17 Malam Kencan : 1

Dan di sinilah Anna, terduduk di kamar seraya menautkan kedua alisnya, bingung akan pakaian apa yang harus ia kenakan untuk kencan pertamanya yang tinggal beberapa jam.

Gadis itu pun menghela nafas lelah.

Sudah berbagai jenis baju yang ia coba, dari mulai terusan hingga mix and match, tapi tidak ada satu pun yang cocok menurutnya. Sungguh, untuk pertama kalinya ia dipusingkan dengan hal yang tidak biasa.

Ya, itu semua karna laki-laki yang bernama Revano El Barack.

Tok Tok Tok

Anna mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia pun langsung bangkit, melihat siapa gerangan.

"Lagi apa, honey? apa mama boleh masuk?"

Terlihat Aleena tersenyum dari balik pintu, sementara Anna yang melihat itu seketika mengubah mimik wajahnya datar, ia membuka pintu kamarnya dengan lebar.

Aleena pun melenggang masuk, saat itu juga matanya membulat sempurna. Ia terperagah dengan apa yang dilihat di dalam kamar putrinya. Begitu banyak baju berserakan di mana-mana, hingga terlihat kamar itu sangat berantakan.

"Astaga Anastasya, kamu abis ngapain sih sayang? kok kamarmu mirip kapal pecah gini."

Anna tampak berpikir sesaat, sebelum akhirnya...-

"Anna mau keluar sama teman nanti malam. Boleh kan, ma?"

Wanita itu terdiam mendengar penuturan Anna, walau tidak lama senyuman kembali tercetak di bibirnya

"Kamu mau jalan sama pacarmu?"

"Bukan, ma!"

Tepis Anna, yang ia takutkan adalah kedua orangtuanya itu melarang dirinya berhubungan dengan lawan jenis. Disamping dia juga belum menemukan waktu yang pas untuk menceritakan laki-laki itu kepada mereka.

"No problem, honey. Toh mama juga pernah muda. Karna bagaimanapun kamu juga tidak akan sepusing ini memikirkan baju apa yang harus kamu pakai hanya demi kedua sahabatmu itu, bukan?"

Anna menghela nafas, ia mengangguk.

"Ceritakan pada mama. Apa dia teman sekolahmu?seperti apa orangnya? pasti sangat tampan bukan?

"Iya, ma. Walau sedikit cuek tapi dia sebenarnya baik. Dan ya, dia sangat tampan."

"Siapa namanya?"

"Revan, ma."

"Bagus! kalau gitu ayo kita carikan baju yang cocok untukmu."

Wanita itu pun memungut baju yang berserakan satu-persatu, melihat apa yang paling bagus menurutnya. Sementera Anna melotot mendengar itu.

"Apa mama tidak marah? maksud Anna, apa itu artinya mama mengizinkan Anna pacaran?"

Aleena mengangguk tersenyum.

"Mama tidak akan marah selama kamu bisa mama percayai. Itu artinya kamu harus tahu batas wajar, sayang."

Anna tersenyum senang, ternyata tidak ada salahnya ia menceritakan tentang Revan kepada Aleena. Untuk saat ini wanita itu bisa jadi pendengar yang baik dan karna memang itu yang dia butuhkah sekarang.

"Ini sepertinya cocok dengan ini, kamu coba ya."

Aleena menunjukan midi skirt yang di padukan dengan denim jacket. Walau terlihat sangat sederhana, tapi itu sudah cukup membuat seorang Anna cantik dan feminim.

"Oke, ma."

Jawab Anna tak kalah semangat. ia percaya sang mama juga seorang fasionable, bagaimanapun ia seorang aktris yang pasti mengutamakan penampilan.

Hingga malam itu tiba, Anna yang sudah bersiap diri menunggu kabar dari kekasihnya.

Sekali lagi, gadis itu memastikan penampilan dirinya dibalik cermin. Dari mulai rambut yang diikat ponytail, dengan menyisakan anak rambut yang menjuntai ditengkuknya. Serta mengenankan pakaian yang dipilihkan Aleena padanya tadi, tidak lupa sling bag juga sepatu kets putih yang dipasangnya.

"Perfect!"

Anna tersenyum manis melihatnya.

Tak lama ia mendengar suara klakson. Gadis itu pun buru-buru melangkahkan kakinya melihat dari balik kaca jendela. Di sana ia dapat melihat sebuah mobil yang berhenti tepat di luar pagar rumahnya.

"Revan bawa mobil?"

Anna terkejut tatkala melihat kekasihnya itu yang keluar dari dalam mobil. Pasalnya ia tidak pernah sekalipun melihat laki-laki itu membawa kendaraan lain selain motornya.

"Segitunya mau date sama gue. Aslinya kamu manis banget sih!"

Ting

Suara pesan dari ponsel Anna berbunyi. Gadis itu pun membuka dan membaca isi pesan tersebut.

Bisa turun sekarang? 18:34

Tidak ingin membuat Revan menunggu, Anna segera melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Tepat di lantai dua, ia terperagah melihat Revan dan Aleena yang tampak asyik mengobrol.

Gadis itu pun memutuskan untuk turun kemudian.

"Nah tuh Anna, ini Revan sudah nunggu loh."

Anna merasakan nafasnya yang grogi sesaat ia tiba di hadapan Revan, ia melihat bagaimana tampannya laki-laki itu berpenampilan. Dengan kaos hitam yang di padukan dengan jaket parka yang melekat di tubuhnya. Pun dengan Revan yang menjadi pusat tatapan Anna, ia menatap balik gadis itu.

"Honey, kamu ingin membuat Revan menunggumu sampai kapan?"

Suara Aleena kembali memecah keheningan.

