1 satu

Hari ini adalah hari pertama Alena menorehkan cerita baru di masa SMA.

Entah mengapa dia sangat bersemangat untuk segera sampai di sekolah barunya.

Alena mengayunkan sepedanya memasuki area sekolah, dia melihat ke sekitar untuk mencari tempat parkir.

Alena bingung, mau ditempatkan dimana sepedanya? Disini tidak tersedia lahan untuk parkir sepeda, tidak sama dengan sekolah SMP nya dulu.

Alena berjalan membawa sepedanya ke tempat parkir motor saja, toh sama saja motor dengan sepeda, sama-sama kendaraan dan beroda dua.

Sesudah memarkirkan sepedanya, Alena berjalan ke area koridor dengan wajah yang melihat ke bawah, otomatis kacamata tebal yang dipakainya pun sedikit-sedikit melorot sampai di hidung dekat mulutnya.

Brughhhh.....

Alena menabrak seseorang hingga mereka sama-sama terjatuh.

"Maaf," ucap Alena masih menundukkan wajahnya tidk berniat untuk melihat siapa yang ditabraknya.

Tak ada jawaban dari orang itu, Alena menaikkan wajahnya untuk melihat disekitaran tapi tidak ada orang yang dia tabrak tadi. Alena buru-buru berjalan kembali, mencari dimana kelas yang akan dia tempati.

Sepuluh IPS 1.

17. Namira Alena

Alena melihat namanya berada di pintu kelas tersebut, dia langsung masuk dan mencari tempat duduk yang kosong untuk dirinya. Alena berharap semoga kali ini ada yang mau duduk bersamanya.

Teman-temannya yang lain menatap Alena aneh dan lagi-lagi Alena menundukkan kepalanya.

'Engga dapat teman lagi,' -batin Alena.

Alena berjalan kearah belakang kelas, mungkin dia akan duduk dipojok sendirian lagi seperti di sekolahnya yang dulu.

Tak lama bel tanda masuk berbunyi, Alena merapihkan letak kacamatanya. Alena mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam tasnya bersama dengan sebuah pulpen lucu berwarna ungu. Semua barang-barang Alena berwarna ungu. Seorang perempuan sedikit tua memasuki kelasnya, berdiri didepan papan tulis, Alena berpikir mungkin itu adalah wali kelasnya.

"Pagi anak-anak, selamat datang di High School Elang yang tercinta ini. Pertama-tama kenalkan nama saya, Ayudia. Kalian panggil saja Ibu Ayu, disini saya sebagai wali kelas sekaligus guru Ekonomi kalian. Kalau begitu, sesi selanjutnya adalah perkenalan bagi siswa-siswi sekalian." Guru itu mengoceh terus dan Alena dengan serius mendengarkannya.

Yang terakhir, kini giliran Alena yang berdiri di tempatnya untuk memperkenalkan diri.

"Pagi, nama saya Namira Alena. Panggil saja Alena." Alena tersenyum kemudian duduk kembali. Saat perkenalan singkat itu tak ada yang menoleh atau mendengarkan Alena, mereka sibuk dengan teman duduknya sendiri.

Alena tetap tersenyum meskipun seluruh teman kelasnya tidak ada yang menganggapinya. "Baiklah, tapi tadi tidak ada satu orang yang memperkenalkan diri sebagai FAUZAN ALVARO? Apakah anak ini tidak ada?" tanya Ibu Ayu.

Saat itu juga, ada seseorang yang mengetuk pintu dan langsung masuk ke kelas.

Semua orang menatapnya kagum termasuk Alena, Alena tidak menyadari jika orang itu menatapnya dartitadi.

"Kamu Fauzan Alvaro?" tanya Ibu Ayu.

"Iya."

"Kamu boleh duduk di kursi yang kosong, mungkin dipojok sana bersama Alena. Kasihan dia sendirian daritadi." Bu Ayu menyuruh cowok itu duduk bersama Alena.

Cowok yang bernama Alvaro itu berjalan ke arah tempat duduk Alena. Alena menghiraukan semuanya, toh pasti dia akan dicueki atau tidak dianggap ada.

******

BEL TANDA ISTIRAHAT..

"Nama kamu siapa?" tanya Alvaro ke Alena.

Alena bingung, siapa yang diajak bicara oleh Alvaro.

"Hei, saya ngomong sama kamu." Alvaro menatap Alena.

"Ngomong sama aku?"

"Iyalah, emangnya saya ngomong sama siapa lagi selain kamu." Alvaro memutar bola matanya jengah.

Alena menutup sebuah buku tebalnya. "Nama aku Namira Alena, panggil Alena saja."

"Saya Fauzan Alvaro. Panggil Varo, salam kenal." Alvaro tersenyum dan Alena juga tersenyum membalasnya.

Kembali, Alena membaca bukunya dan Alvaro tidur dengan tas sebagai bantalannya.

