10 Cemas dan Panik

Krrrkkk... Kkkrrrkkk... Kkkkrrrrrkkkkk...

Suara jangkrik dan beberapa suara katak memenuhi halaman mansion ketika hari sudah malam, listrik tidak ada dan penerangan satu-satunya adalah beberapa lentera yang sudah terlihat kuno namun sangat berkelas... Pastinya bukan lentera yang dijual bebas dipasaran.

Claire dari tadi mondar-mandir di depan pintu utama, rasa cemasnya tidak hilang-hilang. Aku juga Claire cemas karena Harry dan Mondays pergi tanpa memberitahu kami meskipun Claire sudah tahu Harry akan memeriksa salurannya nanti namun dia tidak menyangka Harry pergi meninggalkan mansion tanpa pamit atau memberitahukannya.

Bahkan mereka belum balik sampai sekarang, Claire bilang mungkin mereka pergi mengecek saluran air... Tapi Claire juga tidak tahu kalau mereka akan pergi sore itu lagipula Harry tidak bilang kalau dia membawa Mondays.

Sebentar dia mondar-mandir sebentar dia membuka tirai jendela sedikit dan mengintip keluar sedangkan aku masih duduk diam di sofa yang sama tempat aku pertama kali duduk di sini.

"Aku mulai takut, Michella" keluh Claire, jujur saja aku takut sendirian bersama Claire di sini.

Masalahnya penampilan serta sikapnya sedikit aneh seperti yang di bilang Harry apalagi dengan baju putih panjang dan bercak darah membuatnya lebih menakutkan.

"Aku akan pergi mencari mereka kalau perlu, apakah ada semacam kapak atau pisau besar yang bisa kupinjam?"

Claire diam, lama dia menatapku, itu yang membuatku merasa aneh dan tidak enak bersama dengannya lama-lama. Sikapnya!

"Apa maksudmu? Kamu mencari mereka dimalam hari seperti ini ditemani para kanibal itu... Sungguh heroik!"

Aku memutar mata saja dan berdiri dari sofa tempat aku duduk, aku akan mencari mereka, Mondays seharusnya tidak pergi tanpa aku!

"Baik! Aku akan pergi dengan atau tanpa senjata juga bersamamu atau tidak bersamamu aku tidak peduli..." aku hendak keluar dari mansion dan baru saja tanganku menyentuh kenok pintu seketika Claire menyambar tanganku.

Tak lama dia mendekatiku dan berbisik.

"Kamu tidak tahu bahaya yang kamu hadapi kenapa kamu meski bersikeras heh?" aku langsung mendorongnya, dia memang orang aneh seperti yang Harry katakan.

"Jangan ganggu aku! Kamu mulai bersikap aneh... Jangan-jangan kamu juga termasuk kanibal itu!"

Claire cekikikan sebentar dan menunduk, perlahan dia menggeleng kemudian menatapku lembut dan berbalik menuju lemari kaca yang penuh akan barang-barang antik, jangan bilang kalau dia akan menghancurkannya juga karena sikapnya yang suka berubah-ubah itu.

Craccckk... Tssss!!!

Yah, benar, dia memecahkan dan membongkar lemarinya... Hebat.Tapi dia kembali lagi kepadaku membawa sebuah pedang tipis, tajam dan panjang.

"Kamu akan aman bersama samurai ini, ini milik kakekku yang dulunya berteman dengan ninja terakhir di bumi, sebelum teman kakekku meninggal dia sempat mengajarkan kakekku trik ninja namun kakekku tidak pernah mengajarkannya padaku tapi hanya memberikan pedang ini untuk koleksi, konyol bukan? Terimalah Ninjato ini... " Claire mengulurkan sebuah samurai dengan ukiran juga warna yang khas di gagang dan mata pedangnya, sangat berkilau meskipun hanya cahaya lentera yang menyinarinya.

Aku benar-benar tidak menyangka apa yang Claire berikan, kukira dia akan membunuhku dengan samurai itu.

"Tunggu apa lagi, ayo kita selamatkan mereka, kamu ingat cerita Fantasi berjudul 'Blue Rose and Flame Orchid' yang pernah kutulis?"

Aku mengingat buku apa saja yang pernah ku baca, ya termasuk buku itu juga pernah kubaca.

"Yap, kisah dimana dua orang asing dengan kekuatan yang berbeda, negeri yang berbeda dan bahasa yang berbeda terjebak ditengah laut fiksi penuh makhluk dalam air yang aneh dan unik, mereka berkomunikasi dan bekerja sama dengan gerakan dan senjata, apa hubungannya?" aku heran apa yang Claire maksud.

"Maksudku kita seperti mereka, kita berdua berbeda jauh antara kedudukan dan pendapat namun karena emosi kita bisa bersatu... Aku sebagai Blue Rose dengan revolver dan kamu Flame Orchid dengan samurai meskipun sebenarnya Flame Orchid menggunakan tombak..." Claire menyeringai ke arahku, aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain.