"Ah iya... ayok!"

Anna terkekeh singkat karna kebodohannya, dan Revan mengangguk menyetujui ajakan gadis itu.

"Tante, kami pergi dulu. Saya janji akan membawa Anna pulang secepatnya."

Aleena mengangguk tersenyum.

"Hati-hati ya, Revan"

Tidak lama Anna dan Revan pun pergi. Tak lupa laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Sementara Anna tersenyum manis menerima perlakuan Revan yang terlihat so sweet menurutnya. Hingga di mana laki-laki itu juga memasuki mobilnya, senyuman masih tercetak di bibirnya.

Tanpa Anna sadari seseorang menyeringai menyaksikan itu.

"Hallo Anna."

Anna terdiam melotot tatkala mendengar suara seseorang di belakangnya. gadis itu pun memutar kepalanya untuk melihat suara siapa itu.

"ELO?!"

***

Your hand fits in mine like it's made just for me

But bear this in mind, it was meant to be

And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks

And it all makes sense to me...

Semua orang tampak diam mendengarkan grup band yang saat ini tengah tampil di atas panggung. beberapa dari mereka bahkan tidak malu-malu ikut menyanyikan lagu tersebut.

I know you've never loved the crinkles by your eyes when you smile

You've never loved your stomach or your thighs, the dimples in your back at the bottom of your spine

But I'll love them endlessly

Tidak terkecuali dengan Anna, ia pun melihat apa yang berlaku di depan sana. Matanya melihat bagaimana orang-orang menaik-turunkan kepalanya seolah mengikuti irama.

Hingga pandangan itu jatuh pada Revan yang saat ini berada duduk tepat di sampingnya, laki-laki itu hanya terdiam dan menatap fokus ke depan.

"Sorry, nunggu lama."

Suara seseorang datang memutuskan pandangan gadis itu. Anna melihat Dimas yang memasang tampang menyabalkan dengan minuman di kedua tangannya.

"Makasih."

Ucap Anna dengan ketus. Sementara Dimas hanya menggulum menahan tawa.

Ia tahu, Anna tengah tidak dalam mood yang baik setelah gadis itu melihat dirinya ada di antara ia dan kekasihnya.

Padahal sadari pagi Anna sudah mempersiapkan segalanya. Apa yang harus ia katakan dan apa yang harus ia lakukan untuk kencan pertamanya dengan Revan. Bahkan demi kencan itu, ia sampai-sampai dibuat bodoh seharian hanya karna bingung memilih costum apa yang akan di pakainya nanti.

'Ck, lo terlalu banyak berkhayal sih Anna, ngarep banget sih doi ngajak date berdua. hufh...'

You can't go to bed without a cup of tea

And maybe that's the reason that you talk in your sleep

And all those conversations are the secrets that I keep

Though it makes no sense to me

"Sebenarnya ini acara apa sih?"

Anna mulai penasaran, sadari ia menginjakan kakinya di tempat itu sudah sangat ramai.

"Perkumpulan anak peduli sinergi muda."

Jawab Revan sesingkat mungkin.

"Apa itu?"

"Ini organisasi memberdayakan anak muda Indonesia agar dapat berkontribusi secara positif di Indonesia, gitu An. Kebetulan band sekolah kita di minta ngisi acara ini."

Anna tampak mengangguk mendengar pernyataan Dimas.

Maybe you'll love yourself like I love you, oh

I've just let these little things

Slip out of my mouth

'Cause it's you

Oh it's you

It's you they add up to

And I'm in love with you

And all these little things

I won't let these little things

Slip out of my mouth

But if it's true

It's you

It's you

They add up to

I'm in love with you

And all your little things

Lagu pun selesai mereka nyanyikan. Para penonton bertepuk tangan bahkan sebagian berteriak histeris. Band yang dinaungi Billy dan Marcel telah sukses membuat acara itu menjadi meriah.

Anna melihat Billy juga Marchel turun dari atas panggung. Tak lama datang empat orang gadis menghampiri mereka berdua. Tampak salah satu gadis berbicara mesra dengan Billy. Anna mengerutkan kedua alisnya berpikir, apa itu pacarnya Billy?

Ia juga melihat Billy serta Marchel menunjuk ke arah di mana Anna, Revan serta Dimas duduk. Yang pada akhirnya mereka sama-sama berjalan menghampirinya.

"Hy gimana, bro?"

Tanya Billy pada Dimas seraya duduk, diikuti yang lainnya. Sementara Dimas -dia mengangkat kedua bahunya.

"Lumayanlah."

Billy pun terkekeh.

"Eh ada miss Anastasya toh."

Anna berdehem menjawab Billy, ia bisa melihat ke empat gadis yang sejak tadi bareng-bareng Billy dan Marchel memperhatikan dirinya.

"Siapa ini?"

Tanya salah satu gadis yang Anna tahu gadis itu sangat dekat dengan Billy di antara yang lain.

"Ini Anna, pacarnya Revan, sayang."

Jawab Billy kemudian, ke empat gadis itu tampak menunjukan wajah keterkejutannya. Bahkan salah satu di antara mereka tanpa sengaja menjatuhkan air minumannya.

Anna mengerutkan dahi melihat itu, sementara Revan hanya mengalihkan pandangannya ke lain arah.

"Oh.. pacarnya Revan. Gue Rena, pacarnya Billy. salam kenal ya, Anna."

Gadis yang di panggil Rena tersenyum manis menatap Anna.

"Ah.. iya salam kenal juga."

Anna tersenyum tak kalah ramah. Walau pada akhirnya ia tahu ada di antara mereka tengah memandang sendu dirinya juga Revan.

avataravatar
Next chapter