1 Prolog

14 Januari 20xx

"Ayo, kejar ahahahahah."

"Aduh.. tungguin Ella!"

Bruk!

"Hiks s-sakit.. Huaaa Bian jahat! Gara-gara Bian hiks Ella jatoh."

"Ella.." bocah laki-laki itu menghampiri sahabatnya yang jatuh terduduk di atas tanah berumput. Ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu.

"M-maafin Bian." Bocah itu menggigit bibir bawahnya.

"Bian janji gak bakal buat Ella kejar Bian dan buat Ella jatuh lagi."

"Janji?" tanya gadis kecil itu dengan mata berbinar.

"Janji."

~

5 April 20xx

"Ella kenapa nangis?" Tangan gemuk bocah itu mengusap punggung sahabatnya yang sedikit bergetar karena menangis.

"Hiks Bian.. t-tadi Ella disuruh tunggu di sini sama Onty Sarah. Tapi s-sampe sekarang onty belum dateng juga."

"Tenang Ella, jangan nangis. Sekarang kan udah ada Bian di sini temenin Ella. Bian gak akan ninggalin Ella kok."

"Ella juga gak akan ninggalin Bian. Kita akan selalu bersama. Selamanya!"

~

27 Juni 20xx

"Kenapa film-nya diganti?"

"Ella gak mau nonton. Kasian kakak cantik masa dimarahin cowonya. Pasti nanti dia nangis, kalo dia nangis nanti Ella ikut sedih juga. Bian nanti gak boleh bikin perempuan sedih kayak gitu, ya. Kalo ngga nanti Ella marah nih sama Bian." Gadis kecil itu menggembungkan pipinya yang gembul.

"Iya, Ella. Bian gak akan buat perempuan sedih. Apalagi mama sama Ella, Bian kan sayang kalian."

~

3 Juli 20xx

"Bian, buat lumah pasil nya benel dong!"

"Hihi iya, Cindy."

"Bian, nanti Cindy jadi putlinya, ya. Bian pangelannya. Oke?"

"Siap, tuan putri!" jawab bocah itu dengan badan tegap menirukan laku pangeran.

Atensi keduanya teralih ke arah bocah perempuan yang baru saja melempar cetakan pasir ke dekat kaki mereka.

"Bian, Bian! Cindy gak boleh panggil Bian! Cuma Ella yang boleh!"

"Ella, kenapa?"

"Cindy gak manggil aku Bian lagi kok. Dia manggil Bian 'El' kayak yang lainnya. Bian cuma punya Ella. Ya kan?" Cindy mengangguk mengiyakan.

"Ella kenapa diem aja? Ella marah sama Bian?"

"Ella gak suka Bian lebih deket sama Cindy."

"Bian suka rambut panjang Cindy. Rambut panjang cantik. Ella juga cantik, tapi rambut Ella sekarang pendek."

Gadis kecil itu menyentuh rambut sebahunya yang baru di pangkas seminggu yang lalu. "Jadi Bian suka rambut panjang? Kalo gitu Ella gak bakal gunting rambut Ella, biar panjang, biar Bian suka. Tapi Bian jangan banding-bandingin Ella sama yang lain lagi, ya."

"Yuhuu.. Bian gak sabar nih mau main salon-salonan lagi sama Ella."

~

24 September 20xx

"Hihi Ella pasti suka." Jemari mungil bocah itu merapikan rangkaian bunga berbentuk bulat di genggamannya.

"A-aduh Bian! Tolong! Ella diserang lebah! Bian!" Benda bulat itu terjatuh di atas tanah. Si empunya segera menaiki tangga menuju rumah pohon.

"Sebentar Ella!" Manik hitamnya bergerak kesana kemari mencari benda yang bisa ia gunakan.

Ia berlari ke arah sahabatnya dengan kain lebar yang dibentangkan. Memojokkan tubuh mereka ke sudut rumah, menyelimuti keduanya.

Lima menit berlalu. Merasa sudah aman, mereka pun membuka kain yang menyelimuti mereka. "Huh.. untung aja. Makasi Bian, udah nyelametin Ella."

"Iya hihi. Bian akan selalu jadi penyelamat dan pelindung Ella, jadi Ella jangan khawatir."

~

31 Desember 20xx

Untuk kesayangannya Ella,

Hai, Bian. Ella cuma mau bilang kalo Ella mau pergi. Kata mom ini demi kebaikan Ella, jadi Ella harus pergi.

Bian jangan cari Ella. Jangan kangen sama Ella. Jangan nangisin Ella. Jadi laki-laki yang kuat. Buat Ella bangga punya sahabat kayak Bian.

Ella akan berusaha. Berusaha untuk kembali lagi ke Bian. Dan Ella harap, saat waktu itu datang, Bian adalah orang pertama yang menyambut Ella dengan pelukan hangat Bian. Ella sayang Bian.

Ella pamit.

Bocah laki-laki itu meremas surat bewarna beige dalam genggamannya. Ia mengusap kasar air matanya yang hampir jatuh. Dadanya naik turun menahan isak tangis.

"Pembohong! Ella pembohong! Ella bilang selamanya akan sama Bian!"

"Pergi Ella! Pergi dan gak usah kembali! Bian gak butuh Ella! Bian benci Ella!"

Dari balik pintu kamar bewarna putih itu berdiri seseorang berambut sebahu yang sedang menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak membunyikan suara sekecil apapun. Ia mendengar semuanya. Tapi bisa apa? Ia harus pergi.

"Maaf Bian.."

avataravatar
Next chapter