1 Part 1

Anakku Istimewa

Part 1

Selamat membaca

***

Tanganku bergetar saat melihat dua garis merah yang tercetak dibenda pipih panjang yang kupegang saat ini. Air mataku sudah menggenang dipelupuk mata siap meluncur sekali saja ku berkedip. Aku tidak menyangka Tuhan masih mempercayakanku seorang anak lagi dirahimku saat ini. Disaat status medisku tidak baik.

Pikiran dan hatiku saat ini bertolak belakang seolah mereka berdebat panjang, pikiranku berkata mungkin testpack yang ku pegang ini error memang tidak menutup kemungkinan alat itu error tidak menampakan hasil yang sesungguhnya. Sedangkan hatiku mengatakan lain, kalau Tuhan sudah berkendak pasti terjadi, bisa jadi aku benar hamil. Pasalnya aku memang telat datang bulan (menstruasi) selama dua minggu.

Untuk meyakinkan lebih lagi akhirnya pagi itu aku dan suami pergi ke Dokter Obgyn ( kandungan ) dengan membawa anakku yang pertama berusia 5 thn, bertiga kami menaiki sepeda motor dari rumah menuju rumah sakit biasa aku kontrol penyakitku. Aku dan mas Putra lebih senang berkendara memakai motor dari pada mobil jika pergi ketempat yang dekat, jika berpergian ketempat jauh baru kami memakai mobil itu juga kerena mengingat ada Awan yang harus kami bawa kalau kami berdua saja pergi walaupun jauh kami memakai motor. Sejak mengenal mas Putra dia selalu memakai motor kemana-mana, orang tuanya terhitung berada sebenarnya mereka punya kendaraan mobil banyak kalau mas Putra mau dia bisa pakai mobil orang taunya saat pergi kencan malam minggu bersamaku saat kami berpacaran dulu, tapi mas Putra tidak begitu.

Sejak awal pertemuan dia sudah menunjukan jatidirinya yang mandiri dan tidak pernah membanggakan harga orangtuanya, ketika dia mengajakku menikah kami sama-sama merintis dari nol sampai tiga tahun pernikahan, mas Putra memulai usaha kayunya dengan modal kami sendiri hasil kami menabung dari jerih payah kami sendiri.

Satu tahun kemudian baru kami membeli mobil karena suatu kebutuhan yang menurut kami memang sudah waktunya mobil dibeli. Itu sekilas tentang aku dan suamiku.

***

"Selamat pagi, Mba Kanaya mau kontrol ke Poli Spesialis Penyakit Dalam yah?" Tanya suster Ani yang menerima kartu berobatku, karena sudah biasa aku kontrol setiap bulannya kepoli itu.

"Bukan mba, kali ini mau ke Poli Kebidanan mau ke Dokter Kandungan cek kehamilan" jawabku sambil tersenyum manis

"Mba Kanaya hamil? wah selamat kalau begitu" suster Ani sempat kaget wajahnya saat mengetahui aku hamil

"Makasih sus, tadi pagi cek pakai testpack garis dua merah makanya mau ke Dokter Kandungan mau pastiin benar apa tidak" balasku

"Udah pasti benar itu mba yakin aku sih kalau mba Kanaya hamil" ucap suster Ani sambil menyerahkan nomer antrean pasien padaku.

Aku pergi meninggalkan meja pendaftaran dan berjalan mendekati dimana suami dan anakku duduk.

"Sini ma duduk sini" panggil Awan putra pertama ku lalu dia berdiri dan memberiku duduk, dia sendiri lebih senang berdiri berjalan sesekali berlari jika tidak ku suruh diam dia tidak akan diam, apa semua anak cowo seperti itu?!.

"Dapat nomer antrean berapa ma?" Tanya suamiku.

"Nomer 15, mas" jawabku sambil menunjukan kertas nomer antrean padanya.

"Waduh banyak juga pasiennya, sepagi ini udah ada 15 orang"

"Ini belum seberapa mas, biasanya sampai puluhan"

"Kaya Poli Penyakit Dalam?"

"Beda dikit lah gak sebanyak Poli Penyakit Dalam, disini kan cuma ibu hamil dan yang sakit seputar organ kewanitaan" aku memberikan penjelasan pada suamiku.

