1 PROLOG

Braakk

Suara gebrakan menggema dibilangan elit Jakarta pada malam itu. Gemuruh petir dan terikan wanita serta pria menambah rumah itu terasa mencekam. Membuat seorang gadis kecil bersembunyi di pojok salah satu kamar, terisak sendu seraya menutup kedua telinganya.

Tok Tok Tok

ketukan keras pada pintu berbunyi, jelas seseorang berada di balik pintu kamar tersebut. Sementara gadis kecil itu masih terdiam terisak tanpa ingin membukanya.

"Dek, ini abang. Buka pintunya!"

Setelah tahu suara siapa itu. Gadis kecil itu pun berdiri, memutar kunci pintu hingga akhirnya pintu itu pun terbuka dan tampaklah seorang lelaki dengan raut wajah khawatirnya memandang si gadis kecil.

"Bang, Anna takut...-"

Anna si gadis kecil, menangis keras memeluk erat Rio -lelaki yang nyatanya adalah kakak kandung dirinya. Mendengar itu membuat sang kakak merasakan deyutan sakit pada hatinya. Demi Tuhan, dia benci melihat adiknya itu menangis. Dia sangat menyayangi adiknya. Adik yang harus dia jaga dan dia lindungi.

Rio mendesah kecil, ia harus terlihat kuat walau kenyataan dirinya juga tengah kalut. Dia pun mengusap lembut punggung Anna, memberikan sedikit ketenangan.

"Abang sudah disini dek, semua akan baik-baik saja"

"Bang Io jan.. janji ya, bang Io ja.. jangan pernah tinggalin Anna sendiri. An.. Anna takut bang"

"Abang janji sayang. Trust me"

Akhirnya mereka -kakak adik itu pun berbaring saling berpelukan, dengan perasaan lelah dan benci karna makian yang terlalu sering mereka dengarkan.

Tapi, sebuah kabar mengejutkan seisi rumah sepekan setelah kejadian itu. Beberapa polisi tampak berdiri di depan pintu rumah tersebut.

"Selamat pagi, apa benar ini dengan kediaman saudara Mario Putra Davidson?"

Salah satu polisi berbicara dengan tegas kepada dua wanita yang ada di hadapannya. Terlihat salah satu wanita cantik layaknya model ditemani seorang wanita dengan pakaian layaknya pekerja kantoran.

"Benar, Mario putra saya. ada apa ya bapak menyebut nama anak saya?"

Mereka tidak sadar, di balik tembok di dalam rumah tersebut, bahwasannya Anna tengah menyaksikan hal itu. Bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka seraya mendekap sebuah boneka teddy.

"Nyonya bisa ikut kami ke rumah sakit mitra X? Akan kami jelaskan di sana jika nyonya bersedia ikut kami"

"Saya kira bapak bisa jelaskan sekarang? Ada apa dengan anak saya. Kenapa saya harus ikut anda semua?

"Baiklah nyonya jika itu yang nyonya inginkan, tadi malam kami mendapatkan informasi telah terjadi aksi balapan liar di daerah Kemayora. Selaku aparat kami juga bertugas menindak para pelaku yang selama ini meresahkan masyarakat. Dan yang kami sesali ternyata salah satu pelaku adalah putra anda, nyonya"

Wanita cantik bak model itu melotot seketika.

Rio balapan liar?

"Terus sekarang di mana anak saya?"

Wanita yang merupakan ibu dari anak itu masih berpikir 'Sejak kapan anak itu balapan?'. Terlihat para polisi saling bertatap, meyakinkan dirinya untuk memberitahu kabar sebenarnya.

"Saat dalam pengejaran kami, putra anda menabrak pagar rumah warga cukup keras, maafkan kami tapi nyonya, putra anda tewas di tempat"

Deg

Mendengar kabar buruk itu seketika membuat wanita cantik itu kembali melotot tak percaya. Air mata telah menggenang dipelupuk matanya. Sementara wanita di sebelahnya yang sadari tadi memilih bungkam akhirnya juga membekap mulut dengan kedua tangannya Ya Tuhan, Rio!

'Tidak, tidak mungkin! Anakku, anakku Rio. TIDAK MUNGKIN!'

Wanita itu pun berteriak histeris. Memaksa satu-persatu para polisi untuk kembali mengatakan yang sebenarnya. Image yang telah ia bangun untuk tetap menjadi wanita anggun di depan semua orang rusak seketika. Hal itu membuat wanita di sampingnya dan juga beberapa polisi ikut menenangkan wanita tersebut.

Begitupula dengan Anna, si gadis kecil yang berada di balik tembok, dia terlihat tenang walau air mata jatuh mengalir melewati pipinya.

"Mama kenapa? Bang Io kenapa, ma? Kenapa mama teriak-teriak? Kenapa harus selalu berteriak. Bang, abang pulang kan? Bang Io kan janji gak akan ninggalin Anna"

Kali ini Anna merasa tidak tahan, ia menangis sesegukan dengan memeluk erat boneka pemberian sang kakak. Tidak peduli keributan yang tengah terjadi di luar sana. Hingga seseorang memeluk gadis kecil itu. Sadari seseorang di rumah itu juga telah mengetahuinya. Betapa pilu nya hidup keluarga majikannya.

avataravatar
Next chapter