3 Dihukum

"Gimana?"tanya Iqbal. Ia menunggu Tasya menyetujui permintaannya. Tasya menolak mentah-mentah.

"Ogah! Gak level sama cowok sok akrab kayak lo."tolak Tasya, membuat Iqbal sakit hati.

"Dasar, cewek dikasih hati malah minta jantung."gerutunya, Iqbal pergi sambil bersungut-sungut.

"Pergi aja! Pergi jauh-jauh."ejek Tasya sambil menjulurkan lidah.

"Sya, duduk yang tenang dong. Orang-orang pada lihatin kita nih."bisik Nadya. Tasya duduk meski wajahnya masih kesal.

"Hah, kenapa sih sejak ada tu cowok nasib gue selalu sial. Cukup wajah gue jelek, gue dah bersyukur. Sekarang ada dia. Haihh." Tasya mengusap wajahnya.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

"Iqbal, lo dari mana aja, gue cariin dari tadi malah hilang."kata Candra, si tukang pembuat onar. Ia sering dapat hukuman karena sering kabur pas jam pelajaran, jajan di luar area sekolah.

"Ah, gue tadi di kantin ketemu cewek aneh. Dideketin malah ngamuk."jawab Iqbal, wajahnya terlipat kesal. Baru kali ini ada cewek yang menolak diajak kenalan.

"Siapa ceweknya bro?"tanya Candra penasaran.

"Tasya."jawab Iqbal mengundang tawa Candra dan kawan-kawannya. Iqbal mengerutkan kening. "Salahkah?"tanya Iqbal.

"Tu cewek sudah jelek, jual mahal, gak usah deketin dia, bro. Cewek cantik di sini banyak. Malah cari cewek jelek."hibur Candra.

"Gue bosan sama cewek cantik."ujar Iqbal. "Gue maunya dia. Pokoknya dia! Si cewek jelek." Teman-teman Candra melongo, lalat bisa masuk ke mulut mereka kalau gak dikagetkan suara bel masuk.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

"Tasya. Nanti malam nginep di rumahku yok."kata Nadya di sela-sela pelajaran. Nadya duduk di samping Tasya. Selain Nadya siapa lagi yang mau duduk sebangku sama Tasya si cewek jelek yang mirip sama monyet.

"Oke. Jam empat gue ke rumah lo."kata Tasya mengiyakan dengan suara lantang mengundang lirikan tajam dari teman-temannya.

"Mba', keluar dari kelas!"bentak Bu Lilis, salah satu guru killer lainnya. Bu Lilis paling gak suka ada yang ngomong pas pelajarannya. Tasya tertunduk.

"Bu, biar aku yang menggantikan Tasya."kata Nadya memberanikan diri. Ia merasa kasihan pada Tasya yang selalu disalahkan padahal kesalahannya kecil.

"Saya maunya Mba' yang tadi. Siapa namanya? Kok saya lupa." Bu Lilis mengerutkan keningnya. Beliau membuka buku absen, mencari nama Tasya.

"Manki Bu."cetus Candra. Teman-teman sekelas menahan tawa, mereka menutup mulut mereka sambil menunduk-nunduk.

"Manki?"tanya Bu Lilis heran. Setahu beliau tidak ada yang namanya Manki di kelas sebelas itu. Ia menatap seluruh murid-murid kelas, semuanya mengangguk setuju sambil menahan tawa. "Oke, Mba' Manki, keluar sekarang. Berdiri satu kaki sambil menjewer telinga."perintah Bu Lilis.

Tasya mengangguk. Ia keluar kelas dengan wajah tertunduk. Nadya menatapnya iba. 'Tasya.'batinnya. Tasya melakukan perintah Bu Lilis. Berdiri di atas satu kaki dan menjewer telinga. Batinnya, 'Ah, gue sial lagi.'

"Bu." Iqbal mengacungkan tangan.

"Kenapa? Mau dihukum juga. Oh My Good, malaikat dari mana ini?"kata Bu Lilis terpesona dengan ketampanan Iqbal.

