Kencana terperangah, wajah gadis itu ikut memucat, apa Fauziah mengetahui yg di atas panggung adalah kekasih nya yg sesungguhnya?
"Zi apa yg kamu katakan? Came on Zi? Tidak ada Bani disini?"Oceh Kencana. Kening gadis ini sampai berkerut khawatir akan segalanya.
"No Can? Dia ada di setiap detak jantung ku? Di mana mana aku melihat dia? Diatas panggung sana meskipun terlihat kurang jelas itu penyanyi siapa tapi aku ngerasa itu dia, itu suara dia? Tapi jika aku beralih pada kenyataan itu bukan dia Can, bahkan Bani ku tidak pandai bernyanyi sama sekali, tidak Can? Semakin hari aku semakin gila Can?Dg pernikahan yg tidak aku inginkan ini? Hikhikhik....Aku harus apa Can?"Fauziah dia kini terisak di pelukan nona Durga.
Kencana menarik nafas dalam dalam memejamkan matanya, merasakan betapa kepedihan itu begitu menyayat hati seorang gadis lugu ini, dia tidak salah mencintai pria itu dg sangat bahkan nyaris tak bertepi cenderung buta.
Wajar pria itu istimewa, satu di antara seribu, bukan hanya tampan ataupun punya kekuasaan, cara dia memperlakukan seorang wanita membuat gadis manapun takluk tanpa syarat begitulah pikiran seorang nona Durga.
Nona Durga melotot tajam penuh amarah, pria yg berdiri di sampingnya namun tak menyadari apa yg telah terjadi pria itu membelakangi mereka dan masih sibuk berbincang bincang lewat ponsel yg entah dg siapa.
"Berhenti laki laki brengsek"pekik nona Durga, menghampiri pria karismatik itu, kemudian menarik paksa ponsel yg ada di telinga pria itu dan membanting nya.
Fauziah tertegun mengatur nafas nya dan menyeka air mata yg sedari tadi berguguran membasahi pipi mulusnya.
"Apaan kamu Can?"Teriak sang pria, dia tersentak kaget sekaligus marah dg perlakuan gadis itu.
"Apaan? Kamu bilang? Kamu lihat tunangan kamu? Dia menderita, kenapa ha? Kau sibuk dg ponsel mu, siapa? Siapa ha..? Yg kau tlp disana sehingga kau mengabaikan tunangan mu, dia terserang asma mendadak kau tidak tau kan?"Jawab Kencana tegas dan marah besar.
Kemudian tuan tanah muda melirik ke arah Fauziah yg wajahnya sangat sudah memucat tak beraturan, nafas gadis itu belum lagi pulih seutuhnya, dia masih sedikit terengah.
"Sayang Zi? Kamu kenapa? Tadi kamu baik baik aja?"Dia menggapai Fauziah, menatap gadis itu cemas dan memegang pergelangannya.
"Tidak apa apa Al, i am ok! don't...? Don't worry ok!"lirih gadis itu kemudian.
"Sebaik nya kita pulang ya? Kamu harus istirahat?"
"No Al, aku masih mau disini?"
"Zi sayang? Wajah kamu pucat begini, nafas kamu juga belum stabil, sebaik nya kita pulang ya?"Tuan tanah muda menarik lengan gadis itu.
"Tidak ....Aku bilang..."Bentak Fauziah kemudian, dia menepis kasar tangan tuan tanah muda.
Al terdiam dg bentakan yg lumayan menggetarkan dunia barusan, nona Durga mengulum senyumnya sendiri puas melihat wajah bodoh seorang tuan tanah muda ketika di bentak oleh tunangan nya tsb.
"Why? My Zi?"Al memelas.
"Aku masih pengen dengerin nyanyian penyanyi receh itu, aku suka suaranya"Fauziah merungut seketika.
Kencana membulatkan mata, mulai mawas rencana nya bisa saja gagal jika gadis ini beneran mengetahui si kaisar memang yg ada di atas panggung sana.
