9 Side Story: Malvin

[latar disini empat tahun sebelum main story yang artinya Malvin masih ada di tingkatan pertama.]

Sore hari, Malvin ada di taman menikmati angin yang berhembus pelan kedua temannya, Rhode dan Javelin baru saja pergi untuk kembali ke asrama.

Tiba tiba pandangan mata Malvin menggelap, ada tangan yang menutupi pandangannya bersamaan dengan itu suara lembut yang sangat ia kenal terdengar,"siapa hayo?"tanyanya.

"Hm, sudah jelaskan, kamu Iris,"jawab Malvin sambil tersenyum simpul dan menyuruh Iris untuk ikut duduk di sebelahnya.

Iris adalah perempuan cantik bermata biru dan mempunyai rambut bewarna merah kecoklatan.

"Al, apa kita bisa terus bersama?"tanya Iris dengan air mata yang mengenang di matanya bertahan supaya tidak keluar.

"Tenang kita pasti bisa,"ucap Malvin dengan percaya diri dan tangannya bergerak mengelus pucuk kepala Iris.

Iris yang sudah tidak bisa menahan air matanya memeluk Malvin dengan erat yang dibalas dengan pelukan dan usapan Malvin di punggungnya, setelahnya Iris langsung berdiri sambil tersenyum Malvin yang melihatnya ikut tersenyum dan berdiri mereka berjalan menuju atap akademi untuk melihat matahari yang akan terbenam sebentar lagi.

Iris memegang pembatas di atap sambil melihat ke arah matahari sedangkan Malvin yang mengamatinya tersenyum ia senang perempuan yang ia sayangi tersenyum, Iris dia adalah sosok penting bagi Malvin ia adalah temannya sejak kecil, sahabatnya dan dia adalah kekasihnya yang tak akan tergantikan.

Malvin mendekati Iris dan memeluknya dari belakang dan bergumam,"aku akan melindungimu," Iris yang mendengarnya entah mengapa merasa sangat senang dan tenang dan dia tanpa sadar menjawabnya,"iya, Al aku percaya kamu," sore itu mereka menghabiskan waktu di atap sampai hampir malam dan setelahnya mereka kembali ke asrama masing masing.

Saat masuk ke kamar, Malvin melihat teman sekamarnya Rhode sedang membaca buku buku yang sangat tebal,"kau rajin sekali Rho,"tanggap Malvin yang melihat Rhode yang hanya dibalas dengan senyumnya.

"Aku tidur duluan Rho,"melihat Rhode masih belum selesai Malvin memutuskan untuk tidur terlebih dahulu.

Keesokannya saat Malvin saat berjalan ke arah gedung utama akademi melihat pemandangan yang sangat ia benci ada tiga orang yang melakukan bullying!

Menurut pengamatannya orang yang membully adalah tingkat lima sedang yang dibuli mungkin masih tingkat satu atau dua.

Saat ingin menolong orang yang dibully matanya teralihkan pada seorang laki laki dengan rambut hitam bernatakan dan mata berwarna Hazel ia duduk dengan santai sambil membaca buku sedangkan di depannya sedang ada pembullyan? Apa apaan dia!

Aku memutuskan untuk berjalan ke arahnya saat tepat di depannya tanganku yang sudah terkepal aku arahkan ke arahnya dengan sangat kuat dan itu mengenai pipinya,orang yang terkena pukulan Malvin merintih kesakitan.

"Apa apaan?! Kenapa kau memukulku?!"orang itu berteriak pasalnya ia tidak tau apa apa dan tiba tiba dipukul siapa yang tidak emosi coba?

"Kamu tidak tau kesalahanmu?"tanya Malvin memastikan,",tentu saja! Jika aku tau aku tidak akan tanya kepadamu!"

"Lihat depanmu! Ada pembullyan dan kau hanya diam saja?!"Malvin tanpa sadar menaikkan suaranya bahkan saat ini Malvin yakin jika orang yang sedang membully di belakangnya juga mendengar jika dia berteriak.

