webnovel

Akhirnya terjadi juga

Pada saat momen pernikahan akan dilangsungkan, Ara tidak bisa mengalihkan pandangannya saat melihat Aya yang datang didampingi oleh ibunya.

Ia terpesona. Benar-benar terpesona. Ia tahu Aya adalah wanita yang cantik. Namun hari ini, Aya jauh terlihat lebih cantik dan lebih menawan.

Ara tersenyum pada Aya saat Aya hendak duduk di sampingnya. Namun Aya tidak benar-benar melihat Ara. Aya langsung menghadapkan wajahnya ke depan menatap penghulu yang berada tepat di depan mereka yang hanya dipisahkan oleh pembatas berupa sebuah meja kecil. Di meja kecil itulah terdapat surat menyurat pernikahan mereka dan mas kawin dari Ara untuk Aya.

Ara tahu, Aya sengaja tidak melihatnya. Ara berbisik di dalam hati, 'akhirnya Ay, kamu akan menjadi milikku hari ini.' Sambil menghadap kembali ke penghulu. Dan tersenyum.

Tak lama setelah itu, penghulu bertanya kepada Ara, apakah ia sudah siap untuk memulai pernikahan ini. Dan Ara menjawab dengan anggukan dan tersenyum.

Ia melihat kepada kedua orang tuanya yang berada di belakang penghulu. Dan tersenyum kepada mereka.

Penghulu mulai memegang tangan Ara, layaknya orang bersalaman. Lalu membacakan kalimat Ijab Qabul yang selanjutnya di ulang oleh Ara dengan lancar.

"Saya terima nikahnya Ami Maya Cordova binti Toni Amin Cordova dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 14 gram dibayar tunai." Kata Ara dengan suara lantang yang langsung disahut "sah, sah" oleh kedua saksi pernikahan mereka.

Ruangan saat itu langsung bergemuruh dengan suara-suara "alhamdulillah" dan "sah, sah".

Ara tersenyum bahagia. Namun Aya menundukkan kepalanya sambil menahan air matanya.

Saat Ara menoleh melihat Aya, ia tahu, bahwa sampai saat ini Aya masih belum bisa mencintainya. Namun Ara tidak peduli, Ara menginginkan Aya. Ia berpikir, lambat laun Aya akan jatuh cinta kepadanya. Ia harus bisa membuat Aya jatuh cinta kepadanya.

Setelah acara selesai, waktu menunjukkan pukul 4 sore. Ara dan Aya dipersilahkan untuk kembali ke kamar.

Ara dan Aya menuju ke kamar Aya yang saat ini telah dihias menjadi kamar pengantin.

Untuk hari ini mereka akan bermalam di rumah ini. Namun mulai besok, Ara akan membawa Aya ke rumahnya, yang sudah dibelinya khusus untuk mereka berdua.

Sesampai mereka di depan pintu kamar, saat Aya hendak membuka pintu, tangan Ara langsung memegang tangan Aya yang sedang menggengam pegangan pintu.

Aya tersentak karena kaget. Ara tersenyum kepadanya. Dengan cepat Aya menarik tangannya. Namun tertahan, karena masih dipegang oleh Ara.

"Setelah masuk ke dalam, kamu harus menunaikan tugasmu sebagai seorang istri." Kata Ara, yang membuat Aya gugup dan sedikit ketakutan.

Ia melanjutkan, "aku tidak mau ada kata TIDAK!" Jelas Ara.

Aya menatap Ara dengan perasaan yang semakin kalut dan berharap kalau Ara hanya bercanda. Lalu Ara melepaskan tangan Aya dan membuka pintu kamar. Ia langsung masuk yang disusul oleh Aya.

Ara melihat sekeliling isi kamar Aya yang dihiasi dengan kain-kain berwarna dan bunga-bunga plastik yang ditempelkan di dinding-dinding kamar.

Ia melihat tempat tidur dengan seprai berwarna merah muda polos dan terlihat masih baru. Ia tersenyum, cenderung menyeringai.

Ia segera membuka pakaian atasnya tanpa memikirkan Aya yang sudah tidak nyaman sedari tadi, lalu merebahkan diri di kasur tersebut.

"Hmmnn enaknya berebah." Kata Ara sambil melirik ke arah Aya yang sedang duduk di kursi di dekat tempat tidur tersebut.

Ia sengaja berlama-lama bertelanjang dada sebelum menggunakan baju gantinya.

Ia sengaja mempermainkan Aya yang dari tadi dilihatnya sudah tidak tenang berada di dalam kamar. Ara tersenyum sendiri sambil memperhatikan Aya yang salah tingkah.

