1 Part 1 : Dia, Rega

Author's Pov

"Gaa!! Gaaa!! Kamu dimana?! Gaa!!" gadis itu terus berteriak nama seorang laki-laki yang sangat dia sayang, walaupun luka dan darah menghiasi wajah mungil dan bajunya, dia tidak peduli. Dia hanya ingin melihat dan memastikan Rega, sahabatnya selamat.

"Sha? Tasha?" ucap seorang laki-laki setengah berbisik "Iya, Ga. Aku disini. Ayo kita pergi sekarang. Kita pergi dari tempat ini." kata Tasha menahan air matanya. Tasha tidak tahan melihat sahabatnya kesakitan seperti ini, sosok Rega yang biasanya ceria dan selalu mewarnai hari-hari Tasha, sampai tragedi sial ini terjadi.

Saat Tasha melepas ikatan yang ada di tangan dan kaki Rega, tiba-tiba terdengar suara decit pintu. Mereka berdua panik dan tidak tahu harus berbuat apa, Tasha cepat-cepat melepas ikatan pada Rega sampai sepasang tangan dingin dan pucat menghentikan gerakan Tasha "Sha, tinggalin aku disni, please. Kamu harus lari, aku gak mau kamu sakit lagi." balas Rega, walaupun Tasha mendengar perkataan Rega, Tasha masih saja mencoba melepas ikatan tali yang sangat kuat itu, namun genggaman yang ada di tangannya malah bertambah kuat "Sha! Please, I beg you. Pergi sekarang dari sini." ujar Rega.

"Nggak. Kita keluar bareng-bareng. Pokoknya kita harus selamat." balas Tasha, air matanya sudah mengalir deras bak air terjun. "Nggak, Sha. Pergi. Sekarang." ucap Rega, menggunakan sisa kekuatannya untuk melepaskan genggaman Tasha dari tangannya. "Wah... Wah... Wah… lihat siapa yang datang kesini. Kamu mau menyelamatkan pangeranmu, hm?" ucap seorang laki-laki paruh baya yang membuat Tasha dan Rega terlonjak kaget. Laki-laki itu terus berjalan kearah mereka berdua sambil menodongkan pistol, mereka berdua hanya bisa diam di tempat, Tasha memegang tangan Rega dengan erat, begitu pula Rega. "Well... Well jadi, siapa yang mau duluan? Cewek cantik ini apa kamu?" ucap seorang laki-laki itu membuat Tasha dan Rega gemetar "Cukup. Ambil saya aja, jangan dia." ucap Rega lemas. "Okay. Say bye bye to your princess." lalu tak lama terdengar suara pistol.

DORR!!!

"REGAAAA!!!" teriak Tasha, dia terbangun dari mimpinya. 'Ugh mimpi itu lagi!' batin Tasha. Lalu, tiba-tiba seseorang menerobos masuk ke kamar Tasha "Sha! Lu kenapa?!" Tasha hanya menatap bingung kakaknya yang terlihat seperti orang kesurupan "Kak Agaaa. Harusnya aku yang nanya, kakak kenapa? Dateng-dateng kayak orang kesurupan." balas Tasha sambil beranjak dari tempat tidurnya "Dasar. Kan tadi juga kamu yang teriak. Udahlah kakak mau lanjut main lagi, ganggu aja."

"Yaudah gih sana." jawab Tasha cuek.

Tasha Keira Alfayra gadis yang baik namun cuek. Ada sesuatu yang mengubah Tasha menjadi sosok yang sangat dingin, terutama pada laki-laki.

Di sekolahnya dia dijuluki dengan sebutan Ice Queen. Walaupun begitu, laki-laki tetap saja mengantre demi Tasha yang membuat sebagian perempuan di sekolahnya iri. Namun, Tasha tidak peduli. Semenjak hari itu, hari saat dia kehilangan orang tuanya sahabat sekaligus cinta pertama Tasha. Dan hanya 2 orang dalam hidup Tasha yang mengetahui cerita ini Kakaknya Agatha, dan sahabatnya Reyna. Tasha dan Reyna sudah menjadi sahabat sejak mereka baru masuk SD, walaupun kepribadian mereka yang sangat bertolak belakang, mereka saling melengkapi.

Tasha sedang asyik menonton acara kesukaannya sampai ada notif yang menandakan WA masuk. Tasha mengalihkan perhatiannya dari TV ke HP nya untuk melihat orang yang mengiriminya pesan.

< Morning, my bestiee💟💟

Too >

< Ouch. Dingin banget sih

Masih bagus gua jawab >

< Astaghfirullah. Heran, kenapa sih gua bisa sahabatan sama lo?

Kenapa sih Reynaa?? >

< Btw sekarang kan Minggu, gimana kalo kita jalan-jalan?