"Hem? Kau bilang begitu? Padahal kau sendiri tidak membantunya dan malah kemari kan?"orang itu tersenyum sinis dan membalikkan kata kata Malvin membuatnya terdiam.

"Cih,"Malvin saat ini sangat kesal dia memutuskan meninggalkan pemuda itu dan pergi ke tempat orang yang sedang membully perempuan di seberang.

Melihat ada jarak antara pembully dan yang membully Malvin memutuskan mengeluarkan sihirnya,"wind bolt,"baut baut angin muncul di sebelah Malvin dan langsung mengarah ke kedua orang yang sedang membully, kedua orang itu tidak sadar jika mereka diserang dan akhirnya terkena wind bolt di perutnya.

Orang yang tadinya sedang dibully kaget karena orang yang membully nya terjatuh dia hanya bisa tertegun melihatnya.

"Hey, kau tak apa?"tanya Malvin pada gadis itu.

"Eh, iya makasih,"ucap gadis itu sambil menundukan kepala.

"Aku Malvin, kau?"Malvin yang penasaran dengan nama gadis berambut silver itu akhirnya bertanya.

"Aku Thalia,"jawabnya dengan tersenyum manis.

"Mau ikut ke kantin?"tanya Malvin sambil menatap mata biru langit Thalia, dan Thalia hanya menjawab dengan anggukan.

Saat sampai di kantin pandangan mata Malvin tertuju pada satu orang yaitu perempuan dengan rambut merah kecoklatan ya dia Iris yang sedang makan dan dotemani segelas milkshake coklat.

Setelah melihatnya Malvin mengajak Thalia ke tempat Iris dan diangguki olehnya.

Mereka berjalan kearah Iris dengan santai dan saat sampai di meja Iris,"Hay Ris,"sapa Malvin sambil tersenyum dan duduk di sampingnya sedangkan Thalia duduk di depan Iris,"kenalin dia Thalia tadi aku ketemu waktu dia dibully,"ucap Malvin spontan karena sadar sedang ditatap oleh Iris dengan sangat tajam.

Setelah mendengarnya Iris melihat kearah Thalia satu kata yang pantas untuknya menurut Iris yaitu cantik,saat sadar Iris melihat kearahnya Thalia reflek menggenalkan diri yang di tanggapi oleh Iris dengan menyebutkan namanya.

Malvin saat ini sedang kebingungan, bagaimana tidak tadi ia pikir Iris dan Thalia tidak akan akrab secepat ini karena kesan pertama mereka tapi yang ia saksikan saat ini membuatnya tidak bisa berkata kata apapun, Iris dan Thalia sedang berbagi pendapat tentang makanan yang mereka makan dan sesekali membicarakan tentang sihir melupakan kehadiran Malvin sepenuhnya membuatnya tersenyum kecut.

Malvin akhirnya mmutuskan pergi ke tempat Rhode setelah bilang kepada Iris dan Thalia yang ada di hadapannya.

"Hey Al, kau kesini?"tanya Javelin yang sedang duduk di samping Rhode yang menahan tawa membuat Malvin hanya memalingkan pandangannya.

Esok hari, Malvin berjalan jalan di sekitar asrama dan menuju ke arah akademi kali ini ia melihat orang itu lagi, pemuda berambut hitam berantakan dan bermata hazel sedang membaca buku tapi kali ini ia ditemani seorang perempuan berambut pirang dikucir yang membuatnya sangat cantik dan Malvin mengenali orang itu, ya dia Sherry yang sangat populer di akademi.

Malvin setelah melihatnya langsung berjalan ke arah mereka, mereka yang melihatnya datang sedikit terkejut karena tidak biasa ada orang yang mendatangi mereka.

"Kau? Malvin?"Sherry mencoba memastikan pemuda yang ada di hadapannya,"ehem ya, kau Sherry? Dan dia?"tanya Malvin dengan nada biasa.

"Oh dia? Dia Gesa,"jawab Sherry sambil menunjuk ke arah Gesa.

Malvin hanya mengganguk tanda mengerti dan bertukar kata sebentar dan akhirnya pergi ke arah taman dia sudah ada janji dengan seseorang.

avataravatar
Next chapter