Dalam hatiku aku bergumam" Penulis ini terlalu tinggi imajinasinya." tapi aku sangat berterima kasih atas senjatanya.

Huh, dia memang aneh.

"Kalau begitu ayo kita cari mereka... Tapi, kira-kira dimana mereka?" Claire hanya mengangkat bahu mendengar jawabanku.

"Aku tidak tahu pasti tapi jika orang ingin memeriksa pipa air ada di outhouse samping mansion, kita periksa di sana lebih dahulu"

Claire segera menuntunku menuju outhouse di samping mansion, tak lupa sebelum pergi kami membawa senter.

"Tidak ada apa-apa disini, jangan-jangan mereka dimakan kanibal itu!?" aku menduga-duga namun Claire segera membantahnya.

"Huss! Jangan bicara seperti itu, semua orang bisa mempertahankan diri terutama Harry, dia cukup kuat untuk membunuh kanibal" bisik Claire.

Semakin lama kami mencari hari semakin larut dan semakin kecil juga suara kami berbincang, sekarang hanya berbisik untuk antisipasi kalau kanibal itu mendengar.

Karena di sekitar mansion tidak ada jadi kami memutuskan untuk mencari ke sekitar gerbang luar dan jalan aspal di dekat halaman mansion.

"Ada jejak?" tanya Claire seraya berbisik dan aku memalas dengan gelengan pelan.

Aaahhh! Pergi!!!

Ada suara teriakan dari jalan raya cukup jauh namun masih bisa terdengar.

"Ada orang di sana!" aku hendak pergi namun Claire menahanku. Lagi.

"Sekarang apa lagi!?"

"Kamu tidak dengar teriakannya? Dia pasti dikejar gerombolan kanibal! Kita tidak bisa pergi kesana hanya untuk ikut-ikutan dikejar orang lapar itu!"

"Aku tahu, hanya saja siapa tahu suara itu berasal dari mereka berdua..." aku hendak pergi kesana namun Claure tetap menahanku.

"Bagaimana mungkin mereka bisa berada disana? Hanya untuk memeriksa air sampai sejauh itu!? itu mungkin suara orang lain, Harry tidak bersuara seperti itu dan itu sepertinya teriakan seorang perempuan"

"Dan bagaimana kalau perempuan itu Mondays!?" Aku langsung berlari menuju jalan raya entahlah Claire ikut atau tidak aku lsama sekali tidak peduli.

"Michella! Jangan bodoh!" aku tidak peduli apa yang dia teriakan lagi aku tetap pergi.

***

-Harry's Path-

Saat senja, saat itu, saat aku hampir mati, setidaknya anak itu selamat... Dan aku?

Aku terus menahan nafas di dalam limbah cair berbau busuk itu bersama Mondays, dia menggeliat ingin bernafas tapi aku menariknya lagi.

Kanibal itu sungguh tidak tahu kalau kami ada di dekatnya, di dalam air ini.

Glllupp... Gluurrrp...

Anak itu menggeliat namun aku tetap menahannya sebentar lagi, aku menghitung dari detik pertama sampai detik sepuluh. Berharap saat kami muncul ke permukaan pada hitungan kesepuluh, kanibal itu sudah pergi.

Satu...

Eeellgh... Uullrrp...

Aku segera menutup mulut Mondays yang terus mengeluarkan gelembung udara.

Aku tahu rasanya tidak bernafas dalam waktu lama dan terjebak di antara sampah namun ini satu-satunya cara untuk hidup.

Dua...

Bllurp... blurp...

Anak itu berusaha melepaskan tanganku namun aku tetap menahannya.

Tiga...

Tak lama dia memukul-mukul tanganku dan menendangku tapi aku semakin mendekapnya.

Empat...

Aku berusaha membuatnya tenang dengan memeluknya erat...

Lima...

Tatapannya yang lemah mulai membuatku semakin tidak bisa menahannya untuk mengambil nafas tapi muncul ke permukaan saat ini sama saja dengan bunuh diri...

Aku menggeleng pelan dan tersenyum padanya...

Enam...

Dia menutup matanya dan membalas senyumanku, kanibal itu masih tidak sadar kami ada di bawah sampah-sampah plastik yang mengambang di atas air...

Mereka belum menyergap kami.

Tujuh...

Tenagaku mulai habis dan perlahan pelukanku kepada Mondays melebar namun segera gadis kecil itu memelukku lebih erat...

Delapan...

Dengan tenaga yang tersisa kembali ku peluk Mondays dan perlahan kakiku bergerak berenang ke atas.

Sembilan...

Sebentar lagi!

Dengan timing yang tepat aku mulai mendekati permukaan, aku benar-benar berharap kanibal itu pergi... Setidaknya mereka memberikan waktu untuk kami bernafas.

Sepuluh...

...

avataravatar
Next chapter