"Apaan? Bagusan suara aku? Hmm gimana kalau aku yg nyanyi di sana? Kamu mau?"
"Gak!!"sebuah penolakan yg membuat tuan tanah muda tersulut seketika.
Dulu hanya seorang Al sajalah yg ingin di dengar suaranya oleh Fauziah bahkan petikan gitar nya mengalun di setiap nafas gadis itu, namun sekarang semua lenyap entah kemana, bagai di terjang tornado dahsyat, begitu sedihnya pikiran tuan tanah muda saat ini.
"Kalau di teras rumah kamu gimana?"Nyatanya bukan Al namanya kalau gampang menyerah.
"Zi sudahlah ikut saja, kamu istirahat di rumah ya, lagian disini ramai, penyanyi receh itu sebentar lagi juga kelar dg lagu lagunya, dia bukan penyanyi, dia hanya penyumbang lagu, gak mungkin kan lama lama di atas panggung sana? Sebaik nya kamu ikut saran tunangan mu ini ok!"Kencana ikut membujuk gadis itu meskipun sebenarnya tak tega, tapi semua demi misi mulai merencong yg ada dalam benak seorang Kencana saat ini.
Lantas Fauziah terdiam, menyerap saran itu dan kemudian mengangguk pelan.
Nona Durga melega, apalagi tuan tanah muda, kalau bukan segan, mungkin pria itu sudah melompati tanah dan terbang ke langit karna kegirangan.
Kedua calon pasangan baru itu kemudian enyah, menyisakan Kencana yg mengelus dada.
"Ha gagal rencana ku? Ini bukan yg aku inginkan? Ini tidak benar? Fauziah menderita karna rencana bodoh ku ini?kalau terus di lanjuti gadis itu bisa gila beneran, aku harus bicara dg Bani"batin Kencana sembari menggeleng geleng tak karuan.
Belum rasanya menuju tempat tujuan yaitu tuan kaisar yg mendadak menjadi idola se pekan raya, tiba tiba Kencana terhuyung, dunia serasa berputar dalam pandangannya, dia pusing dan akhirnya tersungkur.
"Aaaaaakh"seseorang wanita berteriak sangat keras mendapati nona Durga yg tergeletak di atas tanah tak sadarkan diri.
Semua pandangan teralihkan, para seisi pekan raya di hebohkan dg wanita yg yg tiba tiba jatuh pingsan itu.
Mereka semua beralih berkerumun di hadapan gadis yg sudah tak berdaya, tak satupun berani menolong entah apa yg ada dalam pikiran mereka saat ini?
Apa belas kasih benar benar sudah punah di desa ini? Atau jusru mereka ketakutan akan konsekuensi tertentu kala menolong seseorang?
Penyanyi receh mendadak khawatir, dia berhamburan dari atas panggung dan membuang begitu saja gitarnya, habis manis sepah di buang, begitu pikir sang gitar mungkin?
Pikiran pria ini campur aduk setelah sebelum nya berhasil merampung kan 4 judul lagu, dalam versi yg berbeda beda, atas desakan para penggemar dadakan itu tentunya.
Firasatnya kalut langsung tertuju pada Fauziah kekasihnya, kehebohan ini ulah Fauziah yg bisa saja frustasi karna terus melihat bayangan pria yg di cintainya ada di mana mana.
Seperti sebelumnya gadis itu menciptakan kehebohan di acara pertunangan nya sendiri kala melihat Bani ada di antara para tamu undangan.
Semakin riuh saja suasana, fikiran tuan kaisar tidak ada yg lain selain sang kekasih, kiranya itu pasti si Fauziah, secara aksi mendadak malam ini cukup menghebohkan se isi kafe pura pura dan tidak menutup kemungkinan Fauziah terjebak sangat dalam kedalam rencana dia dan Kencana.
Lalu menggila lagi, mengira ilusi dan bayang bayang Bani terus menghantuinya dan akhirnya menarik perhatian atas perlakuan yg bisa saja menggilas akal sehat semua orang ini.