"Iya, saya mau dihukum juga. Saya tadi sempat ngajak ngobrol Manki."kata Iqbal sengaja banget. Para siswi saling sikut sambil berinteraksi pakai bahasa isyarat saling menyalahkan.

"Oh, begitu." Sifat galak Bu Lilis kembali. "Saya gak peduli kamu seganteng apa. Sekali kamu melanggar aturan saya, kamu kena hukum. Berdiri di luar kelas di atas satu kaki sambil menjewer telinga menemani Manki."kata Bu Lilis tegas.

"Oke, Bu."kata Iqbal happy. Ia keluar kelas menemani Tasya.

"Halo, Tasya."sapa Iqbal. Tasya terkejut, badannya oleng, yang segera ditangkap Iqbal.

"Ngapain lo ke sini? Berlagak jadi super hero? Sorry, yah, gue gak tersentuh."kata Tasya mengomel.

"Gue ke sini bukan mau nolongin lo kok."kata Iqbal sambil mengedipkan mata, genit.

"Terus ngapain? Mau ngetawain gue? Sana ketawa sampai puas. Sampai perut lo sakit, sampai lo terkencing-kencing."kata Tasya kesal.

"Gue juga dihukum."kata Iqbal. Sontak Tasya ketawa ngakak.

"Baru kali ini gue tahu orang baru dihukum. Hahaha. Lo tuh ada maksud apa sih? Gue gak ngerti sama lo."kata Tasya di sela-sela tawanya.

"Gue." Iqbal terdiam. Jantungnya berdegup kencang. 'Masa sih gue suka sama si Manki? Gak, gak. Gue cuma penasaran sama dia, gak lebih.'batin Iqbal.

"Hello, mas. Situ punya kuping gak ya? Kok gue dikacangin sih?"tanya Tasya.

"Gue suka sama lo."kata Iqbal tanpa rem.

"Ap-paaaa? Coba ulagi lagi? Lo suka sama gue si cewek jelek ini?"tanya Tasya heran.

"Siapa yang bilang gitu. Lo salah denger kali." Iqbal mengelak.

"Oke. Lagipula gue ogah sama cowok genit kayak lo."kata Tasya tegas.

Teng, teng, bel ganti pelajaran. Hukuman mereka kelar. Mereka berdua masuk kelas.

"Sya, lu gak papa kan?"tanya Nadya cemas.

"Gak papa kok. Urusan gitu mah lewat."kata Tasya. Anak-anak cewek mengerumuni Tasya.

"Sya, lu ngapain aja tadi berduaan sama Iqbal. Gue iri tauk Sya."

"Iya, Sya. Dia ngapain sama kamu? Aku iri sama kamu Sya. Kamu pelet dia ya?"

"Tau gak Sya, demi kamu dia bela-belain bohong sama Bu Lilis."

"Eh, mana gue tahu. Tanya aja ke Iqbal." Tasya bingung mau jawabin pertanyaan teman-temannya.

"Please, Sya. Cerita dikit aja."mohon teman-temannya.

Pak Guru datang membubarkan kerumunan cewek-cewek yang memberondong Tasya dengan pertanyaan-pertanyaan.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Sore pukul empat

"Ma, Tasya mau nginep di rumah temen ya."kata Tasya minta izin.

"Temen Sya? Bukan cowok kan?"selidik Mamanya.

"Bukan. Itu loh, temen Tasya si penjual jajanan kriuk-kriuk."

"Oke, hati-hati di jalan."Mamanya Tasya mengizinkan.

Tasya meniggalkan rumah dan meluncur ke rumah Nadya. Sampailah ia ke rumah minimalis. type 45 bercat abu-abu.

"Nadya."panggil Tasya sambil memarkirkan motor.

"Nadya lagi mandi. Lo? Elo ya?"jawab seorang cowok yang membuat Tasya syok.

Bersambung...

avataravatar