webnovel

TIGA

Biarkan aku pergi. Biarkan aku menjauh karena aku tak sanggup lagi untuk mencintaimu. Bukankah ini yang kau inginkan sejak dulu? Apalah aku ini? Aku hanya makhluk tak kasat mata di depanmu.

Aluna

***

Meeting yang dilakukan Kynan berjalan dengan lancar, para investor tertarik menanamkan saham di perusahaan Kynan meski Kynan terlihat tidak fokus dengan pekerjaannya saat ini.

"Ok Mr. Dega, saya rasa pertemuan kali ini sudah cukup. Kita bertemu kembali saat penandatanganan kontrak minggu depan." Kynan menyambut jabat tangan sang investor dan saat berdiri matanya menatap seseorang yang sangat dikenalnya berada tidak jauh dari mejanya.

"Luna." lirih Kynan tanpa sadar.

"What? Ada yang salah Mr. Dega?" tanya sang investor yang heran karena Kynan seperti kehilangan fokusnya sambil berguman tidak jelas.

"Oh tidak. Tidak apa-apa mr. Smith." mereka berjalan bersama keluar restoran itu. Mata Kynan menatap kearah meja Aluna. Matanya melihat Aluna sedang tertawa lepas. Cantik.

***

Kynan kini berada di teras kontrakan Aluna. Pria itu memutuskan pergi ke rumah Aluna sesaat setelah berpisah dengan Mr. Smith di parkiran. Kontrakan Aluna masih sangat gelap. Terlihat sang pemilik belum kembali. Dengan setia menunggu duduk di kursi yang disediakan di teras dalam gelap, Kynan merenungkan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Kenapa sedikit ada rasa tidak rela mengerogotinya saat mengetahui Aluna akan pergi.

Waktu terus bergulir, tidak terasa sekarang sudah pukul sepuluh malam, pintu gerbang berderit, pertanda jika ada seseorang yang masuk.

Aluna melangkahkan kakinya yang terasa lelah. Setelah seharian dia mengurusi paspor dan segala keperluannya untuk menempuh pendidikan di luar negeri yang super banyak sekali, membuatnya mau tak mau meminta bantuan Toni karena Kendra, sahabatnya itu sedang tidak enak badan katanya. Entahlah, sejak dia memutuskan mengambil beasiswa itu Kendra seakan menjauh darinya. Dia sendiri tidak tahu, dimana letak kesalahannya.

"Darimana saja kamu?" bisik Kynan ditelinga Aluna sambil memeluknya dari belakang membuat Aluna terlonjak kaget karena ada orang di terasnya saat dia sedang berusaha memasukkan kunci di lubang pintunya. Nafas Kynan terasa jelas di tengkuk Aluna membuat Aluna merasakan sesuatu yang beterbangan di perut bawahnya.

"Ka.. kakak..? Sejak kapan disitu? Bikin kaget saja." tanya Aluna masih sangat kaget karena kemunculan Kynan yang tiba-tiba.

"Sudah dari tiga jam yang lalu." jawabnya sambil menatap tajam gadis di depannya ini mengintimidasi."Dari mana kamu hingga teleponku kamu reject?"

"Ma'af kak, aku sedang mengurusi kuliahku. Aku sibuk hari ini." jawab Aluna berusaha terlihat santai sambil memasuki rumah kontrakannya. Tanpa dipersilahkan masuk, Kynan juga masuk ke dalam rumah mengikuti langkah Aluna. Kini Kynan sudah bertengger di kursi ruang tamu kontrakan Aluna tanpa dipersilahkan untuk duduk oleh si empunya rumah. Aluna masuk ke kamarnya, meletakkan tasnya dan kembali keluar menuju dapur, mengambil minuman untuk tamunya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Kynan saat Aluna sudah berada diruang tamu menyodorkan minuman kepadanya. "Sesibuk itukah hingga kamu tidak dapat mengangkat teleponku?"

"Ya!" jawab Aluna singkat. Mata Aluna tidak sengaja menatap kemeja putih Kynan. "Ma'af kak aku capek sekali. Aku ingin istirahat. Bisakah kakak keluar? pintu keluarnya ada disana!" ujar Aluna yang tiba-tiba ketus. Kynan heran apa yang terjadi? Kenapa wanita didepannya ini yang awalnya biasa saja kini berubah ketus.