Jam 6 pagi aku sudah disini ambil nomer antrean dan dapat nomer 15 sedangkan Dokter baru praktek jam 9 tapi para suster sudah menyiapkan map rekam medis status pasiennya dan melakukan tensi darah terlebih dahulu beserta timbang berat badan.

Selesai itu semua ternyata masih ada waktu 3 jam lagi lg kurang lebih, akhirnya kami memutuskan untuk kembali pulang dulu, nanti jam 9 kami kembali lagi sebelum Dokter datang. Kasihan Awan dia tidak sabar menunggu terlalu lama dirumah sakit tidak baik juga anak-anak seusianya terlalu lama dilingkungan rumah sakit.

Kami tidak pulang kerumah kami melainkan kerumah kedua orang tuaku, karena rencana mas Putra dia mau menitipkan Awan disana.

***

Sebelum pukul 09.00 wib aku dan mas Putra sudah berada di Rumah Sakit lagi tanpa Awan karena dia sudah kami titip pada eyangti (eyang putri) dan eyangkung-nya (eyang kakung).

Aku duduk bersebelahan dengan mas Putra, disana banyak ibu-ibu hamil juga yang menunggu dokter bersama suami mereka, mayoritas perut mereka sudah terlihat besar mungkin usia kandungan mereka sudah lebih dari 4 bulanan, tidak seperti aku yang masih rata perutnya. Satu persatu nomer antrean dipanggil suster untuk konsultasi dan periksa kedalam ruangan dokter, tidak terasa nomer antreanku di panggil.

"Nomer 15" dengan lantang suster itu memanggil nomer antreanku. Aku dan mas Putra masuk kedalam bersamaan.

"Selamat pagi dok" sapaku

"Selamat pagi pak, bu, silahkan duduk" balas Dokter Obgyn dengan senyum manis kearah kami berdua, seorang dokter yang masih muda tapi sudah menjadi spesialis Obgyn (Sp.OG)

Dokter itu membaca sekilas rekam medis status pasien atas namaku.

"Kita langsung periksa aja yah bu Kanaya" ajak dokter itu mengiringku menuju ranjang periksa dibantu suster aku diminta berbaring dan mengangkat sedikit kaosku dibagian perut karena dokter mau melakukan tindakan ultrasonografi (USG) pada perutku.

Suster menuangkan sedikit gel di perutku yang masih rata lalu dokter itu pun mengambil sebuah alat sensornya lalu meletakkannya diatas gel itu dan mengusap-usap sekeliling perutku, matanya fokus pada layar monitor sesekali satu tangannya mengetik sesuatu disana.

Tidak lama hanya sebentar sudah selesai. Suster kembali membantuku mem bersihkan gel yang masih menempel dikulit perutku. Lalu menolongku turun perlahan dari ranjang periksa yang lumayan tinggi.

Aku kembali duduk disebelah mas Putra, sejak tadi dia tidak beranjak dari kursinya sesekali mengintip tindakan dokter padaku.

Setelah mencuci tangannya dokter itu duduk kembali dikursinya dan menulis sedikit di statusku.

"Selamat yah pak, bu. Ibu Kanaya positif hamil usia kandungan 3 minggu, ini print foto USGnya. Sampai saat ini janin sehat tumbuh kembangnya sesuai dengan usianya, saya buat resep vitamin untuk kehamilannya yah bu" ucap dokter itu panjang lebar.

Setelah menerima foto hasil USG mas Putra memutar-mutar fotonya jelas terlihat dia tidak bisa membaca hasil USG itu, membuat ku tersenyum penuh arti melihatnya, lalu aku membantu dia membenarkan posisi foto yang dipegangnya. Keningnya mas Putra berkerut heran dan masih tidak mengerti semua tampak hitam saja baginya, padahal disana terlihat janin kecil didalam rahimku.

Untuk sebagian orang awam pasti sangat sulit membaca hasil USG.

Karena ini kehamilan keduaku, aku tidak terlalu banyak bertanya pada dokter karena aku sendiri sudah pernah hamil dan sangat paham tentang kehamilan, setidaknya aku bisa menjalani hamilku yang sekarang dari pengalaman hamil pertamaku.

Setelah dokter itu menyerahkan resep vitamin, aku dan mas Putra pergi ke apotek untuk menebus vitamin itu, ternyata harganya lumayan mahal, terakhir aku membeli vitamin untuk kehamilan itu lima tahun yang lalu harganya belum semahal ini.

____________________________________

avataravatar
Next chapter