Oke. Gua tunggu dirumah, lu jemput gua. >

Setelah mendapat balasan 'Okay' dari sahabatnya, Tasha langsung bergegas ke kamarnya dan bersiap-siap. Tasha bukan tipe perempuan yang feminim, dia lebih suka menggunakan celana jeans sobek, kaus oblong, jaket, dan sneakers sebagai pelengkapnya. Setelah memastikan penampilannya di depan kaca, Tasha bergegas ke teras dan menunggu Reyna disana "Wow. Akhirnya adik kakak yang tercinta ini nge-date." ucap Agatha dengan nada mengejek. "Aku keluar sama Reyna. You know I don't like that 'stuff'." balas Tasha cuek. "Ckckck. Ternyata emang bener kata Rey. Kamu emang cocok dipanggil Ice Queen." balas Agatha dan mendapat tatapan mata tajam dari Tasha sebagai balasannya. Tak lama terdengar suara mesin mobil mendekati rumahnya, tidak perlu melihat, Tasha langsung tahu bahwa itu adalah mobil Reyna. "Yaudah, Reyna udah nyampe. Aku pergi dulu ya, kak." ucap Tasha sambil mencium pipi kakaknya.

"Lu mau kemana nih?" tanya Reyna setelah Tasha memasuki mobilnya dan memakai sabuk pengaman.

"Terserah lu deh. Kan lu yang ngajak keluar."

"Kenapa, Sha? Pagi-pagi udah badmood aja." ucap Reyna setelah mendengar jawaban dari Tasha.

Reyna tahu pasti ada sesuatu yang terjadi pada sahabat dinginnya itu. Tasha hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Gua mimpi itu lagi, Rey." ujar Tasha dengan suara berbisik. Tak sadar air mata mengalir di pipinya, Reyna yang masih fokus menyetir hanya bisa mengusap pundak Tasha lembut. Walaupun Reyna terkejut, sudah bertahun-tahun Tasha sembuh dari traumanya. Sudah lama Tasha tidak bercerita tentang lelaki yang bernama Rega itu.

"Kak Aga tau??" tanya Reyna masih mengusap pundak Tasha lembut. Tasha hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Reyna. Reyna menghela napas dalam-dalam. Dia tidak suka melihat sahabatnya seperti ini. Walaupun Tasha dingin dan cuek, namun di dalam dia sangat hangat dan baik. Andai tragedi sial itu tidak terjadi, Tasha tidak akan menderita seperti ini.

Akhirnya, Reyna memutuskan untuk pergi ke taman bermain yang sering mereka datangi saat mereka masih duduk di bangku SD.

Reyna, Rega, dan Tasya tidak bisa dipisahkan, walaupun mereka berasal dari latar keluarga yang sangat berbeda. Rega dan Tasha berasal dari keluarga kaya raya sedangkan Reyna adalah anak dari pembantu rumah tangga keluarga Tasha. Dari sanalah mereka menjadi sahabat. Tapi, tiba-tiba sesuatu terjadi, hidup mereka menjadi menderita. Reyna ingat betul saat orang tuanya dibunuh dengan sadisnya karena melindungi keluarga Tasha. Sampai saat ini pun, Reyna maupun Tasha masih tidak mengerti kenapa.

Reyna mematikan mesin mobilnya, ia terlalu tenggelam dalam pikirannya sampai-sampai Reyna tidak menyadari sahabatnya itu tertidur lelap, mata Tasha terlihat sembap dan hidungnya terlihat merah, Reyna tidak tahan melihat Tasha seperti ini. Baginya Tasha adalah adik perempuannya. Begitu pula Tasha, Tasha menganggap Reyna sebagai kakaknya, walaupun umur mereka hanya berbeda 2 bulan.

Melihat Tasha yang sedang tertidur lelap sekarang, mengingatkan Reyna tentang kenangan yang ingin dibuangnya jauh-jauh. Reyna ingat bagaimana terpukul dan tertekannya Tasha saat orang tuanya dan Rega dibawa oleh sekumpulan orang jahat itu.

Untung saja Agatha, kakak laki-laki Tasha bergerak cepat dan mengambil alih perusahaan ayahnya.

"Re--Rega?? Rega?" Reyna masih tenggelam dalam pikirannya, sampai mendengar Tasha bergumam memanggil nama Rega.

"Sha, bangun. Kita udah nyampe." ucap Reyna lembut, untung saja Tasha termasuk orang yang langsung bangun jika mendengar suara sekecil apapun. Tasha menggeliat dan membuka matanya perlahan-lahan, dia melihat ke sekelilingnya.

"Masih inget tempat ini?" tanya Reyna kepada Tasha. Tasha hanya tersenyum lembut dan bergegas keluar dari mobil Reyna, dan Reyna mengikuti dari belakang. Sudah lama Reyna tidak melihat Tasha tersenyum selebar ini, Tasha memang dingin, cuek, dan terlihat tidak peduli. Namun, jika sudah mengenal Tasha lebih dekat, bayangan tentang Tasha yang dingin bin cuek itu hilang.

Reyna mengambil HP nya dan diam-diam memotret Tasha dari belakang.

avataravatar
Next chapter