"Kamu gila ya? Aku menunggumu di sini tiga jam lebih, dan ini yang aku dapatkan? Pengusiranmu?" tanya Kynan heran. Perasaannya dia tidak berkata yang menyakitkan ataupun menyinggungnya kenapa Aluna bisa marah?

"Lalu.....apa mau kakak?"

"Aku minta penjelasanmu. Kenapa kamu memutuskan pergi?" Kylan menatap penuh harapan akan mendapat jawaban dari bibir mungil Aluna.

"Ya itu urusanku kak. Tidak ada sangkut pautnya denganmu. Itu semua bukan urusanmu."

"ITU URUSANKU!" suara Kynan sudah meninggi. Kesabarannya sudah terkuras habis. Kynan berdiri, menarik Aluna mendekat dan melumat bibir tipis Aluna dengan brutal. Rasa lelah, dan marah karena tadi dia melihat Aluna jalan berdua dengan Toni. Hatinya sudah mendidih dari sore tadi. Aluna meronta berusaha melepaskan diri, berkali-kali dia memukul dada bidang Kynan tetapi pria itu tidak bergeming sama sekali bahkan dekaoannya semakin erat.

"Hahaha..... Sejak kapan kak? Kenapa kakak sekarang bertingkah seolah aku ini bagian dari hidup kakak?" Aluna tertawa remeh sambil mengusap kasar bekas ciuman brutal Kynan sesaat setelah terlepas dari dekapan Kynan. Kata-kata yang dilontarkan Aluna membuat Kynan terdiam. Tidak tau harus berkata apa, karena yang dikatakan oleh Aluna semua benar. "Sudahlah kak, aku lelah. Tolong keluar dari rumahku. Dan satu lagi jangan menciumku seenak jidatmu kak! Aku bukan wanita jalang seperti wanita-wanitamu diluar sana! Dan satu lagi, jika kakak habis bercinta jangan datang ketempatku. Karena rasanya masih sangat sakit kak disini." ucap Aluna sambil menekan dadanya, mendorong tubuh kaku Kynan keluar rumahnya. "Bekas lipstik pacar kakak masih menempel di kemeja kakak!" Aluna membanting pintunya agak keras setelah mengatakan semuanya. Kynan menatap kemejanya dan matanya terbelalak.

"DAMN! Brengsek!" umpat Kynan setelah tahu jika di kemejanya tertinggal lipstik Vania.

Tok...tok....tookkk.....

Kynan mengetuk pintu kontrakan Aluna dengan keras. Lama kelamaan berubah menjadi gedoran.

"Buka Alunan BUKA! BUKA AKU BILANG! LUNA!!" teriak Kynan masih dengan menggedor-gedor pintu rumah Aluna . Aluna yang masih bersender di belakang pintu menangis sampai terisak. Kejamnya pria itu. Kenapa cinta harus sesakit ini?

"Pergilah kak. Kumohon." ucap Aluna yang suaranya terdengar parau. Kynan tahu jika gadis itu sedang menangis. "Please kak, biarkan aku sendiri. Jangan sakiti aku lagi. Aku sudah tidak kuat. Aku memang mencintaimu. Jika memang mencintaimu sesakit ini aku akan berusaha untuk tidak jatuh cinta kepadamu, Kak."

Kylan merosot, mereka saling membelakangi hanya saja mereka terhalang oleh pintu. Merasa tidak ada sahutan dari luar Aluna mengira Kynan sudah pergi dari rumahnya. Tubuhnyapun ikut merosot kelantai.

"Kenapa Tuhan? Apakah cinta hanya diperuntukkan untuk orang kaya dan cantik? Kenapa hidupku semenyakitkan ini? Apakah ini karma karena aku sudah mengecewakan orang tuaku?" Aluna merintih, terisak mengelukan nasibnya yang dirasa sangat buruk.

"Cukup sampai disini perjuanganku, empat tahun mencintaimu sudah cukup untukku kak. Biarkan aku melepasmu. Ini yang selama ini kamu inginkan. Aku mengikhlaskanmu dengan wanita yang kau cintai." suara Aluna semakin lirih. Aluna tertidur di atas lantai dengan ditemani airmata yang terus mengalir. Kynan yang mendengar ratapan kepedihan Aluna merasakan juga sakit di dadanya. Tiba-tiba dadanya terasa nyeri yang sangat, ada rasa tidak rela saat melihat Aluna menangis, apalagi itu semua dikarenakan hasil dari perbuatannya.

Next chapter