Tidak beberapa lama, segerombolan anak cowok memasuki kelas. Mereka menghampiri meja Alvaro dan Alena.

"Heh kebo! Bangun," ucap salah satu dari mereka yang kancing baju atasnya terlepas.

Alvaro bangun menatap satu-persatu orang-orang tersebut. "Apaansih lu semua. Ganggu!"

"Betah amat di kelas, kantin yok." Ajak salah satu dari mereka. Mereka berjumlah 3 orang.

Tipe cowok-cowok populer sekolah yang pastinya juga bukan dari kelas ini.

"Anjirr, gue mau tidur! Jangan ganggu!" dorong Alvaro kepada ketiga cowok itu.

"Sopan dikit njirr sama kakak kelas!" Alena baru tau bahwa cowok-cowok itu adalah kakak kelasnya, tapi kenapa mereka kenal dengan Alvaro.

"Mending di sini temenin cewek baca buku daripada sama lo semua yang ke kantin cuma modus nyari cewek, mana ngerokok lagi!" ucap Alvaro pedas, tidak ada takut-takutnya sama sekali dengan kakak kelas.

"Cewek model kutu buku aja ditemenin, udah biasa kali sendirian." Cowok berjambul itu berbicara meremehkan.

"Mending cewek kutu buku daripada cewek modal paha dada doang engga ada isi otaknya." Baru kali ini Alena dibela oleh seseorang seumur hidupnya, Alena tersenyum ke Alvaro.

"Modus mulu, bilangnya gitu entar lu tinggalin juga." Mereka tertawa.

"Bacot lu pada! Pergi sono!" Alvaro menendang mereka bertiga agar keluar dari kelas ini.

"Jangan baper CEKUBU, dimainin tau rasa lu!" teriak mereka dari arah pintu.

"Hahah, CEKUBU apaan Lang?" tanya mereka sok tidak tau.

"Cewek Kutu Buku." Alvaro langsung melemparkan penghapus papan tulis ke arah mereka dan salah satunya dari mereka terkena di kepala "Sakit bego!" cowok itu memegangi kepalanya yang sakit.

"Mampus lu Pal!" mereka berlari entah kemana.

Alvaro kembali duduk di kursinya. "Maafin teman-teman saya, ya."

Alena hanya tersenyum tak membalas ucapan maaf dari Alvaro.

"Diam aja ini, kamu marah?" tanya Alvaro hati-hati.

"Engga kok," jawab Alena tersenyum. Mungkin tersenyum adalah hobi Alena.

"Kenapa engga ke kantin?" tanya Alvaro yang melirik ke buku yang sedang dibaca oleh Alena.

"Lebih enak disini, sepi dan sunyi. Cocok buat orang seperti aku."

"Kalau mau sunyi ikut saya, tempatnya keren juga." Alvaro menarik tangan Alena. Alena buru-buru mengambil bukunya.

Mereka berdua berjalan di koridor, banyak pasang mata yang tertuju kepada mereka. Baru pertama kali Alena merasakan ditatap seperti itu oleh orang lain dalam jumlah yang banyak. Biasanya Alena menangis atau bahagia saja tidak ada yang peduli. Mereka telah sampai di tempat tujuan Alvaro yaitu rooftop.

Alvaro membawa Alena ke sebuah karpet yang bersih untuk duduk. "Gimana, sunyi kan?"

"Kok kamu tau tempat ini?" Alena memberanikan diri untuk bertanya.

"Siapa si yang engga tau seluk beluk SMAE?" kini Alvaro sudah tertidur disamping Alena.

"Maaf ya Al, aku boleh nanya lagi?"

"Tadi manggil Al?"

"Iya." Alena membuka bukunya lagi.

"Kenapa manggil Al bukan Varo?" Alvaro menatap tajam tapi Alena menghiraukannya.

"Salah ya? Maaf aku mau manggil kamu berbeda dari orang lain." Alena menunduk takut.

Alvaro sudah kembali tersenyum melihat Alena seperti ketakutan terhadapnya. "Kenapa nunduk? Heh! Kamu engga usah takut gitu, saya engga gigit."

Alvaro kembali duduk. "amau nanya apa tadi?"

"Kamu kenal sama orang yang tadi?"

"Iya, kenapa?"

"Mereka siapa kamu, kok kayak dekat? Padahalkan mereka kakak kelas?"

"Mereka teman-teman saya, yang tadi kena timpukan itu kakak saya. Namanya Noval, cowok yang berjambul tadi namanya Elang dan yang satu namanya Dirga." Alvaro memperkenalkan teman dan kakaknya ke Alena.

"Pantes kayak udah akrab dari lama," Alena tersenyum dan pipinya memerah akibat panas matahari.

"Kamu lucu." Alvaro mengacak rambut Alena.

******

avataravatar
Next chapter