.

Iqbal terbatuk-batuk karena kelamaan ketawa. "Udah deh, udah deh. Gue hapus fotonya. Tapi ada syaratnya." Iqbal mengedipkan matanya.

"Apa?"tantang Tasya.

"Izinin gue deket sama lo."

'Busyet. Permintaan gila apa nih?'batin Tasya.

Bersambung

avataravatar
Next chapter