1 First Friend

Hujan kembali membasahi bumi, menyapa penduduk bumi yang rindu akan Dirinya. Seorang gadis berusia 18 tahun sedang duduk sambil mengaduk cappucino miliknya sambil melamun Menatap hujan yg mulai deras. Namanya Alisha dia cantik, baik, pintar, periang tapi percayalah dibalik senyuman manisnya terdapat luka yg ia pendam sendiri, dan hanya untuk dirinya sendiri.

-ALISHA POV

Aku sedang duduk di sebuah cafe di tepi jalan. Hujan masih saja mengguyur kota ini. Aku jadi teringat akan hal itu, dimana aku bertemu untuk pertama kalinya dengan Rey.

-flashback on

Aku sedang berjalan sepulang sekolah sendiri, seperti biasa. Aku memang tidak mempunyai teman satu pun disekolah maupun dirumah, meskipun kadang aku merasa kesepian, namun itu bukanlah masalah besar untukku. Namun, tiba-tiba aku merasakan hidungku rasanya penuh sekali dengan sesuatu, kepalaku juga terasa pusing. Tiba-tiba saja aku terjatuh. Aku tidak kuat.

"Kamu gapapa?" tanya sebuah suara, saat mendongak seorang anak laki-laki yang seumuran denganku. Tengah berdiri sambil menatapku cemas, matanya yang coklat terlihat teduh dan menenangkan.

"Kamu gapapa?" ia mengulang perkataannya.

Aku mengangguk kan kepalaku "iya, aku gapapa"

"Serius? Hidung kamu mimisan"

Saat aku menyeka hidung ku aku memang melihat darah segar di tangan ku. Aku mengelap hidungku dengan seragam yang kukenakan. Dan berusaha untuk bangkit. Namun kepalaku masih terasa pusing, aku hampir saja kembali terjatuh. Dengan sigap anak laki-laki itu menangkap tubuhku.

" Aku antar pulang aja ya,rumah kamu dimana?" Tanyanya dengan nada cemas, tangannya masih sigap menahan beban tubuhku.

"Jl.Anggrek III no.12A" jawabku singkat

Seketika ia tersenyum, aku menatap wajahnya dalam diam. Sepertinya aku terpana pada senyum manisnya itu "Wah kebetulan, rumah ku juga disitu tapi aku no.18A berarti selama ini kita tetangga ya?" Tanyanya riang

"Mungkin saja" aku kembali menyeka hidung ku, yang masih saja mengeluarkan darah.

"Wajahmu semakin pucat, hidung mu juga masih mimisan. Baiklah akan aku antar kamu pulang dengan cepat." Sepanjang perjalanan itu, aku dan dia sama-sama larut dalam diam. Sesekali aku melirik wajahnya, Namun sedetik pun tangannya tak lepas dari bahuku. Mungkin ia takut jika aku terjatuh lagi. Tinggi badannya yang terpaut beberapa cm dariku, membuat aku seperti sedang dalam lindungan bekapan nya. Sekitar 10 menit perjalanan, kami berdua sampai di depan rumah ku.

"Apa benar yang ini rumahmu?" Tanyanya memastikan. Aku hanya mengangguk kecil, stamina ku masih belum pulih sepenuhnya.

"PERMISIII.... PERMISI.... APA ADA ORANG??!" Anak itu berteriak dengan keras, aku sedikit mengulum senyum. Tingkahnya sangat lucu.

Tak lama dari dalam rumah, keluar wanita dengan umur 40 tahun. Begitu melihat kondisi ku, ia langsung berlari ke arah pagar. Dan mempersilahkan kami berdua masuk.

"Yaampun Al, kamu kenapa lagi si?" Tanyanya cemas. Ia melepaskan celemek yang digunakan nya dan membantu ku duduk di sofa. Namanya Adalah Sari. Ia bukanlah ibuku. Melainkan tanteku, sejak kecil aku memang tinggal bersama nya.

"Alisha pusing, tadi sempet mimisan juga. Untung diantar pulang sama dia" aku menunjuk ke arah anak laki-laki itu.

"Makasih ya, untung ada kamu" Ucap tante Sari seraya tersenyum.

"Iya tante, sama-sama" ucapnya.

"Maaf Tante, aku ga lama-lama ya. Aku langsung izin pulang aja" ia lalu membungkuk sopan.

"Ko mau langsung pulang?"

"Ia tan, takut dicariin mamah. Lagian kan rumahnya deket nanti saya akan mampir kesini lagi" ia kembali tersenyum.

"Yaudah kalo begitu" ucap tante. Ia lalu pergi keluar rumah, dari jendela lamat-lamat ku lihat sosoknya yang semakin menjauh.

"Dia teman kamu al?" Tanya tante, seraya mengambil obat untukku. Aku hanya teridam lalu meminum obat tersebut.

"Tante liat anak nya baik, manis pula. Namanya siapa?" Aku lalu tersentak. Benar juga aku belum berkenalan dengannya.

"Al tidak tau tante, belum kenalan" ucapku polos. Tante Sari langsung tertawa.

"Kamu ini gimana sih al? Masa belum kenalan"

"Al lupa tante"

"Yasudah, kan dia bilang rumahnya dekat, kamu sering-sering aja main sama dia. Tante setuju ko" aku hanya mengangguk kecil mendengar ucapan tante Sari.

Aku kembali menatap ke arah jendela. Pikiranku berputar. Anak laki-laki itu, benar-benar menarik perhatian ku.

avataravatar
Next chapter