Ia membolak-balikan badannya dengan sengaja sambil berkata "aku suka tempat tidur ini. Apalagi kalau kamu juga ikut berbaring di sini". Sambil menepuk-nepuk kasur di sampingnya, memberi tanda agar Aya juga ikut berebah. Namun Aya tidak menggubrisnya.

Di dalam hati Aya, ia menggerutu jengkel karena kelakuan Ara. Ia tahu kalau Ara sedang mempermainkannnya.

Ia segera masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut untuk membersihkan segala riasannya, baik wajah maupun rambutnya.

Setelah lama waktu berlalu, Ara duduk di atas kasur sambil memperhatikan pintu kamar mandi. 'Sedang apa dia di dalam?' pikir Ara. Karena sudah lebih dari setengah jam, Aya belum juga keluar dari kamar mandi.

Ara berjalan menuju kamar mandi. Lalu Ara mengetok pintu kamar mandi. "Hei sayang, kamu lagi ngapain di dalam? Masih lama kah?" tanya Ara.

"Sebentar." Sahut Aya dari dalam. "Hmmmm.." Ara tersenyum licik di depan pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Tak lama, Aya pun keluar. Aya kaget setengah mati karena Ara sudah berdiri di hadapannya, masih tanpa menggunakan baju atasan.

Aya tidak mengira kalau Ara akan menunggunya tepat di depan pintu kamar mandi. Hampir ia menubruk dada bidang Ara karena menunduk saat membuka pintu.

Aya hendak minggir untuk keluar dari kamar mandi, namun dihalangi oleh Ara. Ara merentangkan kedua tangannya di kanan dan kiri kusen pintu. Ia tersenyum melihat Aya yang kebingungan.

Dengan kesal Aya berbicara "bisa tolong minggir?!!"

"Hmmmp....." Jawab Ara sambil tersenyum sumringah. Ara menggeser sedikit badannya agar Aya bisa lewat.

Namun saat Aya melangkah melewati Ara, Ara dengan cepat menangkap lengan kanan Aya.

"Apa yang kamu ..." protes Aya. Namun belum selesai Aya berbicara, mulutnya sudah dikunci Ara dengan ciuman di bibirnya.

Aya panik. Dan ia gemetaran. Ia segera berontak dengan mendorong tubuh Ara, namun gagal karena Ara sudah memeluknya dengan erat.

Setelah beberapa detik, Ara menghentikan ciumannya kepada Aya, namun tetap memegang bahu Aya dengan kedua tangannya. Ia menatap Aya.

Beberapa saat mereka saling bertatapan sampai akhirnya Aya tersadar dan menundukkan wajahnya. Ara melihat pipi Aya bersemu merah. Namun Ara berpikir, apakah ini marah atau malu.

"Aku mencintaimu." Kata Ara mengisi kekosongan dan memang ia ingin menyampaikan hal tersebut. Diangkatnya dagu Aya dengan tangan kanannya, mengarahkan Aya agar menatapnya.

Aya terdiam, tak mampu berbicara. Aya hanya meneteskan air matanya. Dan itu membuat Ara terkejut. Ia tak menyangka Aya begitu tidak menginginkannya.

Ia kecewa, ia marah. Ia telah melakukan segala cara agar Aya bisa membuka hatinya untuknya.

Ia mengusap air mata Aya dengan tangan kanannya. Ia mencium kening Aya dan memeluk Aya. Ia mencintai Aya dengan segenap hatinya. Telah lama ia memberikan hatinya untuk Aya.

Ia berharap dengan seringnya mereka bersama, Aya akan jatuh cinta kepadanya. Dan akan menerima ia dengan segenap hatinya. Ia menginginkan rumah tangga mereka yang harmonis dengan canda tawa dari anak-anak mereka.

Yeaiiiii, Ara berhasil menikahi Aya. Kenapa sih Aya gak suka sama Ara? Padahal ya, Ara itu tampan, tinggi, keren, cerdas, kaya lagi.

Mungkin karena dulu Ara suka mengganggu Aya kali ya ?. Jadinya keterusan deh jengkelnya sama Ara.

Cerita ini akan ada sedikit maju mundur di waktu ya. Kadang akan menceritakan masa sekarang, terkadang akan kembali ke masa lalu. Tapi cerita akan tetap nyambung kok.

Semoga cerita ini bisa membuat readers suka ya.

Salam

SiRA.

SiRAcreators' thoughts
Next chapter