4 Si Kecil Si Pendampingku

-Author Path-

Michella dan anak di dalam lemari itu terdiam untuk waktu yang lama hingga embun menghilang dan matahari mulai bersinar.

Michella yang duduk bersandar di samping lemari hampir tertidur sedangkan anak itu tidak mau keluar.

"Memangnya, apa yang terjadi jam empat pagi heh?"

Tidak ada respon, apakah anak itu juga tertidur di dalam sana?

Michella perlahan membuka pintu lemari itu namun dengan cepat ditarik kembali membuatnya terkejut.

"Gah! Sudah berapa kali aku terkejut hari ini! Nak, kamu jangan buat jantungku copot"

"Pergi kau!"

"Lalu jika aku pergi apa yang kamu lakukan? Menangis di dalam lemari itu selama-lamanya hingga kamu mati terus kelaparan?"

"Bodoh! Yang kutahu itu lapar dulu baru mati!"

Mendengar ada-ada aja jawaban anak itu Michella segera menarik pintu lemari hingga terbuka dan nampak anak kecil itu meringkuk dalam ketakutan tetap menangis namun tanpa suara.

"Ma-mafkan aku, aku tidak bermaksud mengganggumu jika ini privat... eh adik manis" Michella perlahan mengulur tangannya ke anak itu dan menggendongnya lembut.

"Ah, sudah tidak perlu menangis aku di sini aku bersamamu... Maafkan aku karena melukai keluargamu dan masuk rumahmu dengan beringas... "

"Huh, hiks... Kamu ini siapa? Kenapa kamu begitu peduli?"

Michella tersenyum kecil kepada anak itu dan membelai rambutnya.

"Anggap saja aku... Em... Malaikat pelindungmu hm?"

Anak itu mengangguk dan memeluk Michella dengan erat kemudian kembali ke lemari dan mengambil boneka kelincinya.

"Ini namanya Haley, boneka kelinciku teman abadiku tidak peduli sampai tua aku akan selalu bersamanya... Haley perkenalkan ini... Eh... Aku tidak tahu namanya..."

"Michella, namaku Michella dan senang bertemu denganmu Haley"

Anak itu mengangkat boneka kelincinya dan menggerakkannya menirukan gaya manusia yang berkenalan dengan bersalaman tangan.

"Dan siapa namamu, adik manis?"

"Ibuku selalu memanggilku Si Kecil begitu ayahku memanggilku Si Kecil..."

"Jadi namamu yang sebenarnya adalaaaaah..."

Anak itu diam sedikit bingung membuat Michella tidak percaya apa yang dia saksikan.

"Berapa umurmu nak?"

"Sembilan tahun..."

"Dan kamu tidak tahu namamu? Kamu tidak masuk sekolah semacamnya?"

"Aku belajar di rumah bersama guru dari luar, home schooling namanya dan guru itu juga selalu memanggilku adik kecil"

Aneh, tapi nyata...

"Jadi kalau begitu, kamu yang menentukan siapa namamu... Yang keren pastinya"

"Namaku? Aku tidak tahu! Aku jarang bergaul aku tidak punya banyak pengetahuan sosial hanya terpaku pada apa yang ada di dalam rumah, menuruti orang tua dan rumus pelajaran"

"Uhm, bagaimana kalau... Namamu dari rumus pelajaran itu?"

Anak itu terua diam sambil mengangkat bahu.

"Eeh, gimana kalau kakak yang memberikan nama?"

Hening...

Michella tepok dahi karena tingkah anak itu, terlalu canggung heh?

"Bagaimana kalau namamu itu Sundays? Aku ingat es krim Sundays di taman bermain dengan berbagai topping unik, kamu mirip itu... Penuh dengan warna... Hehe"

"Rasanya seperti hari minggu..."

"Eh iya memang jika diterjemahkan jadi hari minggu gimana kalau Mondays saja? Selain Sundays, Mondays lebih manis dan ukuran lebih kecil cocok untuk kamu si kecil"

"Kakak menamaiku dengan nama hari ya? Kok aneh ya"

"Meskipun nama hari namun penuh makna bahkan seiras dengan dirimu... Bagaimana?"

Anak itu mengangguk girang dengan senyuman lebar.

Hari itu juga petualangan tidak terlalu sepi karena Michella bertemu dengan Mondays.

Meskipun membawa anak kecil seperti Mondays akan menyulitkan namun Michella tetap rela mengambil langkah ini karena sudah menjadi tanggung jawab yang tua menjaga yang muda begitu juga sebaliknya.

.

.

.

avataravatar
Next chapter